• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Rabu, Juli 6, 2022
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Menjadi Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
13 November, 2019
in Sajian Utama
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Menjadi Muhammadiyah
Share

Pasca Muktamar Muhammadiyah ke-37 tahun 1968, istilah “Memuhammadiyahkan Muhammadiyah Kembali” sempat menjadi istilah populer di Muhammadiyah. Istilah ini dapat dikatakan sebagai kelanjutan pembahasan prasaran dalam Sidang Tanwir Muhammadiyah tahun 1968 tentang Tajdid. Tajdid dalam bidang Ideologi dan Khittah. Tajdid dalam bidang gerakan dan Usaha, serta tajid dalam bidang Organisasi dan Kader.

Pada Muktamar ke-37 yang bertema “Meningkatkan da’wah dan uchuwah Islamiyah, memantapkan Perjuangan dan pembangunan menuju tegaknya keadilan dan kebenaran yang diridhai Allah Swt”, penegasan kembalinya Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid ini menjadi salah satu putusan Muktamar. Keputusan ini diiringi dengan putusan tentang program kaderisasi sebagai program prioritas, yang diwujudkan dengan pembentukan Badan Pendidikan Kader.

Baca Juga

Menjelang Idul Adha, Muhammadiyah Turut Ikhtiar Menangkal Wabah PMK

Fatwa Ibadah Kurban di Masa Wabah Penyakit Mulut dan Kuku

Pada periode 1968-1971 ini dirumuskan pula matan, keyakinan, dan cita-cita hidup Muhammadiyah serta pedoman penjelasannya, Khittah Perjuangan Muhammadiyah, garis pelaksanaan Muhammadiyah serta penyempurnaan AD dan ART Muhammadiyah.

Semua rumusan itu pada dasarnya untuk memperkuat jati diri Muhammadiyah di tengah pergolakan perubahan perjuangan politik dan ideologi di Indonesia. Semua rumusan ideologis ini diprogramkan serta dipimpinkan dalam berbagai bentuk pembinaan sehingga menjadi sikap hidup warga Muhammadiyah.

Buletin tuntunan organisasi nomor 01 Bulan Agustus 1972 memberikan catatan khusus pada periode 1968-1971 ini. Masalah perjuangan politik praktis dirasakan sebagai faktor penghambat pelaksanaan gerakan Tajdid Muhammadiyah. Terutama dalam mewujudkan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah yang berjuang dalam membina masyarakat secara langsung.

Linear dengan bulletin tuntunan organisasi, editorial Bulletin Suara Muhammadiyah edisi nomor 31 tahun ketiga (31 Maret 1970) memberikan latar yang cukup jelas mengapa “Memuhammadiyahkan Muhammadiyah Kembali” menjadi isu sentral pasca Muktamar ke-37.

Dalam editorial tersebut ditulis bahwa pada masa-masa itu, di berbagai daerah, Muhammadiyah sedang mengalami pertumbuhan yang lumayan pesat. Kebanyakan pertumbuhan bersifat dari bawah dan secara spontan serta alami. Mereka bergabung ke Muhammadiyah dengan semangat keikhlasan yang muncul untuk membantu melebarkan sayap gerak Muhammadiyah.

Tanpa mengetahui apa itu Muhammadiyah secara benar, modal keikhlasan ini tentu belum bisa dianggap cukup. Apalagi, saat itu Muhammadiyah telah dianggap sebagai organisasi Islam yang paling teratur dengan baik di tanah air.

Oleh karena itu, gerakan Memuhammadiyahkan Muhammadiyah Kembali ini dapat dipahami sebagai usaha penertiban internal. Agar semua warga Muhammadiyah dapat bersikap sebagaimana seharusnya warga Muhammadiyah. Bersikap sesuai dengan semua ideologi dan kepribadian Muhammadiyah. Bukan sesuai ideologi dan kepribadian gerakan yang lain.

Dikaitkan dengan susana politik saat itu, gerakan Memuhammadiyahkan Muhammadiyah Kembali pada masa itu, dapat pula dipahami sebagai upaya untuk menutup peluang bagi penumpang gelap untuk menunggangi (dan mengacaukan) laju gerbong Muhammadiyah dari rel yang semestinya.

Dalam era kekinian, saat Muhammadiyah semakin besar dengan nilai tawar yang kian kuat ditambah amal usaha yang juga semakin mapan, sudah barang tentu akan menjadi daya pikat tersendiri bagi sebagian kalangan untuk bergabung Muhammadiyah. Maka, gerakan Memuhammadiyahkan Muhammadiyah Kembali ini menjadi semakin mendesak untuk dimassifkan. Jangan sampai Muhammadiyah yang besar ini malah jadi sarana kelompok lain dalam memainkan agendanya sendiri. (isma)

—

Tulisan ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 18 Tahun 2019

Tags: Memuhammadiyahkan Kembali Muhammadiyahmuhammadiyah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Menjelang Idul Adha, Muhammadiyah Turut Ikhtiar Menangkal Wabah PMK
Berita

Menjelang Idul Adha, Muhammadiyah Turut Ikhtiar Menangkal Wabah PMK

6 Juli, 2022
Standar Halal MUI tentang Penyembelihan Hewan
Tuntunan

Fatwa Ibadah Kurban di Masa Wabah Penyakit Mulut dan Kuku

5 Juli, 2022
AIK di PTMA Harus Menjadi Penggerak Dakwah
Berita

AIK di PTMA Harus Menjadi Penggerak Dakwah

5 Juli, 2022
Next Post
Warga Muhammadiyah Wajib Berdakwah

Ideologi di Gerbang Perubahan

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In