• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Selasa, Mei 17, 2022
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Puasa Dawud dalam Pandangan Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
21 Januari, 2021
in Tanya Jawab Agama
Reading Time: 3 mins read
A A
0
Puasa Ramadhan Puasa Dawud puasa syawal

Ilustrasi Puasa

Share

Puasa Dawud dalam Pandangan Muhammadiyah

Pertanyaan:

Baca Juga

Hukum Mahallul-Qiyam dalam Shalawat

Hukum Akad dengan PLN

Assalamu ‘alaikum wr. wb.

Bagaimana pandangan Muhammadiyah terhadap puasa sunnah Dawud? Mohon penjelasan. Terima kasih.

Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

M Iqbal (disidangkan pada Jumat, 6 Muharam 1441 H / 6 September 2019 M)

Jawaban:

Wa ‘alaikumus salam wr. wb.

Sebelumnya kami haturkan terima kasih atas pertanyaan yang saudara sampaikan kepada Tim Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Berikut ini kami sampaikan jawabannya, semoga dapat memberikan pencerahan.

Puasa Dawud adalah puasa tathawu’ (sunnah) yang telah diputuskan pada Munas Tarjih ke-26 di Padang tahun 2003. Yang dimaksud dengan puasa Dawud adalah  sehari berpuasa, sehari berbuka, sehari berpuasa lagi dan hari berikutnya berbuka, demikian seterusnya.

Puasa Dawud merupakan puasa sunnah yang utama bagi mereka yang ingin memperbanyak puasa, puasa yang seimbang dan dicintai Allah swt.

Disebutkan dalam sebuah hadis,

أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، أَخْبَرَهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ: أَحَبُّ الصَّلَاةِ إِلَى اللهِ صَلَاةُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَأَحَبُّ الصِيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ، وَكَانَ يَنَامُ نِصْفَ اللَّيْلِ وَيَقُومُ ثُلُثَهُ، وَيَنَامُ سُدُسَهُ، وَيَصُومُ يَوْمًا، وَيُفْطِرُ يَوْمًا [رواه البخاري].

Bahwasanya Abdullah bin Amr bin Ash ra. [diriwayatkan] dikhabarkan kepadanya sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda padanya, shalat yang paling dicintai Allah adalah shalat Nabi Dawud dan puasa yang paling dicintai Allah adalah puasa Nabi Dawud, ia tidur separuh malam kemudian shalat di sepertiganya dan tidur lagi di seperenamnya, ia puasa sehari serta berbuka sehari [H.R. al-Bukhari No. 1131].

Dalam hadis lain juga disebutkan,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَفْضَلُ الصِّيَامِ صِيَامُ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَامُ، كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا [رواه النسائي].

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr [diriwayatkan] ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, puasa yang paling utama adalah puasa Nabi Dawud a.s., beliau berpuasa sehari dan berbuka sehari [H.R. an-Nasa’i No. 2338].

Puasa Dawud ini dinasihatkan kepada seseorang yang secara terus menerus melakukan ibadah di malam hari dan puasa di siang hari, sehingga Nabi saw. diberi petunjuk agar setiap minggunya tiga hari saja. Tetapi orang itu masih mendesak untuk dapat melakukan puasa lebih dari tiga hari dan merasa punya kemampuan untuk melakukan puasa lebih dari itu. Oleh sebab itu dalam hadis disebutkan,

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو، قَالَ: قَالَ لِي رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صُمْ صَوْمَ نَبِيِّ اللهِ دَاوُدَ، وَلَا تَزِدْ عَلَيْهِ، قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَهِ، وَمَا كَانَ صِيَامُ دَاوُدَ؟ قَالَ: كَانَ يَصُومُ يَوْمًا وَيُفْطِرُ يَوْمًا [رواه أحمد و غيره].

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr [diriwayatkan] ia berkata, Rasulullah saw. bersabda kepadaku, puasalah seperti puasanya Nabi Dawud, dan janganlah menambahnya. Aku bertanya (‘Abdullah bin ‘Amr), Wahai Rasulullah, bagaimana puasa Nabi Dawud itu? Nabi saw menjawab, dahulu Nabi Dawud puasa sehari dan berbuka sehari [H.R. Ahmad dan lainnya No. 6867].

Anjuran untuk melakukan puasa sebagaimana puasa Nabi Dawud seperti tersebut dalam hadis di atas diikuti satu larangan yang berbunyi: wa laa tazid ‘alaih (jangan engkau menambahnya). Larangan itu dapat dijadikan dalil untuk melarang orang yang berpuasa melebihi puasanya Nabi Dawud.

Dalam pandangan Muhammadiyah, berdasarkan hadis-hadis dan kesepakatan ulama mengenai sunnahnya puasa Dawud sekaligus merupakan puasa yang paling dicintai Allah swt, maka puasa Dawud adalah puasa sunnah yang utama dan sangat dianjurkan bagi umat Nabi Muhammad saw.

Demikian jawaban mengenai pandangan Muhammadiyah terhadap puasa sunnah Dawud, semoga bermanfaat.

Wallahu a‘lam bish-shawab

Rubrik Tanya Jawab Agama Diasuh Divisi Fatwa Majelis Tarjih dan Tajdid
Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Sumber: Majalah SM No 4 Tahun 2020

Tags: Fatwa Tarjihpuasa daudpuasa sunnah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Mahallul-Qiyam
Tanya Jawab Agama

Hukum Mahallul-Qiyam dalam Shalawat

13 Mei, 2022
PLN
Tanya Jawab Agama

Hukum Akad dengan PLN

28 April, 2022
Keutamaan Shalat Sendiri (Munfarid) dan Jamaah
Tanya Jawab Agama

Cara Duduk Tahiyat Akhir pada Shalat Dua Rakaat

15 April, 2022
Next Post
Mataf UMY, Haedar Nashir: Jadilah Cendekiawan Berintegritas

Mataf UMY, Haedar Nashir: Jadilah Cendekiawan Berintegritas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In