Stunting di Indonesia Sangat Tinggi, UMBandung Adakan Sosialisasi Pencegahan
BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada 2021 menunjukkan prevalensi stunting di Indonesia sangat tinggi atau berstatus kronis, yakni 24,4%.
Berdasarkan data demikian, maka pencegahan stunting perlu dilakukan agar masa depan bangsa terhindar dari kerugian.
Pembahasan mengenai stunting tersebut mengemuka pada acara webinar “Strategi Pencegahan Stunting Melalui Ketahanan Pangan dan Kesehatan Lingkungan” pada Rabu (02/03/2022) kemarin.
Koordinator Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Provinsi Jawa Barat, Irfan Indriastono, mengatakan bahwa Jawa Barat siap menghadapi kasus stunting dan ingin mencapai zero new stunting.
”Kita ingin di Jawa Barat tidak ada lagi bayi-bayi yang terlahir stunting. Makanya dari BKKBN menerapkan pola intervensi sensitif yang dimulai pada saat persiapan menikah,” ucap Irfan.
Adapun siklus yang harus diperhatikan, kata Irfan, dimulai dari masa pernikahan, pra-konsepsi, masa kehamilan, hingga postpartum (masa nifas) untuk mencegah terjadinya stunting pada anak.
”Jadi ini adalah periode genting yang harus kita siapkan secara benar sehingga harapannya bayi yang terlahir tidak terkategori stunting,” terang Irfan.
Irfan mengatakan dalam penyusunan strategi percepatan penurunan stunting, ada perencanaan nasional yang harus dilakukan oleh pihak-pihak terkait dengan pendekatan keluarga.
Pendekatan keluarga itu, seperti penyediaan data keluarga berisiko stunting, pendampingan keluarga berisiko stunting, hingga audit kasus stunting.
”Harapannya dengan kita mengintervensi pendekatan keluarga melalui keluarga-keluarga yang berisiko stunting ini, ketika masa hamil dan melahirkan tidak melahirkan bayi-bayi stunting,” jelasnya.
Permasalahan gizi
Salah satu narasumber lainnya, sekaligus dosen bioteknologi, Qoriatur Suhada, mengatakan bahwa stunting menjadi suatu problematika anak yang perlu diperhatikan dan dicarikan solusinya.
”Stunting juga menjadi bentuk malnutrisi yang ditandai oleh gangguan pertumbuhan linear anak pada dua tahun pertama,” kata Qori.
Dijelaskan Qori bahwa fenomena stunting pada anak biasanya dapat terlihat saat anak masih berada di bawah usia lima tahun.
”Masa golden age atau masa emas ini menjadi masa di mana anak harus terpenuhi dalam pemberian nutrisi, baik untuk pembentukan semua organ, bagian tubuh, maupun sistem tubuh pada anak,” lanjutnya.
Selain itu, ungkap Qori, konsumsi air bersih menjadi salah satu upaya dalam mengatasi pemenuhan gizi pada anak sejak janin.
”Air bersih ini akan menentukan kesehatan manusia sejak janin, terutama dalam pencegahaan stunting pada anak,” imbuh Qori.
Untuk diketahui webinar ini dihadiri oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi, BKKBN Jawa Barat, Wakil Rektor II UMBandung, dan beberapa tamu undangan lainnya.***(Firman Katon)