• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Juni 25, 2022
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Pengukuhan Guru Besar Alimatul Qibtiyah: Arah Gerakan Feminisme Muslim di Indonesia

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
20 September, 2020
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Pengukuhan Guru Besar Alimatul Qibtiyah: Arah Gerakan Feminisme Muslim di Indonesia

Pengukuhan Guru Besar Alimatul Qibtiyah: Arah Gerakan Feminisme Muslim di Indonesia

Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Alimatul Qibtiyah dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kajian Gender. Pengukuhan  Guru Besar dilakukan dalam Sidang Senat terbuka di Gedung R.H.A Soenarjo, Universitas Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Orasi ilmiah Alimatul Qibtiyah menyampaikan materi tentang Arah Gerakan Feminisme Muslim di Indonesia.  “Perbincangan arah gerakan feminisme di Indonesia sangat penting dan relevan pada saat ini. paling tidak ada tiga alasan: adanya kompleksitas persoalan perempuan dan upaya penyelesaian; dinamika dan perdebatan antara Islam dan feminisme; karena adanya kekhasan daripada feminisme muslim itu di dalam mencari titik temu dan meramu antara Islam dan feminisme,” terang Alim, Kamis (17/09).

Baca Juga

UMP Tambah Profesor Lagi, Bukti Tingkatkan Mutu Pendidikan

Presiden Jokowi Apresiasi Gagasan Orasi Ilmiah Prof Mukti Fajar

Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah ini menerangkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, aspek perempuan setidaknya diperdebatkan dalam wacana seputar status, tubuh, peran, dan pemikirannya. Status perempuan sering dipahami sebagai makhluk atau jenis kelamin kedua; tubuh perempuan sering dihubungkan dengan simbol kesucian, kesuburan, hingga disebut sebagai sumber malapetaka.

 “Pemahaman ini dikuatkan dengan pemahaman yang konservatif dan tekstual. Para feminis muslim menggugat semangat beragama konservatif yang tidak sejalan dengan apa yang diajarkan oleh Rasulullah yang menempatkan perempuan seimbang dan setara dengan laki-laki. Islam sangat menjunjung tinggi peran publik perempuan sehingga ketika peran tersebut dimanipulasi, oleh penafsiran misoginis, di situlah para feminis muslim bergerak melawan,” tutur Alim.

Alim mengatakan bahwa feminisme muslim berada dalam posisi yang dilematis. Satu pihak menganggap bahwa feminis muslim merupakan kelompok yang terhubung dengan paham sekularisme Barat, namun pihak lain menyatakan bahwa feminis muslim kurang “feminis” karena masih terpengaruh paham patriarki.

 “Feminis muslim memiliki kepiawaian di dalam meramu dan meracik antara dinamika Islam dan feminisme. Di sinilah saya hendak menegaskan bahwa menjadi feminis sekaligus menjadi muslim yang agamis adalah hal yang sangat munkin. Walaupun dalam prakteknya keduanya akan kerap bernegosiasi untuk menemukan titik temu pandangan yang sering berbeda,” ujar Alim.

Alim menjelaskan bahwa feminisme memiliki keyakinan bahwa laki-laki dan perempuan keduanya sama-sama manusia sempurna. Perempuan bukanlah setengah manusia. Feminisme menyadari pula bahwa ada persoalan perempuan yang harus diperbaiki agar menjadi lebih baik. Upaya yang dilakukan gerakan feminisme adalah mempromosikan, mempertanyakan, memaknai ulang, dan menginternalisasikan keadilan dengan mempertimbangkan konteksnya.

 “Dengan definisi tersebut saya berargumen bahwa Nabi Muhammad saw. juga seorang feminis, karena beliau menyadari bahwa ada persoalan perempuan, ada usaha menyelesaikan persoalan itu sehingga kehidupan perempuan menjadi lebih baik,” kata Alim. (ppmuh/ilham)

Download Pidato Pengukuhan Guru Besar Prof Alimatul Qibtiyah Arah Gerakan Feminis Muslim Indonesia

Tags: Alimatul Qibtiyahfeminisme muslimGuru BesarUIN Sunan Kalijaga
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

UMP
Berita

UMP Tambah Profesor Lagi, Bukti Tingkatkan Mutu Pendidikan

4 Juni, 2022
mukti fajar
Berita

Presiden Jokowi Apresiasi Gagasan Orasi Ilmiah Prof Mukti Fajar

25 Mei, 2022
Prof Akrim
Berita

Prof Akrim MPd, UMSU Tambah Guru Besar bidang Pendidikan

24 Mei, 2022
Next Post
Kolaborasi HW Masa Pandemi Latgab Virtual

Kolaborasi HW Masa Pandemi Latgab Virtual

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In