• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Rabu, April 14, 2021
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result
Home Berita

Majelis Reboan (1)

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
22 Juli, 2019
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Majelis Reboan (1)
Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah-Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan diselenggarakan di Surakarta pada awal Juli tahun 2020 mendatang, memerlukan banyak persiapan waktu, tenaga, pikiran, dan materi untuk kesuksesan jalannya acara. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, perhelatan akbar yang digelar setiap lima tahun sekali ini akan melibatkan pengurus dan simpatisan Muhammadiyah dari seluruh dunia, baik sebagai peserta maupun penggembira.

Namun hingga kini gaung Muktamar tampaknya belum begitu terasa. Diskusi ilmiah dengan ide-ide yang lebih segar dan kreatif tentang Muhammadiyah masih jauh panggang dari api. Di media sosial justru lebih ramai dengan nyinyiran, ejekan, hinaan, dan prasangka-prasangka yang dialamatkan kepada tokoh-tokoh dan pimpinan Muhammadiyah.

Baca Juga

Gema Ramadhan 1442 H: Memacu Para Santri untuk Lebih Berprestasi

Inilah Para Pemenang Lomba Gema Ramadhan 1442 H

Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) yang gelisah dengan gejala ini mengadakan Majelis Reboan sebagai wadah untuk saling sapa ide dan pemikiran, bertempat di Gedoeng Moehammadijah Jl Ahmad Dahlan Yogyakarta pada Rabu, 17 Juli 2019, dengan pembicara Paryanto (Anggota Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah).

Paryanto mengatakan bahwa autokritik ke dalam tubuh Muhammadiyah sangat penting untuk dilakukan. Pengalaman autokritik saat Muktamar di Purwokerto pada abad yang silam bisa menjadi pelajaran. Bahkan Muhammadiyah sesungguhnya bersifat korektif ke dalam sebagaimana rumusan Kepribadian Muhammadiyah.

Menurut Paryanto, improvement dan innovation sebagai dinamika tata kelola organisasi harus menjadi perhatian serius bagi struktur Muhammadiyah. Ketidakseimbangan keduanya akan menghambat kemajuan organisasi. Lebih-lebih jika keduanya sama-sama berjalan secara statis.

Pengalaman Muhamamdiyah sejak masa Orde Lama, improvement dan innovation sering terhambat, umumnya karena faktor politik. Kadang improvement berkembang, tapi innovation tidak mampu mengimbanginya. Paryanto mengutarakan kegelisahannya bahwa jika faktor politik dari luar merasuk ke dalam tubuh Muhammadiyah sampai dalam, ia hanya akan memunculkan konflik internal dan menghambat perkembangan improvement dan innovation dalam tata kelola organisasi.

Arus politik identitas yang menggejala secara besar-besaran pascapilgub DKI dan Pilpres beberapa waktu yang lalu menjadi tantangan bagi Muhammadiyah menjelang muktamar mendatang. Akankah organisasi yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada abad yang silam ini tetap teguh di atas landasan ideologisnya? Di sisi lain, warga Muhammadiyah dihadapkan pada fakta bahwa ideologi dari luar dengan segala coraknya telah menggejala sedemikian kuat.

Paryanto menjelaskan bahwa sudah saatnya Muhammadiyah tidak hanya mengaudit keuangannya saja, tetapi perlu juga diadakan audit kebijakan, bahkan audit ideologi. Sejauh mana kebijakan dan ideologi itu berjalan sesuai dan seirama antara rumusan yang ada dengan perilaku warga Muhammadiyah.

Kim Hyung Jun, sebagaimana yang dikutip oleh Paryanto, pernah mengkaji jarak antara kebijakan PP Muhammadiyah dengan pelaksanan kebijakan itu sampai ke tingkat ranting. Hasilnya, keputusan muktamar tidak sepenuhnya dipahami oleh warga Muhammadiyah. Hal-hal semacam inilah yang perlu mendapatkan perhatian serius untuk kemudian dilakukan evaluasi.

Menuju Muktamar ke-48 di Surakarta, warga Muhammadiyah perlu mulai meramaikan dan memeriahkannya sejak sekarang, baik melalui media sosial maupun media lainnya. Nyinyiran dan ejekan yang dialamatkan kepada Muhammadiyah dan tokoh-tokohnya karena faktor politik atau faktor lainnya harus mulai dihalau sejauh-jauhnya agar tidak terulang lagi. Panitia Muktamar punya tugas berat untuk mempersiapkan perhelatan akbar ini demi suksesnya acara. Syiar muktamar harus mulai dan terus digalakkan. Satu tahun bukanlah waktu yang lama untuk persiapan muktamar. (Erik Tauvani)

Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Gema Ramadhan 1442 H: Memacu Para Santri untuk Lebih Berprestasi
Berita

Gema Ramadhan 1442 H: Memacu Para Santri untuk Lebih Berprestasi

14 April, 2021
Pemenang Lomba Gema Ramadhan Suara Muhammadiyah
Berita

Inilah Para Pemenang Lomba Gema Ramadhan 1442 H

14 April, 2021
puasa
Kolom

Konsisten dengan Amalan Puasa Agar Happy Ending dengan Piala Lailatul Qodar

14 April, 2021
Next Post
Tumbuhkan Jiwa Nasionalisme, Siswa SMP Muhammadiyah 3 Depok dilatih TNI Yonif 403

Tumbuhkan Jiwa Nasionalisme, Siswa SMP Muhammadiyah 3 Depok dilatih TNI Yonif 403

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In