• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Rabu, April 14, 2021
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result
Home Humaniora Ibrah

Aku Ini Muslim

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
4 April, 2019
in Ibrah
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Watak Muslim

Jadikan Kita Seperti Al-Qur’an Berjalan JEWEL SAMAD/AFP/GettyImages

Share

“Dalam waktu kurang dari sepuluh menit, Mas Adit berhasil mengislamkan orang Korea yang atheis”

Pernyataan ini dikemukakan oleh Ganjar Sri Husada, saat menyampaikan Kultum dhuhur sekaligus membagikan pengalaman kunjungan tim Suara Muhammadiyah ke Thailand pertengahan syawal kemarin.

Baca Juga

Prof Haedar Nashir: Jadikan Puasa sebagai Kanopi dan Teras Rohani

Allah Memperkenalkan (32) Penciptaan Bumi dan Langit

Pernyataan ini tentu mengejutkan seluruh karyawan Suara Muhammadiyah yang berada di mushalla lantai tiga gedung GSM tersebut. Aditya Pratama, seorang sarjana arkeologi yang walau selama ini terkesan cukup alim namun tidak begitu suka memperbincangkan masalah akidah, justeru dapat mengislamkan orang yang semula atheis.

Kalau tadi Ganjar Sri Husada menyebut Ridha Basri yang mengislamkan orang, mungkin tidak akan terlalu mengejutkan. Walau Ridha Basri ini suka bercanda, juga dikenal sebagai ensiklopedi hidup berbagai masalah akidah dari era salaf sampai masalah theologi kekinian.

Aditya yang jadi pusat perhatian segera meluruskan candaan Ganjar, dia menerangkan kalau pada malam itu dia berjalan-jalan bersama seorang Korea yang tinggal di satu hotel dengannya, sampai akhirnya mereka sampai di daerah pijat plus dengan para salesnya yang cantik-cantik dan cukup agresif merayu dan setengah memaksa para pejalan kaki untuk singgah di wisma mereka.

Karena terdesak dan juga risih dengan sopan Adit mengatakan kepada para sales itu, “Sorry Sis, I am a moslem” (mohon maaf mbak, Aku ini muslim). Tidak disangka para sales itu dengan sopan meminta maaf dan membiarkan dia berlalu. Orang Korea yang berada di belakang Adit dan juga dikerumuni para sales dengan cekatan juga mengatakan “I am a moslem”. Dia pun akhirnya bisa melenggang dengan merdeka.

Adit juga menerangkan, sesampainya mereka di hotel, sambil minum kopi, teman baru ini banyak bertanya tentang Islam. Mengapa orang-orang itu segera melepaskan mereka begitu dia menyebut identitasnya sebagai seorang Muslim? Dari obrolan santai tersebut orang Korea itu akhirnya tahu bahwa Islam melarang keras umatnya untuk berzina dan mengonsumsi minuman keras.

Orang Korea itu juga mengatakan, walau belum beragama dia juga tidak berani berzina karena takut kena aids, juga tidak mau mengonsumsi minuman keras karena alasan kesehatan dan keamanan. Dia akhirnya menyimpulkan Islam itu sebagai ajaran yang menarik. Walau tidak berjanji, kalau ada waktu, dia tertarik untuk mencari tahu lebih banyak tentang ajaran agama hebat ini.

Kita doakan saja, Orang Korea yang bertemu dengan salah seorang tim muhibah SM ke negeri gajah putih itu benar-benar mempunyai waktu luang dan kesempatan untuk lebih mengenal Islam dan dapat hidayah iman dan Islam.

Walau tidak sama, kisah muhibah ke Thailand ini mengingatkan kita pada kisah Pak AR (Abdur Rozak Fachrudin) yang berhasil mendakwahkan Muhammadiyah pada kalangan yang sudah terlanjur membenci Muhammadiyah.

Konon, pada saat Pak AR ditugaskan untuk menjadi anak panah Muhammadiyah di daerah yang anti Muhammadiyah, beliau cukup pede untuk terus bergaul dengan mereka yang memusuhinya. Walau salamnya tidak dijawab, Pak AR tetap terus mengucapkan salam kepada mereka setiap kali bertemu. Di samping itu pak AR juga terus bersikap wajar dalam menjalankan kehidupannya sebagai seorang Muslim. Hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat terus ditunaikan dengan penuh tanggungjawab.

Akhirnya orang-orang yang belum mengenal Muhammadiyah tapi sudah terlanjur membencinya menjadi galau dengan dirinya sediri, dengan pengetahuan yang diyakininya dan dengan kebenciannya terhadap Muhammadiyah. Akhirnya mereka yang membenci Muhammadiyah itu menjadi sadar kalau dirinya telah mendapat pengetahuan yang tidak benar tentang Muhammadiyah.

Memang, semua tingkah laku akan dipertangungjawabkan di hadapan Alah SwT, namun akhlak keseharian kita ternyata juga dinilai oleh orang lain. Disadari atau tidak, kita adalah duta sekaligus cover dari buku pengetahuan komunitas kita yang memengaruhi orang lain untuk memutuskan akan membaca buku pengetahuan itu atau mencampakannya.

Bagi orang yang belum tahu Islam, cenderung akan melihat akhlak para pemeluknya untuk menilai. Citra Islam itu baik atau buruk tergantung dari kelakuan kita semua. (isma)

—

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 14 tahun 2018

Tags: dakwahmuhammadiyahmuslim
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

puasa
Berita

Prof Haedar Nashir: Jadikan Puasa sebagai Kanopi dan Teras Rohani

14 April, 2021
langit
Berita

Allah Memperkenalkan (32) Penciptaan Bumi dan Langit

14 April, 2021
Ramadhan Sehat
Berita

Ramadhan Sehat dan Aman Ala Muhammadiyah

13 April, 2021
Next Post
Kala Guru dan Murid Bersua

Kala Guru dan Murid Bersua

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In