• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Minggu, Januari 29, 2023
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Menghadirkan Dinamika Gerakan Baru

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
2 Februari, 2019
in Editorial, Kolom
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Menghadirkan Dinamika Gerakan Baru
Share

 

Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi keagamaan dan kemasyarakatan yang mengakar dan meluas di masyarakat Indonesia. Mengakar karena keberadaan gerakan Islam ini basisnya jama’ah, yakni umat atau masyarakat yang memiliki ikatan sosial tertentu, yang sadar akan kemajuan dan terdiri dari golongan menengah.

Baca Juga

Festival Gizi ‘Aisyiyah di Garut Berlangsung Meriah

Musypimwil Resmi Dibuka, Tafsir Canangkan Industrialisasi di Jawa Tengah

Keberadaan Muhammadiyah juga menyebar di banyak kawasan di seluruh tanah air. Meski masih minoritas secara jumlah dibanding mayoritas masyarakat tradisional, penyebaran anggota dan pergerakan Muhammadiyah terdapat di seluruh pelosok negeri.

Menurut sejarah setempat, di Aceh Muhammadiyah sudah menyebar sejak 1921, sedangkan di Merauke tahun 1926. Di kawasan Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, dan pulau-pulau terjauh juga menyebar pada fase sekitar 1922-1927. Padahal kala itu gagasannya banyak ditentang dan sarana transportasi masih sangat terbatas.

Muhammadiyah juga mampu menerobos multikelompok sosial, lebih-lebih pada kelompok menengah ke atas, kaum terdidik, wirausahawan, profesional, dan kelompok lainnya. Pada sebagian kawasan juga terdiri para petani, nelayan, dan lain-lain meski tidak sebanyak kelompok pertama. Temuan disertasi Prof Munir Mulkhan di Jember menunjukkan keragaman itu, meskipun di Pare temuan Clifford Geertz menunjukkan strata sosial menengah perkotaan yang dikenal kelompok santri modern.

Hingga pada era Orde Baru banyak elite bangsa di berbagai lembaga pemerintahan dan yang bergerak di sektor modern berlatarbelakang Muhammadiyah. Kondisi ini menyebabkan mobilitas sosial-vertikal orang yang memiliki basis sosial Muhammadiyah cukup tinggi dan menyebar. Proses ini berlangsung alamiah, bukan rekayasa politik Muhammadiyah, yang sering membuat kelompok lain “cemburu” dan menuding Muhammadiyah bersekongkol dengan penguasa meminggirkan mereka.

Integritas dan peran sosial warga maupun organisasi Muhammadiyah cukup baik, sehingga basis sosial umat dan daya jelajah gerakan Islam ini menjadi soko guru kekuatan civil soviety atau masyarakat madani yang cerdas dan mandiri. Muhammadiyah tidak menempatkan diri sebagai oposisi, jika ada yang bertentangan meluruskan dengan cara elegan. Sebaliknya Muhammadiyah juga tidak terkooptasi.

Dengan keragaman latarbelakang anggota dan simpatisannya, maupun posisinya selaku organisasi dakwah, Muhammadiyah menjadi lebih leluasa dalam bergerak mengembangkan jamaah atau komunitas yang dibinanya serta  dalam menjalankan peran keumatan dan kebangsaan. Komunitas Muhammadiyah lebih sentrifugal atau meluas secara heterogen dan tidak sentripetal atau memusat secara homogen.

Kini seiring dengan berjalannya waktu dan proses perubahan sosial yang cepat dan masif, basis komunitas Muhammadiyah mulai longgar atau abu-abu. Di sejumlah area bahkan mulai kehilangan pengaruh dan daya jelajah dakwah dan pergerakannya. Organisasi-organisasi keagamaan lain mulai masuk dan merambah dengan progresif, sampai batas tertentu mengambil alih peran Muhammadiyah. Kelompok komunitas baru pun lahir di sekitar Muhammadiyah baik di tingkat bawah dan menengah maupun atas, yang mungkin banyak tidak tergarap dakwah Muhammadiyah.

Pertanyaannya apakah dakwah dan pergerakan Muhammadiyah masih memiliki tempat spesial di kalangan komunitas sosial baru? Misalnya di berbagai komunitas masyarakat kota besar dan metropolitan, di samping di pedesaan dan daerah-daerah terpencil dan terjauh? Begitu pula pada generasi baru yang lahir dalam kultur media sosial. Mampukah Muhammadiyah berfastabiqul-khairat secara lebih unggul?

Muhammadiyah wajib hadir di tengah dinamika sosial baru dengan menampilkan alternatif gerakan dakwah yang berkemajuan. Jangan berjalan di tempat dan puas diri. Di sinilah Majelis Tabligh, Tarjih, organisasi otonom, dan seluruh institusi Muhammadiyah yang semuanya bermisi dakwah tengah diuji dan dinanti pergerakannya yang dinamis! (hns)


Tulisan ini merupakan Tajuk Majalah Suara Muhammadiyah Edisi Nomor 3 tahun 2017

Tags: dinamikagerakanmuhammadiyah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Siti Noordjannah
Berita

Festival Gizi ‘Aisyiyah di Garut Berlangsung Meriah

29 Januari, 2023
Musypimwil Resmi Dibuka, Tafsir Canangkan Industrialisasi di Jawa Tengah
Berita

Musypimwil Resmi Dibuka, Tafsir Canangkan Industrialisasi di Jawa Tengah

28 Januari, 2023
Surat untuk Anakku
Motivasi

Surat untuk Anakku

27 Januari, 2023
Next Post
Kolektivitas adalah Kekuatan Persyarikatan

Kolektivitas adalah Kekuatan Persyarikatan

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In