• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Kamis, Februari 9, 2023
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Al-Qur’an dan Pesan Kemanusiaan

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
26 Desember, 2022
in Analog
Reading Time: 1 min read
A A
0
Al-Qur’an dan Pesan Kemanusiaan
Share

Judul               : Al-Qur’an untuk Tuhan atau untuk Manusia?

Penulis             : Ahmad Syafii Maarif

Baca Juga

Bijak Hadapi Masa Transisi Pandemi Menuju Endemi

Haedar Nashir: Pers Membawa Cita-Cita Luhur Bangsa

Cetakan           : Oktober 2022

Tebal, Ukuran : xvi + 298 hlm., 16 x 23 cm

Pembacaan Buya Syafii Maarif terhadap Al-Qur’an sampai kepada kesimpulan bahwa kitab petunjuk ini datang dari Tuhan untuk kepentingan manusia. Pandangan ini juga menjadi prinsip dari Fazlur Rahman. Keduanya berangkat dari pemahaman atas QS Al-Baqarah: 185. Sebab itu, agama yang bercorak teosentris dinilai sebagai agama yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an. “Dalam logika yang sederhana berdasarkan iman, Tuhan sama sekali tidak memerlukan manusia atau bahkan tidak memerlukan alam semesta, tetapi manusia dan alam semestalah yang memerlukan Tuhan,” (hlm 3).

Buya mengutip pandangan Rahman dalam Major Themes of the Qur’an (1980) tentang mengapa Tuhan tidak membiarkan saja manusia dan alam semesta berjalan dengan kealamiahannya, tanpa diatur atau diberi petunjuk. Perkara ini merupakan sesuatu yang ghaib, misteri iman yang tidak mudah dijelaskan. “Tetapi tanpa kehadiran iman dalam diri seseorang, dia otomatis akan kehilangan rujukan moral tertinggi dalam hidupnya,” (hlm 4).

Manusia merupakan aktor penting yang akan dimintai pertanggung jawaban. Iman yang bersumber pada nilai-nilai Al-Qur’an, yang dijalankan dengan cara beragama yang tulus dan autentik, sangat berguna untuk membimbing perilaku manusia menjadi baik. Sebaliknya, “kelakuan buruk adalah manifestasi dari iman yang palsu atau iman yang sedang labil.” Prinsip ini berangkat dari pemahaman Buya atas QS Al-Hasyr: 19, bahwa melupakan Tuhan, membuat manusia lupa akan dirinya sendiri, menjadi fasiq, durhaka, dan pendosa.

Tujuan utama Al-Qur’an adalah untuk membangun sebuah tatanan sosial yang dapat berlangsung lestari di muka bumi, yang didasarkan atas prinsip keadilan dan etika. Sebaliknya, Al-Qur’an menolak segala prinsip ketimpangan sosial-ekonomi, pengrusakan alam, dan perbudakan manusia. Sementara itu, alam semesta dengan segala keteraturannya diciptakan untuk kepentingan bersama, sembari manusia memanfaatkannya untuk pengabdian kepada Tuhan. (Muhammad Ridha Basri)

Baca juga: 

Buya Syafii tentang Al-Qur’an dan Tafsir

Membaca Tafsir At-Tanwir

Kultum Buya Syafii Maarif: Menjadi Pemenang dalam Perlombaan Peradaban

Tags: agamaAhmad Syafii MaarifAl Qur'anmuhammadiyah
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Bijak Hadapi Masa Transisi Pandemi Menuju Endemi
Berita

Bijak Hadapi Masa Transisi Pandemi Menuju Endemi

9 Februari, 2023
Idul Fitri Diprediksi Berbeda, Haedar Nashir Beri Wejangan Sarat Makna
Berita

Haedar Nashir: Pers Membawa Cita-Cita Luhur Bangsa

9 Februari, 2023
Sujud
Khutbah

Sujud

9 Februari, 2023
Next Post
Pelajari Sejarah Ahmad Dahlan, Baitul Arqam Australia Putar Dokumenter

Pelajari Sejarah Ahmad Dahlan, Baitul Arqam Australia Putar Dokumenter

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In