• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Sabtu, Mei 28, 2022
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Jurnalisme Profetik, Berikut Ciri-cirinya Menurut Praktisi Media

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
15 Februari, 2022
in Berita
Reading Time: 2 mins read
A A
0
UMBandung
Share

Jurnalisme Profetik, Berikut Ciri-cirinya Menurut Praktisi Media

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Seperti apa jurnalis yang profesional itu? Mereka adalah orang yang menjalankan tugas jurnalistiknya dengan memegang teguh prinsip jurnalisme profetik.

Baca Juga

Lika-Liku Penyebaran Islam di Eropa, dari Diskriminasi hingga Tekanan Politisi

UMBandung dan Baznas Berkolaborasi Atasi Permasalahan Kemiskinan

Apa itu jurnalisme profetik? Menurut Wakil Pemimpin Redaksi Harian Republika, Heri Ruslan, jurnalisme profetik bukanlah teori.

“Jurnalisme profetik itu karakter dalam diri seorang jurnalis. Ia harus memegang teguh empat sifat nabi dalam kesehariannya. Misalnya sidiq, amanah, tablig, dan fatanah,” kata Heri Ruslan ketika menjadi pembicara dalam “Seminar Jurnalisme Profetik” yang digelar Prodi Ilmu Komunikasi Univeristas Muhammadiyah Bandung (UMBandung) di Auditorium K.H. Ahmad Dahlan UMBandung, Senin (14/02/2022).

Seorang jurnalis, sambung Heri Ruslan, mestilah sidik. Ia harus benar dalam memberitakan peristiwa.

Lalu Amanah. Bila jurnalis tidak amanah, bukan saja merusak reputasi profesi, melainkan dirinya sendiri.

“Kemudian tablig, menyampaikan yang benar dan tepat. Selanjutnya, fatanah, yakni dapat mendayagunakan akalnya agar berita yang ditulis mencerahkan manusia,” jelasnya.

Selain itu, ungkap Heri Ruslan, jurnalis juga hendaknya memiliki prinsip ethos, pathos, dan logos.

“Ethos itu punya kredibilitas, lalu pathos emosi, punya kepekaan terhadap kemanusiaan, dan logos, yakni logika,” papar Heri Ruslan, pria asal Sukabumi itu.

Optimisme pembaca

Arief Permadi, wartawan Tribun Jabar pun menyampaikan bahwa jurnalis yang memiliki prinsip profetik ialah jurnalis yang membangkitkan optimisme pembaca.

“Mereka (jurnalis) bukan hanya memunculkan angka, melainkan tulisannya mampu menggugah kesadaran publik di tengah masyarakat,” ungkap Arif, yang juga dosen Ilmu Komunikasi UMBandung.

Tak hanya itu, kata Arif, jurnalis juga hendaknya memiliki sifat santun, baik dalam sikap maupun tulisan.

“Walau jurnalis punya kebebasan dalam menulis, tetapi ia harus menjaga martabat kemanusiaan. Misalnya tidak mengeksploitasi korban kekerasan seksual,” ujarnya.

Jesika Sheril Alimansyah, mahasiswa Ilmu komunikasi angkatan 2020 UMBandung, mengaku seminar ini membuka wawasan baru bagi dirinya.

Apalagi sebelumnya disampaikan oleh Kaprodi Ilmu Komunikasi bahwa jurnalisme profetik akan menjadi mata kuliah di UMBandung.

”Semoga hal itu bisa terwujud dengan lancar karena ini sangat bagus,”

Untuk diketahui, “Seminar Jurnalisme Profetik” digelar dengan peserta (dosen dan mahasiswa) terbatas karena sedang kondisi pandemi covid-19.

Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini karena menghadirkan para pembicara praktisi media yang sudah kaya pengalaman.

Jurnalisme Profetik Jadi Mata Kuliah Baru

Prodi Ilmu Komunikasi akan menambah mata kuliah baru bagi mahasiswa, yakni mata kuliah jurnalisme profetik. Menurut Ketua Prodi Ilmu Komunikasi UMBandung, Dra. Euis Puspitasari, M.Si., salah satu alasan jurnalisme profetik menjadi mata kuliah baru di prodi Ilmu Komunikasi karena kebutuhan.

“Tagline kampus kita Islamic Technopreneural University. Jadi, mata kuliah jurnalisme profetik itu jadi penguat tagline tersebut, antara keislaman dan teknologi harus beriringan,” ungkap Ibu.

Selain itu, ia menyampaikan, bahwa hadirnya mata kuliah jurnalisme profetik bagi mahasiswa Ilmu Komunikasi akan menjadi ciri khas tersendiri dari universitas lain.

“Di kampus lain tidak ada mata kuliah jurnalisme profetik. Semoga rencana ini berjalan lancar dan mahasiswa dapat pengetahuan baru dari mata kuliah ini,” terangnya.

Ia menambahkan, pihak kampus dan prodi saat ini sedang menggodok mata kuliah baru di prodi Ilmu Komunikasi. “Kita masih merancang agar mata kuliah jurnalisme profetik masuk kurikulum,” katanya.

Dekan Fakultas Sosial & Humaniora UMBandung Prof. Dr. Nanang Rizali, M.Ds. menyambut baik tentang akan jurnalisme profetik yang akan jadi mata kuliah baru di prodi Ilmu Komunikasi.

“Kita mendukung dan semoga seminar jurnalisme profetik ini menjadi motivasi, terutama bagi prodi komunikasi, mahasiswa, dan Universitas Muhammadiyah Bandung,” paparnya.

Pemaparan tersebut tertuang dalam seminar bertajuk Jurnalisme Profetik yang diselenggarakan oleh Prodi Ilmu Komunikasi UMBandung di Aula K.H. Ahmad Dahlan, Senin 14 Februari 2022. (Cecep Hasanuddin)

Tags: Jurnalisme ProfetikUMBandung
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

islamophobia
Berita

Lika-Liku Penyebaran Islam di Eropa, dari Diskriminasi hingga Tekanan Politisi

20 April, 2022
UMBandung
Berita

UMBandung dan Baznas Berkolaborasi Atasi Permasalahan Kemiskinan

5 April, 2022
teknologi
Berita

Siapkan 4 Keahlian Hadapi Perkembangan Teknologi yang Kian Pesat

1 April, 2022
Next Post
Beragama

Beragama Tampak Punggung

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Editorial
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Edutorial

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In