“Sejarah merupakan pertarungan antara mengingat dan melupakan.”
Bedah buku berjudul “Mitos dari Lebak” mengupas tentang telaah kritis peran revolusioner Multatuli. Bertempat di Aula Gedung PP Muhammadiyah, Acara tersebut terselenggara atas inisiasi Pimpinan Cabang (PC) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Yogyakarta (2/3). Hadir dalam acara tersebut JJ Rizal Sejarawan, Ghifari Yuristiadhi Akademisi, dan FX Domini BB Hera Penulis Buku “Mitos dari Lebak” sekaligus Sejarawan.
Rizal menyampaikan bahwa agenda itu bertujuan untuk menggali kembali ingatan tentang Multatuli yang sempat terlupakan di masyarakat. Sejarah bukanlah produk dari obyektifitas. Sejarah dibentuk oleh subyektifitas dan dituntut oleh metode. “Ingatan kita tentang sejarah masa lalu dibentuk oleh orang-orang yang berusaha mengingat Multatuli,” ujarnya.
Dalam sejarahnya, Multatuli (Douwes Dekker) merupakan tokoh kemanusiaan pra kemerdekaan dan setelah Bangsa Indonesia merdeka. Sejarah Multatuli harus dibaca secara teliti dan detil. Seiring dengan berjalannya waktu, Multatuli menjadi alat kepentingan bagi beberapa elit yang salah satunya bertujuan untuk meredakan permusuhan antara Bangsa Indonesia dengan kolonial Belanda. “Bangsa Belanda beranggapan bahwa kemerdekaan Indonesia lahir dari rahim kolonial Belanda yaitu Multatuli. Dia lah yang mendorong kemerdekaan bangsa Indonesia,” ungkapnya.

Ghifari menjelaskan bahwa sejarah adalah pertarungan antara mengingat dan melupakan. Ia menghimbau kepada generasi muda untuk selalu membuka mata akan sejarah bangsa Indonesia. “Barangsiapa yang ingin mengetahui sejarah pasca kemerdekaan, ia harus mengetahui sejarah pra kemerdekaa,” pesannya.
Domini mengungkapkan buku tersebut menarik untuk dibaca karena menyibak banyak mitos dan misteri tentang sejarah Multatuli. Mitos dan legenda adalah kombinasi dari tiga hal, fantasi, opini, dan sejarah yang tertutupi kepentingan. “Bagi anda yang memiliki KTP WNI harus membaca buku ini dan bertanggung jawab memelihara sejarah Bangsa Indonesia,” tutupnya.(diko/riz)