• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Senin, April 19, 2021
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result
Home Wawasan Kolom

Membaca Teks, Mengubah Zaman

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
11 Mei, 2020
in Kolom
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Tergugah Oleh Alfatihah; Satu Catatan Ringan Pengalaman Beragama
Share

Oleh: Deni Al Asyari, Direktur Utama PT SCM Suara Muhammadiyah

Ketika Malaikat Jibril mendatangi Nabi Muhammad Saw untuk menyampaikan Wahyu pertama, Jibril berkata kepada Nabi Saw, IQRA’…( Bacalah ), kemudian Nabi Muhammad saw pun menjawab, ” Ma Ana Bi Qarik “, ( Saya tidak bisa membaca), hingga sampai tiga kali, Jibril mengulang agar Nabi Saw membacanya, Sang Rasul, tetap menjawab yang sama.

Baca Juga

Dukung Ramadhan Kuatkan Aqidah di Desa Rawan Pemurtadan

“Sebar Takjil” Lazismu Pulang Pisau

Hingga akhirnya, Jibril memeluk erat Nabi Muhammad Saw dengan penuh cintanya, kemudian mengulangi lagi mengucapkan IQRA’, akhirnya Nabi Saw dapat mengikuti dan membaca, “Iqra’ Bismirabbika ladzi Khalaq”. Dan kalimat ini, menjadi pertanda wahyu pertama yang diturunkan Allah kepada manusia, yang kemudian tersusun dalam surat Al- ‘Alaq ayat 1-5.

Pada saat ayat atau wahyu ini diturunkan, memang kondisi masyarakat Arab jauh dari budaya baca tulis, keutamaan masyarakat Arab pada saat itu lebih dominan pada hafalan. Oleh karenanya, Nabi Muhammad Saw pun, dikenal dengan sifat ke-Ummi-annya, yang tidak bisa baca dan tulis. Sehingga ketika diminta oleh Jibril untuk membaca, Nabi Muhammad Saw tidak bisa.

Ketidakmampuan Nabi Saw untuk membaca dan menulis bukanlah suatu aib bagi bangsa Arab kala itu, karena memang demikianlah kondisi sosio-historis masyarakat pada saat wahyu pertama diturunkan. Sehingga Allah berfirman dalam Al Qur’an;

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

“Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah [62]: 2)

Tentu saja kisah ini sangat menarik, ditarik hikmah dan pesannya untuk saat sekarang. Banyak ahli tafsir dan para ilmuan Al Qur’an yang telah mengurai semua makna atas proses turunnya wahyu pertama ini, yang bisa kita baca dan pelajari. Diantaranya, ada pemikiran Buya Hamka, Quraish Shihab, Sayyid Qutub, Nashr Hamid Abu Zaid, Yusuf Qhardawi, Al Maraghi, dan lain-lain dengan berbagai perspektif.

Namun, setidaknya, secara sederhana, sebagai catatan singkat, bahwa keberhasilan Nabi Muhammad Saw dalam membangun peradaban Islam, diawali dengan semangat dan konsep IQRA’ yang diturunkan Allah. Sebab sebelum adanya konsep Iqra’ ini, masyarakat Arab masih hidup dengan tradisi kejahiliyahannya. Namun melalui, semangat Iqra’, Nabi Muhammad Saw, mampu menghadirkan peradaban Islam, yang tak tertandingi hingga saat sekarang.

Di tangan Nabi Saw, Iqra’ telah menjelma menjadi teori perubahan yang sangat penting dalam peradaban Islam. Melalui pendekatan how to Read, How to Learn, How to Understand, dalam waktu sekejab, Nabi mengubah teks menjadi konteks, yang penuh dengan misi Islam, yaitu Rahmatan Lil ‘Alamin.

Maka dari itu, jika melihat kemajuan peradaban Barat saat sekarang, sesungguhnya, bisa jadi karena mereka mempraktekkan semangat Iqra dalam kehidupan di dunia. Hanya saja, mereka membaca tidaklah berlandaskan pada Bismi Rabbik ( Dengan nama Allah). Walau tampak maju, namun sisi kemanusiaan nyaris hilang di tengah kemajuan peradaban tersebut.

Tentu berbeda, jika semangat IQRA’ yang dibaca dan dipahami umat Islam, dengan landasan “Bismi Rabbik”. Maka peradaban yang akan lahir, adalah peradaban yang penuh dengan keutamaan dan kedamaian, sesuai dengan misi Islam, sebagai agama rahmat.

Melalui momen peringatan nuzulul quran yang diperingatkan pada 17 Ramadhan ini, menjadi renungan dan ibroh bagi kita semua, khususnya bagi penulis, bahwa kemajuan sebuah peradaban, tidak bisa dilepaskan dari tradisi Iqra’ atau budaya literasi yang saat ini banyak dipopulerkan masyarakat. Semoga semangat, Nuzulul Quran pada Ramadhan kali ini, menjadi semangat baru, dalam menggapai peradaban dan kehidupan yang lebih baik dan maju.

Catatan singkat, malam Nuzululquran 17 Ramadhan 1441 H.

Tags: membaca teksmengubah zamanNuzulul Qur'anramadhan
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Ramadhan
Berita

Dukung Ramadhan Kuatkan Aqidah di Desa Rawan Pemurtadan

19 April, 2021
Lazismu
Berita

“Sebar Takjil” Lazismu Pulang Pisau

18 April, 2021
Wollongong
Berita

Warga Indonesia Siapkan Buka Puasa di Wollongong Australia

18 April, 2021
Next Post
Relasi Muhammadiyah Dan Etnis Tionghoa

Relasi Muhammadiyah Dan Etnis Tionghoa

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In