• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Kamis, Juni 30, 2022
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Batu Penarung Dakwah

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
13 September, 2021
in Opini
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Najran

Foto Dok Awsat

Share

Oleh: Alfian Dja’far (Guru Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta)

Dakwah Kiai Dahlan di awal awal mendirikan Muhammadiyah mengalami rintangan yang sangat berat, beliau pernah dikatakan kiai kafir, bahkan diancam akan di bunuh. “Kalau berani datang sekali lagi ke Banyuwangi akan disambut kelewang dan istrinya akan dijadikan pelayan”, mendengar ancaman tersebut Kiai Dahlan malah semakin mantap dan yakin untuk  melanjutkan perjalanan dakwahnya  ke Banyuwangi walaupun saat pihak keluarga mencegah beliau untuk berangkat akan tetapi sesampai di Banyuwangi ancaman itu tersebut tidak menjadi kenyataan.

Baca Juga

Wujudkan Mubalighat Nasyiatul Aisyiyah yang Berkomitmen dan Kompeten dalam Dakwah

Sebuah Renungan Awalan untuk Dakwah Ranting Muhammadiyah

Ancaman yang dihadapi Kiai Dahlan tidak hanya berasal dari luar Yogyakarta, akan tetapi juga datang dari masyarakat kampung Kauman Yogyakarta, kala itu langgar beliau pun  sampai dibakar, cobaan demi cobaan beliau hadapi tidak sedikitpun menyurutkan langkahnya untuk terus berdakwah dan menyebarkan ajaran ajaran Islam yang menggembirakan bagi semuanya.

Kiai Dahlan dalam setiap kesempatan selalu berpesan pada murid dan sahabatnya untuk terus berpegang teguh dan istiqomah pada nilai nilai kebenarannya serta terus berdakwah dan memajukan gerak amal persyarikatan muhammadiyah  dan tidak boleh  surut walaupun menemui banyak alangan. Pada satu  kesempatan kiyai Dahlan pernah menyampaikan terkait kewajiban setiap manusia. “Aku sudah tua, berusia lanjut, kekuatanku pun sudah sangat terbatas, tapi, aku tetap memaksakan diri memenuhi kewajiban ku beramal, bekerja, dan berjuang untuk menegakkan dan menjunjung tinggi perintah Tuhan. Aku sangat yakin seyakin-yakinnya bahwa memperbaiki urusan yang terlanjur salah dan disalah gunakan atau diselewengkan adalah merupakan kewajiban setiap manusia, terutama kewajiban umat Islam. (Munir Mulkhan, 2007)

Suatu ketika diawal tahun 1923 Kiai Dahlan kembali jatuh sakit, melihat sakitnya Kiai yang semakin parah, Siti Walidah meminta dengan sangat agar kiai bersedia beristirahat dulu untuk beberapa saat bagi penyembuhan dari sakit. Mendengar permintaan istrinya itu kiai begitu terkejut dengan mengatakan bahwa jika selama ini orang lain memintanya berhenti beramal tak digubris, kini justru istrinya sendiri yang ikut melarang. Kiai dahlan kala itu bersikukuh bahwa ia tidak boleh berhenti bekerja, bahkan harus bekerja keras karena jika lambat maka gerakan ini akan gagal. (Munir Mulkhan, 2007 )

Apa yang disampaikan dan dicontohkan Kiai Dahlan setidaknya harus terus menjadi pegangan disetiap warga persyarikatan untuk terus berjuang dan menegakkan serta menjunjung tinggi agama islam terutama dalam perkara yang telah di putuskan oleh organisasi harus terus kita pegangi, pedomani serta direalisasikan semaksimal mungkin.

Setiap usaha kebaikan yang kita lakukan di jalan dakwah selalu akan ada “Batu Penarung”. Batu Penarung yang ada tidak seharusnya menjadikan kita surut untuk melangkah dan menjadikan sebab untuk tidak melanjutkan perjuangan yang telah di siapkan dan sepakati  sebelumnya.

Apa yang di contohkan Kiai Dahlan  sudah lebih dari cukup bagi kita untuk menjadi spirit dalam berdakwah dan tetap berdakwah dan memperjuangkan apa yang telah di tetapkan oleh persyarikatan.

“Batu Penarung” yang ada semakin menjadikan kita solid dan menambah semangat untuk terus berdakwah pada sebuah kesempatan Buya Syafi Maarif pernah menyampaikan, “tidak ada kekusutan yang tidak bisa diurai dan tidak ada kekeruhan yang tidak bisa di jernihkan”. Setiap sandungan dan alangan dalam jalan dakwah selalu akan ada jalan keluarnya. Semoga Allah selalu memudahkan menjauhkan kita dari “Batu Penarung dakwah“ apa yang kita perjuangkan  selalu diberikan kekuatan untuk melewati nya. Wallahu a’lam

 

Tags: batudakwahpetarung
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Wujudkan Mubalighat Nasyiatul Aisyiyah yang Berkomitmen dan Kompeten dalam Dakwah
Berita

Wujudkan Mubalighat Nasyiatul Aisyiyah yang Berkomitmen dan Kompeten dalam Dakwah

28 Juni, 2022
ranting muhammadiyah
Opini

Sebuah Renungan Awalan untuk Dakwah Ranting Muhammadiyah

3 Juni, 2022
AMM Krembangan 
Berita

Dakwah Kekininan Tadarus On Air AMM Krembangan 

6 April, 2022
Next Post
Undang Dokter Tirta, IMM Komikes UMP Bangun Ekonomi Kreatif UMKM 

Undang Dokter Tirta, IMM Komikes UMP Bangun Ekonomi Kreatif UMKM 

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In