JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar kegiatan pembinaan keagamaan yang inspiratif bagi Komunitas Disabilitas di Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat. Melalui kegiatan ini, LDK Muhammadiyah menunjukkan komitmennya bahwa dakwah harus menjangkau semua kalangan, termasuk penyandang disabilitas, dengan penuh empati dan semangat kebersamaan.
Miqdam Awwali Hashri, SE., MSi., anggota LDK PP Muhammadiyah, memperkenalkan konsep Dakwah Komunitas Muhammadiyah. Menurutnya, dakwah tidak boleh eksklusif dan harus menyentuh seluruh elemen masyarakat, tanpa kecuali.
“Dakwah itu harus hadir di tengah-tengah masyarakat, termasuk saudara-saudara kita yang disabilitas. Ini bagian dari misi Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Kita tidak hanya berdakwah di mimbar, tapi juga turun langsung ke komunitas, mendengar, merangkul, dan membersamai mereka,” ujar Miqdam Sabtu (17/5).
Selain itu, hadir bersama Najihus Salam, SAg., dai LDK PP Muhammadiyah, yang turut menyampaikan pesan motivasi keagamaan. Dengan pendekatan yang ramah dan membangun, ia mampu menumbuhkan semangat dan kepercayaan diri mereka.
“Kita semua adalah bagian dari ciptaan Allah yang sempurna dengan cara-Nya masing-masing. Maka mari terus melangkah, berbuat baik, dan jadikan hidup ini sebagai ladang amal,” ujarnya.
Adapun Komunitas Disabilitas Ibune Winsar merupakan komunitas yang inklusif dan terbuka. Tak hanya menampung penyandang disabilitas Muslim, komunitas ini juga menjadi rumah bagi anggota dari berbagai latar belakang agama lainnya.
Dengan demikian, komunitas ini merepresentasikan semangat keberagaman yang hidup berdampingan dalam harmoni. Selain itu, nilai-nilai kebersamaan dan kepedulian menjadi fondasi utama dalam membangun ruang untuk belajar, tumbuh, dan saling menguatkan.
Sementara itu, di tengah suasana hangat yang tercipta selama kegiatan berlangsung, Ketua Yayasan Bina Insani Winsar, Dwi Handayani, menyampaikan rasa syukur dan apresiasinya kepada LDK PP Muhammadiyah atas perhatian serta dukungan yang diberikan. Ia juga menegaskan, bahwa seluruh pendamping dan pembina komunitas merupakan relawan murni yang bekerja secara sukarela.
“Kami semua di sini adalah relawan. Tidak ada yang bergaji. Kami bekerja dengan hati demi kemandirian dan keberdayaan teman-teman disabilitas. Apa pun agama dan latar belakangnya,” ungkapnya penuh haru.
Setelah sesi pembinaan usai, suasana haru dan hangat kian terasa. Hal ini terlihat jelas ketika acara ditutup dengan penampilan tarian dari adik-adik komunitas disabilitas. Menariknya, tarian tersebut bukan sekadar hiburan. Tetapi juga menjadi simbol dan pesan kuat bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk berkarya, mengekspresikan diri, dan bersyukur atas kehidupan.
Lebih jauh lagi, kegiatan ini menjadi simbol dakwah yang membumi dan menjangkau semua lapisan masyarakat. Dalam hal ini, LDK Muhammadiyah berhasil menghadirkan dakwah yang tidak terbatas pada ceramah, tetapi juga mewujudkan aksi nyata dengan mendengarkan, membersamai, serta menguatkan komunitas-komunitas yang kerap terpinggirkan.
Dengan demikian, kehadiran dakwah di komunitas disabilitas yang plural secara keyakinan menjadi penegas bahwa Muhammadiyah membawa Islam yang merangkul, bukan memisahkan; yang menguatkan, bukan menghakimi.