• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Jumat, Februari 3, 2023
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Bagaimana Perguruan Tinggi Menulis Sejarah Muhammadiyah?

Bedah Karya Edisi Kelima Belas menuju Kongres Sejarawan Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
18 Oktober, 2021
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Bagaimana Perguruan Tinggi Menulis Sejarah Muhammadiyah?
Share

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ada yang berbeda pada acara Bedah Karya Sejarah Muhammadiyah edisi ini (15/10). Pertama, selain karena edisi ini diadakan pada Jumat malam. Kedua, tidak ada karya khusus yang didiskusikan serta, ketiga, terdapat dua pembicara yang memantik diskusi. Keduanya adalah Riswinarno, S.S., M.M., Ketua Program Studi (Kaprodi) S1 Sejarah Kebudayaan Islam, UIN Sunan Kalijaga, dan, Dr. Mutiah Amini, M.Hum selaku Kaprodi Ilmu Sejarah, Universitas Gadjah Mada.

Jalannya diskusi mengangkat tajuk “Histrografi dan Tema-Tema Kajian Sejarah Muhammadiyah di Perguruan Tinggi Negeri”. Di samping karena baru perguruan tinggi negeri yang memiliki program studi ilmu sejarah, bahasan ini harapannya bisa memantik perguruan tinggi Muhammadiyah/Aisyiyah untuk juga membuka jurusan yang sama.

Baca Juga

Muhammadiyah Jatim: Sukseskan Harlah 1 Abad NU di Sidoarjo

Muslim Yang Berilmu

Kehadiran dua pemuka akademik dari dua perguruan tinggi malam ini memberi gambaran menarik mengenai produksi karya ilmiah sejarah Muhammadiyah. Dimulai dari pemaparan Riswinarno, berdasarkan data katalog skripsi dan tesis sejak tahun 2013, terjadi peningkatan penulisan karya sejarah Muhammadiyah pada 2019. Meskipun demikian, pada tahun-tahun lainnya memang masih sedikit yang menulis sejarah Muhammadiyah.

Di antara karya-karya sarjana dan pascasarjana, tema sejarah Muhammadiyah yang paling diminati adalah ketokohan atau menuliskan biografi. Beberapa tokoh yang disoroti dalam diskusi ini seperti Haji Malik Karim Amrullah, Siti Baroroh Baried, Siti Munjiah, Siti Bariyah, Said Tuhuleley, Ahmad Syafii Maarif, serta Mas Mansur.

Menurut Riswinarno, kegemaran pada tema ketokohan ini dikarenakan mayoritas latar belakang mahasiswa UIN berangkat dari tradisi pesantren. “… hubungan guru-murid itu masih terbawa,” pungkasnya, “Bahkan, kami sampai ada moratorium untuk tidak menulis tokoh laki-laki, kiai”.

Lalu, di urutan kedua ialah tema tentang sejarah lokal Muhammadiyah. Tema umum lainnya yang ditulis para mahasiswa adalah sejarah kecil seperti, sejarah Kampung Nitikan, sekolah Muhammadiyah di suatu daerah, maupun sejarah Muhammadiyah di suatu desa. Pada urutan ketiga yang jumlahnya semakin sedikit peminat ialah tema-tema sosial-politik yang dikaitkan dengan Muhammadiyah, seperti sejarah paguyuban tukang becak, Partai Komunis Indonesia, dan isu Kristenisasi.

Pembicara kedua, Mutiah Amini, memulai dengan refleksi pada historiografi Muhammadiyah yang sudah dibangun Harry Benda, James Peacock, dan Mitsuo Nakamura yang menulis Persyarikatan sebagai institusi dan gerakan. Padahal, ada banyak aspek penting lain dari Muhammadiyah yang belum ditulis.

Mengenai karya ilmiah mahasiswa, Mutiah Amini mendapati bahwa menulis sejarah lokal Muhammadiyah adalah tema yang paling digemari, baik tingkat sarjana, pascasarjana, dan doktoral. Di bawah tema sejarah lokal, ada juga mahasiswa yang menulis sejarah pendidikan dan fasilitas kesehatan dan biografi tokoh Muhammadiyah. Salah satu yang diingat adalah karya disertasi Suwarno (almarhum), dari Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Berjudul “Muhammadiyah dan Masyumi di Yogyakarta, 1945-1960”.

Pada sesi diskusi, hadir pula di sana Prof. Sjafri Sairin, Guru Besar Antropologi, Universitas Gadjah Mada, dan Dr. Muhammad Sungaidi, MA. dari Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Keduanya saling berbagi ide dan pengalaman mengenai penulisan sejarah Muhammadiyah.

Akhir kata, sebagai epilog dan mengawali juga sambutan diskusi, Bu Wiwid Widyastuti mengingatkan bahwa Kongres Sejarawan Muhammadiyah akan diselenggarakan secara luring dan daring pada November. Sebelum hari H juga akan dibuka pelatihan penulisan sejarah lokal dan pembuatan pariwisata Muhammadiyah. (ykk)

Tags: Kongres Sejarawan Muhammadiyahmuhammadiyahperguruan tinggi
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

sukadiono
Berita

Muhammadiyah Jatim: Sukseskan Harlah 1 Abad NU di Sidoarjo

2 Februari, 2023
Muslim Yang Berilmu
Khutbah

Muslim Yang Berilmu

2 Februari, 2023
Jelang Ramadan, Suara Muhammadiyah Launching Produk Sejuta SarungMu
Berita

Jelang Ramadan, Suara Muhammadiyah Launching Produk Sejuta SarungMu

1 Februari, 2023
Next Post
SMP Muhammadiyah 2 Kota Blitar Lantik Nahkoda Baru

SMP Muhammadiyah 2 Kota Blitar Lantik Nahkoda Baru

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Muktamar

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In