Kader Muda Munculkan Kembali Spirit Ulama dan Tokoh Muhammadiyah
BANYUMAS, Suara Muhammadiyah – Komunitas Diskusi Kader Muda Muhamamdiyah Banyumas (TASAMUH) mengadakan Opening Workshop Menulis, diselenggarakan secara online melalui zoom, Kamis, 31 Maret 2022. Terdapat 46 peserta zoom yang memiliki semangat untuk memunculkan sejarah tokoh Muhammadiyah di tataran daerah/lokal.
Diskusi yang mengangkat tema “Sejarah Ulama dan Tokoh Muhammdiyah Banyumas” ini dihadiri oleh Profesor Riset di Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN), Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah, Pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyumas, dan Teguh Eko Prasetyo selaku Pendiri TASAMUH.
Acara diawali dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an oleh Huti (mahasiswa Akuntansi UMP)
Kemudian Opening Speech oleh Prof Ahmad Najib Burhani, MA., M.Sc., Ph.D (Profesor Riset di Badan Riset & Inovasi Nasional (BRIN).
Menurut Ahmad “Workshop Menulis terkait sejarah lokal itu menjadi sesuatu yang penting”. Sejarah dengan nama bahasa Inggrisnya History yaitu cerita yang didominasi oleh warna kelompok laki-laki yang kemudian peran perempuan tidak tampak dalam sejarah kita, dalam sejarah revolusi yang biasanya peran-peran perempuan tidak tampak penulis berusaha menampilkan posisi perempuan dalam sejarah nasional.
Jadi sejarah bukan hanya historynya para tokoh laki-laki tetapi bisa menjadi sejarah kelompok perempuan. Sejarah itu bukan menjadi sesuatu yang mesti tercatat dalam masa lalu, karena cerita masa lalu yang ditulis sekarang kadangkala perspektif yang diambil berbeda-beda antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Disebutkan dalam teori menulis sejarah ada yang bersifat diakronis dan sinkronis, diakronis berusaha mencatatkan sejarah berdasarkan kalender dan catatan tahun sedangkan sinkronis bersifat topikel dan teori.
Dengan adanya Workshop Menulis Sejarah Muhammadiyah dari daerah sat uke daerah yang lain akan memberikan perspektif yang lebih kaya dan kuat tentang warna ragam Muhammadiyah dalam berbagai cerita.
Keynote Speaker oleh Dr. K.H. Tafsir M.A (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah)
“Tradisi menulis kita jujur lemah, kita lebih aktif di lesan tapi bukan pada tulisan maka kita sering terputus dengan tokoh-tokoh sebelumnya termasuk para ulama salah satunya karena kelemahan kita menulis” Ujar Tafsir dalam sambutannya. Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah pada kepemimpinan K.H Ahmad Dahlan tertulis 2 kata kunci yaitu memajukan dan menggembirakan.
Memajukan umat islam dan bangsa Indonesia, menggembirakan dakwah dengan prinsip mudah dan menggembirakan. Dalam wahyu pertama yaitu Iqra, bacalah. Kita tidak akan bisa membacatanpa adanya tulisan, membaca dan menulis adalah satu hal yang tidak bisa dipisahkan.
Muhammadiyah diharapkan bukan hanya menjadi gerakan amal tetapi juga menjadi gerakan ilmu, Gerakan ilmu ini adalah produktifitas kita dalam menulis. Islam itu selalu sesuai dengan ruang dan waktu, sama dengan muhammdiyah Anggaran Dasarnya sama, Anggaran Rumah Tangganya sama tetapi implementasinya tidak mungkin sama.
Fikih dalam Islam akan selalu sesuai dengan perkembangan ruang dan waktu , artinya Al quran dan hadist yang sama menghasilkan keragaman yang berbeda. Sebagaimana anggaran dasar, rumah tangga sama, kebijakan Muhammadiyah yang sama, namun implementasinya tidak mungkin sama. Setiap manusia memiliki kecendenrungannya masing-masing, Muhammadiyah bisa menjadi payung besar untu keragaman yang ada.
Agama ada 3 komponen yaitu syariah, fikih, dan budaya keagamaan. Tidak ada pemuka agama yang tidak menghasilkan budaya keagamaan. Muhammadiyah, NU, dan lain-lain menghasilkan budaya.
Penyampain materi pertama yang disampaiakan oleh Dr.Ali Rokhman, M.Si (Ketua Majelis Pustaka dan Infoemasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas).
MPI selama bulan Ramadhan akan membuat konten Youtube berupa Podcast denga nisi konten akan mewawancarai para tokoh Muhammadiyah Banyumas. Tokoh-tokoh Muhammdiyah banyumas adalah asset bukan hanya orangnya tetapi idenya, pola pikirnya, pengalamnya yang harus ditulis dan disampaikan. Tujuan diadakanya podcast agar kita mendapatkan inspirasi dan sumber pengetahuan yang berupa ide juga pengalamannya.
Memanfaatkan teknologi digital dengan cara merekam kultum yang ada di Majid 17 untuk bisa diupload ke Youtube, selain isinya hal tersebut juga termasuk dalam sejarah bagi kita. Diharapkan dengan menulis bisa menjadi sumber inspirasi bagi generasi yang akan datang dan tentu saja dengan menulis sejarah akan lebih tahu terkait fakta masa lalu. Dalam menulis harus diimbangi dengan target pembaca, sebab budaya literasi saat ini sudah menurun, dan harus ada digitalisasi dalam penulisan sejarah. Kesulitan menulis sejarah biasanya terdapat pada mencari fakta.
Penyampain materi kedua yang disampaiakan oleh Dr. Ibnu Hasan M.S.I (Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyumas). “Studi islam dengan multidisipliner kalau bisa mulai dimainkan ditataran penulisan sejarah maupun biografi”. Sejarah ditulis dengan lebih hidup dan dengan pendekatan yang hidup juga supaya kebermaknaan tulisan sejarah itu bisa semakin dirasakan, tidak hanya tahu tempat, tanggal tetapi bagaimana bisa hidup. Pertama kali datang ke Purwokerto pada tahun 1920, 8 tahun setelah berdirinya Muhammadiyah K.H Ahmad Dahlan langsung mendirikan Konsul Muhammadiyah Banyumas pada tahun 1921. 1922 Indonesia belum merdeka tetapi dinamika yang luar biasa yaitu Muhammadiyah di Banyumas.
Closing Statement dari Dr. K.H. Tafsir M.A (Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah)
Apresiasi dengan kegiatan ini, perlu membangun Afar yang komprehensif dan objektif, dengan begitu tidak adanya keterputusan antara generasi satu dengan yang lainnya salah satu kelemahan, kehancuran suatu umat karena keterputusan semangat generasi masa lalu pada generasi berikutnya dengan cara menulis ini.
Harapannya setelah acara ini dapat memunculkan sejarawan dari tataran daerah yang dapat menemukan kisah, proses perjalanan hidup tulama dan tokoh tauladan yang ada di daerah-daerah.