SEMARANG, Suara Muhammadiyah - Era VUCA (Volatile, Uncertain, Complex, and Ambiguitas) menjadi perhatian serius para mubaligh Muhammadiyah. Dalam menghadapi era yang penuh ketidakpastian ini, diperlukan pendekatan mendalam dalam melaksanakan dakwah agar tetap relevan dan tepat sasaran.
Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr. M. Sholihin Fanani menekankan bahwa para mubaligh harus memiliki bekal 4M, yaitu Manhaj, Ma’rifah, Muwajahah, dan Mu’asyarah.
"Keempat aspek ini dianggap krusial agar para dai dapat menyampaikan pesan Islam dengan lebih efektif di tengah perubahan sosial yang cepat," katanya dalam pembukaan Rapat Kerja (Raker) Majelis Tabligh PWM Jawa Timur yang digelar di Hotel Metro Park View, Semarang, pada Sabtu (8/2/2025).
Pertama, Manhaj. Para mubaligh perlu memiliki pemahaman manhaj (metode) yang jelas dalam berdakwah sesuai dengan prinsip Islam dan nilai-nilai Muhammadiyah. Hal ini bertujuan agar dakwah yang dilakukan tidak keluar dari koridor yang telah digariskan oleh organisasi.
Kedua, Ma’rifah. Bekal keilmuan (ma’rifah) menjadi aspek penting dalam dakwah. Seorang mubaligh harus memiliki wawasan luas tentang agama, sosial, budaya, serta teknologi agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh berbagai kalangan.
Ketiga, Muwajahah. Kemampuan menghadapi berbagai tantangan dalam dakwah sangat dibutuhkan.
"Para mubaligh harus siap menghadapi beragam kondisi dan dinamika sosial yang berkembang di masyarakat, termasuk tantangan di era digital," tandasnya.
Keempat, Mu’asyarah. Interaksi sosial yang baik atau mu’asyarah menjadi kunci keberhasilan dakwah.
"Para mubaligh harus bisa membaur dengan masyarakat, memahami kebutuhan mereka, serta mampu membangun komunikasi yang efektif agar pesan dakwah lebih mudah diterima," paparnya.
Dengan memiliki bekal 4M ini, para mubaligh Muhammadiyah diharapkan mampu menjalankan peran dakwahnya secara lebih optimal di era VUCA.
"Dakwah yang berbasis pada pemahaman yang kuat dan strategi yang tepat akan membuat Islam lebih mudah dipahami dan diamalkan oleh masyarakat luas," tandas Sholihin.
Dalam kesempatan itu, Sholihin juga menekankan empat tugas utama mubaligh. Pertama, mencerahkan umat dengan memberikan pemahaman yang benar, bukan membodohi mereka.
"Kedua, menggerakkan umat agar aktif berkontribusi dalam kehidupan sosial, tidak hanya mendengarkan ceramah saja," katanya.
Ketiga, memberdayakan umat dengan keterampilan dan potensi yang dimiliki.
"Keempat, menyejahterakan umat, baik secara spiritual maupun material," paparnya.
Sholihin juga menyoroti pentingnya gaya dakwah yang efektif dengan memperhatikan tiga aspek utama: kinestetik (gerakan tubuh yang komunikatif), intonasi yang jelas, serta substansi yang berbobot.
Menurutnya, mubaligh harus mampu menarik perhatian audiens dengan penyampaian yang tidak monoton dan tetap fokus pada pesan inti. (rilis/n)