• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Minggu, April 18, 2021
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result
Home Hadlarah Analog

Kiprah Muhammadiyah di Pedesaan

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
6 April, 2020
in Analog
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Kekhawatiran Terburuk Pagebluk Corona

Hyung Jun-Kim Revolusi Perilaku Keagamaan

Share

Judul Buku : Revolusi Perilaku Keagamaan di Pedesaan Yogyakarta

Penulis : Hyung-Jun Kim

Baca Juga

No Content Available

Tebal Buku : xxxiii + 396 halaman

Cetakan : Juli 2017

Penerbit : Suara Muhammadiyah

Perilaku keagamaan urban/perkotaan lekat dengan Muhammadiyah.Muhammadiyah seringkali dianggap sebagai organisasi yang menyebarkan dakwahnya di kalangan masyarakat “kelas atas” dan tinggal di kota. Pandangan itu tidak salah jika berkaca kiprah Kiai Dahlan di Kauman Yogyakarta. Namun, organisasi reformis ini tidak hanya berkembang dan tersebar di daerah kota, tetapi juga di pedesaan.

Dalam konteks perkembangan Muhammadiyah di pedesaan Yogyakarta, Hyung-Jun Kim melalui buku Revolusi Perilaku Keagamaan di Pedesaan Yogyakarta ini menunjukkan secara gamblang bahwa Muhammadiyah menjadi motor perubahan keberagamaan di daerah pedesaan. Hyun-Jun Kim melalui karya yang diangkat dari disertasinya ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah mampu berkiprah dalam mewarnai sosio-kultural masyarakat desa.

Pengajian

Dalam proses pembauran itu, Guru Besar Antropologi pada Kangwon National University ini menyebut bermula dari pengajian dan diakhiri dengan pengajian pula. Pengajian memainkan peran penting dalam menjembatani para cendekiawan reformis di kota dan para petani buta huruf di desa. Sang khatib yang mengisi khutbah di masjid dusun menjadi audiens dalam pengajian di sekolah-sekolah atau kantor. Sedangkan penceramah di sekolah-sekolah dan kantorkantor adalah peserta dalam pengajian yang disampaikan oleh cendekiawan modernis dari universitas-universitas Islam atau organisasi-organisasi Islam tingkat nasional. Dengan begitu, gagasan-gagasan para cendekiawan reformis secara bertahap menyebar dari kota ke desa (hal. 115-116).

Pengajian menjadi sarana komunikasi dan menjadi ujung tombak penyebaran Muhammadiyah di desa. Melalui pengajian seorang penceramah akan belajar dan memahami sosiologi masyarakat. Saat seorang penceramah mampu memahami kemauan masyarakat, maka ide-ide Islam modernis/reformis sedikit demi sedikit akan diterima oleh masyarakat.

Selain itu, pria kelahiran Seoul, Korea Selatan, 7 Juni 1965 ini menunjukkan bahwa keberadaan Muhammadiyah di pedesaan tak lepas dari upaya para dai dalam memaknai ritual keagamaan. Mereka tidak langsung menyalahkan perilaku itu, namun, dengan jalan melakukan islamisasi ritual keagamaan.

Kontekstualisasi

Hyun-Jun Kim menulis, warga Muslim reformis menempatkan praktik-praktik tradisional ke dalam konteks Islam dengan cara menyuntikkan makna baru kepada praktik-praktik itu. Mereka berupaya menafsirkan kenduri dalam hubungan dengan konsep sedekah (yang dipuji dalam Islam) dan merekontekstualisasi makna-makna makanan-makanan upacara dalam perspektif Islam (hal 205).

Buku ini sungguh luar biasa dalam menjelaskan kiprah Muhammadiyah di pedesaan Yogyakarta. Hyung-Jun Kim membuka mata bagi pengkaji dan warga persyarikatan Muhammadiyah saat ini bahwa, kebesaran Muhammadiyah tidak lepas dari upaya para dai dan penceramah dalam memahami konteks sosio-kultural masyarakat. Memahami warga Muhammadiyah pedesaan adalah proses dinamisasi dan kontekstualisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Buku ini semakin mengukuhkan peran dakwah kultural dan dakwah khusus dalam rahim Muhammadiyah. Selamat membaca.

Benni Setiawan, Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan P-MKU Universitas Negeri Yogyakarta

Sumber: Majalah SM Edisi 17 Tahun 2017

Tags: Muhammadiyah DesaProf Hyung-Jun Kim
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

No Content Available
Next Post
Politik di Balik Konflik Sunni-Syiah

Politik di Balik Konflik Sunni-Syiah

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In