• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Agustus 13, 2022
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Perbedaan Muhammadiyah dan Salafi Wahabi

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
15 Juni, 2021
in Pedoman
Reading Time: 3 mins read
A A
3
Salafi
Share

Perbedaan Muhammadiyah dan Salafi Wahabi

Gerakan pembaharuan Muhammadiyah memadukan gagasan besar: Al-Afghani, Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, hingga Ibn Wahab, yang diramu oleh KH Ahmad Dahlan. Muhammadiyah melakukan purifikasi aspek akidah dan ibadah, dalam muamalah melakukan modernisasi atau dinaminasi. Wahabi penekanannya pada purifikasi.

Baca Juga

Mempersiapkan Bekal Perjalanan Menuju Tuhan

Agenda Strategis Pendidikan Nasional

Muhammadiyah memahami Qur’an dan Sunnah dengan akal pikiran yang sesuai jiwa ajaran Islam, sementara Salafi memahami secara literal. Muhammadiyah menerima kemoderenan serta melakukan modernisasi. Salafi menolak modernisasi, tapi menerima teknologi. Muhammadiyah menerima budaya Barat dan lokal yang sesuai ajaran Islam, serta melakukan islamisasi terhadap budaya lokal yang tidak islami. Salafi menolak budaya Barat dan lokal, serta mengacu pada budaya Arab yang tergambar dalam hadis.

Muhammadiyah berdakwah kepada Muslim dan non-Muslim dengan prinsip hikmah. Kepada non-Muslim didakwahi agar mengerti Islam, kepada Muslim agar menjadi muslim ideal. Salafi berdakwah kepada muslim saja agar bermanhaj salaf, non-Muslim dipandang kafir. Muhammadiyah ber-amar makruf nahi munkar. Secara individual melalui pengajian dan tabligh. Secara kelembagaan dilakukan sistematis melalui AUM dan filantropi. Salafi melakukannya dengan tahzir dan hajr al-mubtadi’ (mengisolasi atau menyingkirkan pelaku bid’ah).

Muhammadiyah turut mendirikan Indonesia dan memperjuangkan negara baldatun thayyibatun wa rabbun ghofur. Indonesia sebagai Dar al-Ahdi wa al-Syahadah, tinggal mengisinya agar sesuai ajaran Islam. Salafi yamani patuh pada pemerintah, tetapi pasif. Salafi yamani berprinsip apolitik, tetapi mengidolakan kehidupan berbangsa seperti zaman Nabi. Salafi haraki dan jihadi menyimpan harapan menjadikan Indonesia sebagai negara Islam.

Muhammadiyah berpandangan bahwa akal adalah perangkat yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia untuk bisa survive serta memahami alam semesta dan teks keagamaan. Muhammadiyah menggunakan pendekatan bayani, burhani, dan irfani. Akal digunakan karena Islam diturunkan untuk semua manusia dengan berbagai latar budaya dan peradaban. Salafi mengabaikan peran akal dalam menafsirkan teks keagamaan. Bagi mereka, kebenaran itu tunggal dan terletak dalam wahyu dan respons manusia terhadap wahyu: taat dan ingkar.

Muhammadiyah berpandangan bahwa rasionalitas dan pengembangan ilmu sosial diperlukan untuk memahami teks dan untuk  membangun peradaban manusia yang maslahah. Salafi mengharamkan filsafat dan tasawuf.

Menurut Muhammadiyah, perempuan punya peran domestik dan publik. Perempuan boleh menjadi pejabat publik dan bepergian tanpa mahram bila aman dan terjaga dari fitnah. Muhammadiyah memfasilitasi perempuan berorganisasi melalui Aisyiyah. Perempuan sebagaimana laki-laki, harus mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya di semua bidang. Muhammadiyah mendukung pernikahan monogami untuk menciptakan keluarga sakinah, walaupun tidak mengharamkan poligami.

Menurut salafi, peran perempuan di sektor domestik. Perempuan bepergian harus didampingi mahram. Perempuan perlu mendapatkan pendidikan keagamaan dan bidang yang menopang peran domestiknya. Salafi mendukung poligami.

Bagi Muhammadiyah, berpakaian yang penting adalah menutup aurat. Boleh memakai pakaian tradisional, lokal, Arab ataupun Barat. Cara berpakaian salafi membiasakan empat identitas:  jalabiya (baju panjang terusan atau jubah), tidak isbal (celana di atas mata kaki), lihya (memelihara jenggot), dan niqab (memakai cadar bagi perempuan).

Bidang seni semisal aktivitas bermusik, bernyanyi, bermain drama, menurut Muhammadiyah, bisa menjadi media dakwah. Bagi salafi, seni adalah bid’ah dan haram. Menonton TV, bermusik, dan hiburan adalah terlarang.

Dalam penentuan Ramadhan dan Idul Fitri, menurut Muhammadiyah,  metodenya ilmu hisab. Salafi menggunakan metode rukyat dan Idul Adha mengikuti ketentuan wukuf di Arafah. Muhammadiyah membolehkan zakat fitrah dengan uang dalam keadaan tertentu. Menurut salafi, zakat fitrah harus makanan pokok. Muhammadiyah berpandangan zakat bisa diberikan untuk kesejahteraan umum. Menurut salafi, zakat harus kepada 8 asnaf.

Peringatan maulid Nabi, menurut Muhammadiyah, boleh dilakukan jika membawa mashlahat. Maulid termasuk bidang muamalah. Menurut salafi, peringatan maulid Nabi mutlak haram. (ridha)

Muhammadiyah dan Salafi

Selengkapnya Muhammadiyah dan Salafi Wahabi

Tulisan ini disarikan dari hasil wawancara wartawan SM dan paparan materi Agung Danarto dalam acara Rapat Konsolidasi PWM Aceh Bersama PDM se-Propinsi Aceh, Majelis, Lembaga dan Ortom tingkat wilayah Propinsi Aceh, tanggal 27-28 Juli 2019.

Tulisan ini dimuat pertama kali di Majalah Suara Muhammadiyah secara berseri pada rubrik Pedoman edisi 22 (16-30 November 2019)

Tags: muhammadiyahsalafiWahabi
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Mempersiapkan Bekal Perjalanan Menuju Tuhan
Analog

Mempersiapkan Bekal Perjalanan Menuju Tuhan

13 Agustus, 2022
pendidikan nasional
Bingkai

Agenda Strategis Pendidikan Nasional

12 Agustus, 2022
Majelis Tarjih dan Lembaga Bahtsul Masail NU Rencanakan Agenda Bersama
Berita

Majelis Tarjih dan Lembaga Bahtsul Masail NU Rencanakan Agenda Bersama

12 Agustus, 2022
Next Post
arah kiblat

Pengabdian Masyarakat FAI Unismuh Mengukur Arah Kiblat di Gowa

Comments 3

  1. Muhsin MK says:
    1 tahun ago

    Bismillaah. Salafi berbeda dengan wahabi. Salafi faham yang ingin mengikuti jejak para sahabat, tabiin dan tabiit tabiin, dan ulama ahlussunah wal jamaah. Ini sama dengan Muhammadiyah. Wahabi pengikut Abdul Wahab Ulama di Saudi. Abdul Wahab juga salifi cuma khas Saudi. Muhammadiyah salafi khas Ahmad Dahlan. Khas Indonesia. Da’wah melalui organisasi dan menghadapi zaman yang berbeda. Jadi salafi dan wahabi yang ada di Indonesia sebaiknya belajar dari Muhammadiyah dalam da’wah menghadapi perkembangan zaman tanpa mengabaikan yang prinsip. Dalam kajian Islam secara ilmiah tanpa mengabaikan sumber rujukan yang shahih kita perlu belajar dari ustadz salafy. Ini yang menarik anak muda termasuk dari Muhammadiyah. Jadi bisa saling mengisi dan tidak baik dipertentangkan. Wallaahu ‘alam.

    Balas
  2. Hamba Allah says:
    9 bulan ago

    Tapi di buku2 anak Univ Muhammadiyah, jelas disebutkan mengambil manhaj dari Muhammad Ibn Abdul Wahab..

    Balas
  3. Johari says:
    4 bulan ago

    Bugis dan menjadi referensi untuk.menambah Ilmu pengetahuan tentang perkembangan islam

    Balas

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In