GUNUNG KIDUL, Suara Muhammadiyah - Lembaga Dakwah Komunitas (LDK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D.I. Yogyakarta selenggarakan Bimbingan Teknis (BIMTEK) Dai Komunitas bertempat di SMK Muhammadiyah 1 Playen Gunung Kidul dari tanggal 26 – 28 Juli 2024.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Divisi DIKLAT LDK PWM DIY dalam rangka mencetak kader-kader baru Dai Komunitas. Harapannya akan muncul para pendamping kaum marginal yang memiliki kemampuan berdakwah dan memahamkan Islam yang berpaham Muhammadiyah. Oleh karena itu materi dalam kegiatan ini bermuatan pada penguatan Risalah Islam Berkemajuan, hingga manajemen dakwah komunitas.
Pelaksanaan BIMTEK Dai Komunitas ini diikuti oleh 32 Peserta yang berasal dari utusan LDK se-D.I. Yogyakarta. Tujuannya adalah untuk membentuk Dai Komunitas yang siap terjun di kalangan kaum marginal pada level Pimpinan Daerah Muhammadiyah. Menindaklanjuti rekomendasi RAKORNAS LDK PP Muhammadiyah di UM Surakarta. Menidaklanjuti Training of Trainer Fasilitator Bimbingan Teknis Dai Komunitas LDK Pimpinan Pusat Muhammadiyah di UM Cirebon. Penguatan Risalah Islam Berkemajuan dan konsep dakwah komunitas bagi Pimpinan LDK di daerah dan para Dai Komunitas. Assessment dan penguatan data center dakwah komunitas Muhammadiyah di DIY. Serta meningkatkan jumlah Dai Komunitas khususnya di D.I. Yogyakarta.
Dalam amanat sambutannya pada acara pembukaan BIMTEK Dai Komunitas se-DIY, Ustadz Dr. H. Muhammad Ikhwan Ahada, M.A., Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah D.I. Yogyakarta menyampaikan bahwa semangat dakwah komunitas ini adalah perintah Allah dalam surat Al Hujurat ayat 13 yang berbunyi “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Dan dakwah komunitas telah dimulai sejak zaman Rasulullah dengan berkumpul pada kelompok-kelompok kecil.
Muhammadiyah yang juga berdasar pada teologi Al Ma’un mengambil segmentasi dakwah komunitas fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu. Sehingga saat itu Kyai Dahlan menguji murid-muridnya dengan bertanya apakah sudah kamu amalkan setelah dihafal dan dipelajari? Maka murid-murid Kyai Dahlan bertebaran di area Malioboro dan pasar Beringharjo mendampingi dan membimbing para kaum marginal itu untuk belajar agama.
Ustadz Ikhwan menjelaskan bahwa keputusan Muktamar Muhammadiyah di Surakarta menitikberatkan dakwah komunitas itu pada lima obyek, yakni Komunitas kalangan atas, kalangan menengah, kalangan bawah, komunitas virtual dan komunitas daerah 3 T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Karena logika berpikir dakwah Muhammadiyah adalah fungsional (asas manfaat), memanfaatkan waktu secara maksimal, disiplin dan berorientasi amal sholeh (spirit teologi Al Ashr). Maka tidak ada kata berhenti bagi orang Muhammadiyah untuk terus berkarya dalam amal sholeh supaya menjadi amal jariyah.
Dalam pelajarannya Kyai Dahlan menekankan sejak awal tentang keutamaan menjaga akidah murni. Sehingga dalam catatan murid termudanya yakni Kyai Raden Hadjid, pelajaran pertama yang diajarkan adalah surat Al Jatsiyah ayat 23: “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya?”. Pembersihan diri dari segala bentuk penyembahan selain Allah SWT, termasuk diri sendiri.
Maka langkah dakwah Muhammadiyah itu bersifat sustainable benefit logic, bahwa setiap amal usaha Muhammadiyah adalah bagian dari strategi dakwah yang memberi manfaat/dampak panjang berkelanjutan, dengan menekankan pada aspek bayani, burhani dan irfani. (ant)