SOLO, Suara Muhammadiyah – Puluhan anggota Majelis Pembinaan Kader dan Sumber Daya Insani (MPKSDI) Pimpinan Daerah (PD) Muhammadiyah Kota Surakarta melaksanakan Pelatihan Instruktur sebagai perangkat perkaderan di Ma’had Universitas ‘Aisyiyah Surakarta, Sabtu (27/7/2024).
“Berdasarkan Hasil Tanfidz PDM Kota Surakarta Periode Muktamar 48 tentang Pelaksanaan Perkaderan dilingkungan PDM Kota Surakarta. Maka hari kita gelar pelatihan calon Instruktur MPKSDI PDM Kota Surakarta dengan narsum MPKSDI Jawa Tengah Dr Yan Surono,” ujar Ketua MPKSDI Solo Dr Suyanto.
Yan Surono dalam paparanya mengatakan manajemen kelas secara definisi adalah strategi dan teknik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan belajar yang teratur dan produktif. Bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, menjaga disiplin, dan memaksimalkan efektivitas pembelajaran.
“Lalu, Ice Breaking secara definisi adalah Kegiatan atau latihan yang dirancang untuk menghilangkan kekakuan dan membangun hubungan antara siswa. Bertjuan dalam menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung interaksi positif,” ungkapnya.
Perkaderan Muhammadiyah secara garis besar ada dua, yaitu perkaderan utama dan perkaderan fungsional. “Perkaderan utama ada Darul Arqam, Tingkat Pusat, Tingkat Wilayah dan Baitul Arqam, Tingkat Daerah, Tingkat Cabang/Ranting. Yang berbeda tingkat kedalamannya,” ungkapnya.
Terkait tentang perkaderan fungsional, ada Sekolah Kader; Pelatihan Instruktur; Pelatihan yang diselenggarakan oleh Unsur Pembantu Pimpinan, Pengajian Pimpinan; dan Diklat Khusus.
“Yang paling sulit materi pengkaderan adalah Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Maka perlu cara manajemen kelas dalam pendekatan Ice Breaking untuk perkaderan Muhamamdiyah,” ungkapnya.
Yan Surono menjelaskan 5 kelompok materi pembentuk kompetensi kader paripurna. Mulai Hakekat Islam (1): Peran Tauhid dalam kehidupan. Mukadimah Anggaran Dasar Muhammadiyah. Hakekat Islam (2): Makna Ibadah. Tuntunan Ibadah Sesuai Putusan Tarjih. Ibadah Mahdhah dan Nafilah. Hakekat Islam (3): Akhlak. Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah. Risalah Akhlak Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah. Khittah Perjuangan Muhammadiyah.
“Ini dalam kelompok materi ideologi Muhamamdiyah,” jelas Yan.
Dua kelompok materi pengembangan wawasan meliputi Metodologi Pemahaman Agama Islam. Manhaj Tarjih. Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua. Implementasi Tarjih dan Tajdid dalam Muhammadiyah. Tafsir 12 Langkah Muhammadiyah. Muhammadiyah sebagai Gerakan Ilmu Amaliah, Amal ilmiah. Jihad Intelektual. Fiqhul Ikhtilaf. Dinamika Pembaharuan Islam Era Klasik,Pertengahan dan Kontemporer dan Fiqh Prioritas.
Kepada peserta pelatihan Instruktur, Yan menyampaikan sosial kemanusiaan dan kepeloporan tidak bisa lepas dari materi seperti Pedoman Hidup Islami warga Muhammadiyah (PHIWM). Tauhid Sosial. Hak asasi manusia dan advokasikaum dhuafa. Teologi Al Ma’un. Strategi Aktivisme Sosial Muhammadiyah. Profil Kader dan Teladan para Kader Utama. Dakwah di tengah gelombang informasi dan ideologi Dakwah Kultural. Gerakan Jama’ah dan Dakwah Jama’ah. Islam, demokrasi dan Civil Society. Strategi Pengembangan Organisasi. Paradigma Tajdid Muhammadiyah Muhammadiyah dan isu-isu strategis keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan universal.
“Keempat kelompok materi keorganisasian dan kepemimpinan terkait Akhlak Kepemimpinan Muhammadiyah. Revitalisasi Kader Muhammadiyah. Etos Kerja Kader Muhammadiyah. Pengembangan jaringan dan negosiasi. Manajemen Organisasi dan Akhlak Bermuhammadiyah, Hirarki dan Tata Aturan dalam Muhammadiyah. Politik dan Kebijakan Publik. Revitalisasi Ideologi Muhammadiyah. Revitalisasi Cabang dan Ranting Muhammadiyah. Revitalisasi Pendidikan Muhammadiyah. Studi Banding ke Amal Usaha Muhammadiyah. Outbond,” bebernya.
Materi kelima muatan lokal mulai dari Enterpreneurship. Service Excelence. Guru professional. Sales Negosiation. Pendidikan Karakter di Perguruan Muhammadiyah, Regenerasi dalam Muhammadiyah dan lain-lain.
Pentingnya Ice Breaking dalam Manajemen Kelas. “Membangun rasa kebersamaan dan Kerjasama. Meningkatkan keterlibatan peserta pelatihan. Mengurangi kecemasan dan ketegangan. Memfasilitasi komunikasi yang efektif,” pungkasnya. (Jatmiko)