Abdul Mu'ti:  Islam Memuliakan Perempuan Bukan Mendiskriminasi

Publish

15 May 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
223
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Masih adanya pemahaman keagamaan yang mendiskriminasi perempuan dan berasal dari penafsiran secara tekstual atas teks keagamaan. Hal tersebut diungkapkan Abdul Mu'ti, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah saat membuka Global Conference on Women's Rights in Islam di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta (14/5) yang diikuti oleh peserta dari berbagai negara. 

"Islam adalah agama yang memiliki keberpihakan pada perempuan dan syariat Islam mendorong peran aktif serta kesetaraan laki-laki dan perempuan," tegas Mu'ti. 

Lebih lanjut Mu'ti memaparkan berbagai contoh tentang pemahaman atas teks keagamaan yang keliru. Salah satunya bahwa perempuan berasal dari tulang rusuk adam dan dijadikan dasar untuk mendiskriminasi perempuan. Ia lantas menyebut pandangan Hamka dan Quraisy Syihab, yang melihatnya sebagai kiasan untuk memahami perempuan dan menempatkan perempuan sebaik-baiknya, bukan menjadikannya sebagai dasar mendiskriminasi perempuan. Padahal, jika memahami lebih dalam ajaran Islam, maka akan mendapati bahwa Islam sangat memuliakan perempuan. Dan kenyataanya sejak jaman Nabi Muhammad saw, perempuan telah banyak mengambil peran penting dan berkiprah di ranah publik hingga politik. Termasuk Aisyah r.a yang dikenal sebagai perempuan cerdas dan juga perawi hadits terbanyak setelah Abu Huraira atau ‘Abdurrahman bin Shakhr ad Dausi. 

"Jika ada yang memandang bahwa tingkat intelektualitas perempuan lebih rendah dari laki-laki, maka realitasnya, ‘Aisyah merupakan istri nabi yang paling banyak meriwayatkan hadis yang menunjukkan kecerdasannya," tegas Mu'ti.

 Muhammadiyah disebut Mu'ti sebagai organisasi yang mengikuti ajaran Nabi Muhammad juga mendorong perempuan untuk berkiprah di ranah publik dengan mendirikan 'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan Islam yang terinspirasi dari sosok Aisyah r.a. Sejak awal berdirinya, Muhammadiyah telah memberikan perhatian pada kesetaraan perempuan dan pemberdayaan perempuan. ‘Aisyiyah, terang Mukti, berdiri saat perempuan Indonesia mengalami diskriminasi dan domestifikasi yang sebenarnya tidak sejalan dengan ajaran Islam. Kehadiran ‘Aisyiyah, imbuh Mukti, justru untuk mewujudkan kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagaimana menjadi ajaran Islam. 

Oleh karena itu Muhammadiyah yang berarti pengikut Muhammad, ungkap Mukti, harus terus melanjutkan misi Nabi Muhammad yang memuliakan perempuan tanpa diskriminasi. 

Dalam kesempatan tersebut, Mu'ti menekankan pentingnya kita mengusung kemuliaan perempuan (women dignity) selain hak perempuan. Pemuliaan perempuan sejalan dengan ajaran Islam tentang ketakwaan bahwa semua makhluk di hadapan Allah setara dan kemuliaan ditentukan oleh kualitas ketakwaannyaya. “Dalam Islam, manusia yang terbaik adalah mereka yang memiliki ketakwaan yang baik. Tidak dilihat dari segi fisik atau materialnya,” tegasnya. Laki-laki dan perempuan disebut Mu'ti juga harus bekerja bersama dan saling menguatkan satu sama lain dan mewujudkan apa yang disebutnya martabat manusia.

GCWRI Mensyiarkan Pandangan Islam yang Berpihak Pada Perempuan di Ranah Global

Sementara itu Rektor Universitas 'Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta Dr Warsiti menyebut hadirnya GCWRI disatukan oleh komitmen bersama untuk mengeksplorasi, memahami, dan menegakkan hak-hak perempuan dalam kerangka Islam.

Acara yang berlansung di Auditorium Majid Walidah Dahlan UNISA Yogyakarta ini dihadiri oleh pembicara dan peserta dari lebih 10 negara.

Konferensi ini disebut Warsiti bertujuan untuk menegaskan kembali prinsip-prinsip Islam yang menjunjung tinggi hak dan kesetaraan perempuan. Islam sendiri menurut Warsiti sejatinya telah memberikan berbagai pedoman mengenai hak-hak perempuan, kesetaraan, dan peran perempuan dalam pemberdayaan. Akan tetapi pada realitasnya masih terdapat banyak ketidakadilan. "Hak-hak perempuan terus ditentang dan dilanggar di berbagai belahan dunia. Praktik budaya yang merugikan, salah tafsir terhadap teks agama, dan bias gender yang mengakar berkontribusi terhadap berlanjutnya diskriminasi dan ketidakadilan terhadap perempuan," terangnya.

Oleh karena itu konferensi ini juga bertujuan untuk memperbaiki kesalahpahaman yang mengurangi peran perempuan, mengidentifikasi strategi dan mekanisme yang mendorong keadilan gender dalam Islam, dan pada akhirnya mengembangkan rekomendasi yang dapat ditindaklanjuti oleh perempuan. pemerintah, lembaga, dan individu untuk memajukan kesetaraan gender.

Sebagai universitas yang didirikan oleh organisasi perempuan Islam, Warsiti menegaskan komitmen UNISA Yogyakarta untuk memberdayakan perempuan. "Kehadiran kampus ini merupakan bukti nyata keterlibatan aktif dan kontribusi berarti perempuan muslim terhadap masyarakat dan kemajuan umat manusia. Sebagai ciri khas kampus ini, UNISA Yogyakarta berkomitmen untuk memberdayakan perempuan muslim progresif, sebagaimana tercermin dalam salah satu misi universitas yakni mengembangkan studi dan memberdayakan perempuan dalam kerangka Islam progresif." Warsiti berharap konferensi global ini akan mampu menjadi katalis perubahan positif, membimbing kita menuju dunia di mana hak-hak perempuan dihormati."

Peter K. Munene CEO Faith to Action Network (F2A) menyampaikan rasa syukur dan kebahagiaan atas terlaksananya konferensi ini. Ia juga menyampaikan apresiasi atas seluruh pihak yang terlibat dalam persiapan acara ini. Konferensi ini disebut Peter adalah juga merupakan bagian dari upaya pencapaian tujuan ke lima dari SDG's yakni mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan.

Dalam upaya mencapai kesetaraan gender dan memberikan akses bagi seluruh perempuan, Peter percaya bahwa agama dan keyakinan memegang peranan penting. Agama dan keyakinan disebut Peter mempengaruhi kehidupan, identitas, dan perilaku baik laki-laki maupun perempuan. "Iman memberi orang nilai-nilai yang membentuk cara mereka memandang diri mereka sendiri sebagai laki-laki dan perempuan, hubungan sosial dan intim mereka, serta alokasi kekuasaan dan sumber daya," terangnya.

Peter juga melihat peranan penting yang dapat diambil oleh organisasi keagamaan dalam mendukung kehidupan yang lebih baik bagi perempuan. "Organisasi berbasis agama memainkan peran penting dalam mendukung strategi kelangsungan hidup perempuan sehari-hari, baik dalam hal bertahan dari kesulitan materi atau mengembangkan kekuatan spiritual batin untuk mengatasi keadaan sulit secara emosional," terangnya.

Ia menyebutkan contoh nyata bahwa di banyak negara organisasi berbasis agama menyediakan layanan publik yang penting, seperti layanan kesehatan dan pendidikan. "Di tempat kita berkumpul ini (UNISA Yogyakarta) kita juga melihat bukti nyata bagaimana organisasi kegamaan menyediakan layanan pendidikan yang sangat membanggakan," ungkap Peter.

Ia juga menyebutkan bahwa 30% hingga 70% infrastruktur kesehatan di Afrika dimiliki oleh organisasi berbasis agama. "Banyak juga organisasi berbasis agama mengkhususkan diri dalam menyediakan akses terhadap layanan publik bagi komunitas miskin, pedesaan, atau terpinggirkan yang bahkan pemerintah sendiri kesulitan untuk menyediakannya." terangnya. 

Oleh karena itu konferensi ini disebut Peter bertujuan untuk menyampaikan situasi aktual mengenai isu-isu hak-hak perempuan di berbagai aspek dalam Islam dan menyebarkan lebih lanjut sehingga memungkinkan pertukaran dan pembelajaran pengalaman.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam menghadapi Pemilu 2024, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mel....

Suara Muhammadiyah

17 November 2023

Berita

BANDAACEH, Suara Muhammadiyah - Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha) melepas mahasiswa yang....

Suara Muhammadiyah

3 May 2024

Berita

MALANG, Suara Muhammadiyah - Satu lagi karya mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muh....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta punya hajatan besar, yaitu menerima k....

Suara Muhammadiyah

21 November 2023

Berita

METRO, Suara Muhammadiyah - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (....

Suara Muhammadiyah

28 March 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah