• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Selasa, April 13, 2021
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result
Home Humaniora

Serumpun Padi: Benteng-Benteng Kota, Puisi Asih Minanti Rahayu

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
3 Januari, 2021
in Humaniora
Reading Time: 4 mins read
A A
0
Asih Minanti Rahayu
Share

Serumpun Padi: Benteng-Benteng Kota

Puisi Asih Minanti Rahayu 

 

Sawah adalah benteng kota,

Baca Juga

‘Aisyiyah dan Puisi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

Haedar Nashir Melaunching Buku Puisi Karya Ketua PDM Bantul

Melindungi rakyat dari nestapa,

Kemiskinan, kelaparan, serta

kutukan-kutukan alam,

 

 

Benteng kokoh menjaga,

Segala bentuk marabahaya,

Kuat melingkupi,

Selingkar negeri subur makmur lestari,

 

 

Dimana ada sawah,

Disitulah disenandungkan,

Nikmat-nikmat Tuhan!

“Serumpun padi tumbuh di sawah,

Hijau menguning daunnya!”

Lagu ini didendangkan,

Sedari dulu kala,

Sawah warisan tanah pusaka,

Inspirasi para pujangga, pelagu dan penari,

Keindahan terbentang luas di hamparan bumi pertiwi,

Menghiasi setiap pandang mata ini,

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Kucari kau sekarang dimana,

Menghilang di sudut-sudut pemukiman,

Berubah menjadi gedung-gedung perkantoran,

 

 

Aku rindu,

Melihat kerbau ditunggangi bocah,

Membawa seruling bambu,

Di tengah sawah,

Lukisan pemandangan mereka dipampang,

dalam kalender-kalender tua,

Di masa aku belia,

Kertas bekas yang jadi penutup jendela,

 

 

Aku rindu,

Bermain bersama anak-anak bercaping,

Menarik tali orang-orangan sawah,

Sambil duduk di gubuk jerami,

Dan makan siang bersama petani,

 

 

Aku rindu,

Berlarian di pematang,

Mencari cimplukan,

Menangkap ikan dan belut di kubangan,

Setelah panen raya tiba,

Menggorengnya di rumah bersama kakak tercinta,

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Kapankah semua itu kembali?

Sawah membentengi kota ini?

 

 

Konsistensi swasembada pangan yang terlupa,

Membuat kita terlena,

Kapankah sawah menjadi kekayaan prestisius negeri?

Dihias villa-villa kayu,

Serta lampu-lampu indah?

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Akankah tinggal kenangan,

Gambar sawah perangko repelita?

Habis dijual untuk biaya sekolah kedokteran,

Sementara sarjana pertanian bekerja di bank,

Sawah kemudian alih lahan,

 

 

Sawah adalah benteng kota,

Ketentraman nusantara padanya,

Kenangan cinta dari negara,

Untuk anak cucu kita,

Amin.

Cilacap, 23 November 2020

Asih Minanti Rahayu, Pecinta Seni, Sastra, dan Agama.

Ketua Ranting Aisyiyah Tegal Kamulyan, Cilacap Jawa Tengah

Tags: asih Minantipuisisawah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Puisi
Berita

‘Aisyiyah dan Puisi di Lembaga Pembinaan Khusus Anak

6 April, 2021
buku puisi haedar nashir
Berita

Haedar Nashir Melaunching Buku Puisi Karya Ketua PDM Bantul

4 April, 2021
hati
Humaniora

Puisi Imam Syafii dalam Cinta Bersemi yang Tak Pernah Pudar

1 Maret, 2021
Next Post
Peran TB Care-HIV ‘Aisyiyah Berlanjut Menjadi PESAT

Peran TB Care-HIV ‘Aisyiyah Berlanjut Menjadi PESAT

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In