Dosen Fakultas Teknik UMSU Buat Batu Bata Tanpa di Bakar, Menuju UMKM Ramah Lingkungan

Publish

31 July 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
340
UMSU

UMSU

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Inovasi tidak boleh berhenti. Itulah yang dilakukan dosen UMSU Dr. Fetra Venny Riza ST MSc,  Rimbawati ST MT DAN Lila Bismala ST MSi bersama dua mahasiswa Fakultas Teknik, Muhammad Irfan Amir dan Rasila Ndobe. Inovasi yang mereka wujudkan” Batu Bata Ramah Lingkungan” diimplementasikan di Desa Suka Mulia, Pagar Merbau, Deli Serdang, Sumatera Utara. 

PKM Dosen UMSU “Implementasi Green Development Kontruksi Bata Tradisional Menuju UMKM Ramah Lingkungan” di Desa Suka Mulia, Pagar Merbau ini merupakan kegiatan yang didanai oleh Kemendikbud melalui Dirjen Riset Teknologi dan Pengabdian Masyarakat Tahun 2024. PKM ini mendapat apresiasi dari Rektor UMSU Prof. Dr. Agussani. “Pengabdian para desen ini, menjadi bagian dari sukses Tri Dharma Perguruan Tinggi. Diharapkan semua dosen dapat mengimplementasikan hasil riset, bagi kesejahteraan masyarakat,” kata Agussani. 

Hal yang sama disampaikan Dekan Fakultas Teknik UMSU Munawar Alfansyuri ST MT yang mengapresiasi pengabdian dosen-dosen Fakultas Teknik diberbagai bidang pengabdian. 

Apresiasi juga disampaikan oleh pemerintah desa Suka Mulia dan para perajin batubata di desa Suka Mulia, Pagar Merbau, seperti disampaikan oleh Hariadi SP, Kepala Urusan Keuangan desa itu. 

Bagi perajin batubata tradisional di desa Suka Mulia, Pagar Merbau, pengolahan batubata bakar sudah menjadi usaha terun temurun di sana. Desa Suka Mulia yang terdiri dari dua dusun dengan populasi penduduk 900 jiwa lebih menjadikan batubata sebagai mata pencaharian utama. Bila kita memasuki Desa Suka Mulia, maka nyaris kita tidak menemui rumah tanpa tungku batu bata. 

Ribuan ton tanah merah masuk ke desa itu untuk kemudian di proses, seperti dihaluskan, dicetak dan kemudian di bakar. Lalu jutaan batubata keluar dari desa itu untuk memasok kebutuhan pembangunan di banyak daerah di Sumatera Utara. Batubata ada yang dikirim ke panglong (toko penjualan alat bangunan) atau langsung ke proyek yang sedang dikerjakan. 

Satu batu bata yang diproduksi desa ini dihargai Rp 280,- sampai Rp 300,-/ bata. Harga itu kemudian lain mencapai Rp 400 sampai Rp 500,-/bata di pasasran. 

Batu bata adalah “darah daging” penduduk Desa Pagar Merbau, Deli Serdang. Selain menjadi perajin, penduduk di sana juga ada yang menjadi petani, pedagang sampai karyawan. 

Hadirnya satu inovasi baru di sebuah kawasan tentu saja menjadi pro-kontra. Tentu saja, tidak mudah bagi perajin di desa Suka Mulia itu untuk menerima satu temuan, seperti dari Batu Bata dibakar dengan Batu-Bata tanpa dibakar. 

Inovasi batubata tanpa dibakar itulah yang disosialisasikan kepada masyarakat Desa Suka Mulia. Bertempat di Kantor Desa. Tim PKM (Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat) UMSU menyosialisasikan inovasi mereka, Batu Bata tanpa di bakar kepada masyarakat. 

Implementasi Green Development Konstruksi Batubata Tradisional Menuju UMKM Bata Ramah Lingkungan yang mendapat pendanaan dari Kemendikbud & Risti itu dihadiri warga perajin dan sejumlah pejabat dilingkungan Kantor Desa Suka Mulia. 

Dr. Fetra Venny Riza ST MSc beserta tim: Rimbawati ST MT DAN Lila Bismala ST MSi bersama dua mahasiswa Fakultas Teknik, Muhammad Irfan Amir dan Rasila Ndobe menjelaskan kenapa memilih batubata tanpa dibakar. Kata Dr. Fetra, Dosen di Fakultas Teknik UMSU itu bahwa antara Bata bakar dengan Bata tanpa bakar memiliki plus-minus. Bata bakar memiliki kekuatan dan tahan, terutama untruk struktur tinggi. Tahan terhadap berbagai kondisi cuaca, tidak mudah rusak oleh air, selain memiliki tampilan klasik dan alami. 

Sedangkan Bata tanpa Bakar bersifat ramah lingkungan, tidak memerlukan proses pembakaran sehingga hemat energi dan mengurangi emisi karbon. Bata tanpa bakar kurang cocok untuk struktur tinggi, lebih rentan terhadap kerusakan akibat air. Sedangkann variabilitas bata tanpa bakar dapat bervariasi tergantung pada bahan dan metode produksi. 

Menariknya seperti disebut Dr. Fetra, dengan produksi bata tanpa bakar dapat memotong ongkos produksi yang cukup besar. Produksi batu bata bakar memerlukan tungku kayu, kayu bakar dan masa proses yang cukup.  ”Dengan produksi bata tanpa bakar menghemat ongkos produksi yang cukup besar,” ujarnya. 

Fetra menjelaskan bata tanpa bakar atau Bata Tanah Stabilisasi Terkompresi, terbuat dari campuran tanah, bahan stabilisator (seperti semen atau kapur), air yang kemudian dipadatkan menggunakan tekanan tinggi untuk membentuk bata kuat dan tahan lama. 

Tentu saja sosialisasi yang dilakukan tim PKM UMSU itu butuh waktu untuk memberikan keyakinan kepada perajin yang sudah puluhan tanah mengolah batubata bakar untuk mencoba memulai memproses batubata tanpa bakar. 

Untuk itulah kemudian tim PKM UMSU itu perlu melakukan kolaborasi lebih lanjut. Kemudian tim PKM UMSU memberikan dukungan mesin kepada satu UMKM di desa Suka Mulia guna melakukan ujicoba agar menemukenali proses batubata tanpa bakar yang terstandarisasi.  Tim PKM UMSU melakukan serahterima mesin pencetak batubata tanpa bakar itu UMKM “Kilang Mesin Bata Pariono”. Penandatanganan antara Ketua Tim Dr. Fetra Venny Riza dan Pariono selaku penerima bantuan mesin disaksikan oleh perangkat desa Suka Mulia. 

TIM PKM UMSU kemudian bersama masyarakat perajin di desa Suka Mulia menyaksikan secara langsung proses pemakaian mesin pembuatan bata tanpa bakar itu. Dibantu dua mahasiswa Fakultas Teknik UMSU, proses pembautan batu itu berlangsung beberapa kali guna mendapatkan formula yang pas agar kualitas bata tanpa bakar itu memenuhi standar yang dibutuhkan. 

Ketua UMKM Kilang Mesin Bata Pariono memberi apresiasi atas inovasi yang dilakukan oleh tim PKM UMSU di desa Suka Mulai, Pagar Merbau. ”Kami memberi apresiasi kepada tim PKM UMSU yang telah memberi alternatif dan solusi bagi proses produksi batu bata yang ramah lingkungan,” kata Pariono, Lelaki berusia 50 tahun dengan tiga anak itu telah menggeluti usaha batubata itu sejak dari orang tuanya. 

Pariono memiliki dapur yang mampu memproduksi ratusan ribu batu bata setiap bulannya. Terkait program PKM UMSU yang akan membangun layanan e-Commerce di desa itu, dosen Fakultas Teknik lainnya, Rimbawati ST MT menjelaskan, agar perajin bata dapat menjual sendiri batu batanya (baik yang bata bakar maupun bata tanpa bakar) melalui lapak digital. Cara ini diharapkan dapat mendorong penjualan langsung kepada pembeli dapat dilakukan, kata Ribawati. 

Rimbawati dosen Fakultas Teknik UMSU yang sarat pengalaman terkait program pengabdian itu mengatakan, dengan inovasi Batu Bata tanpa bakar itu, selain akan menjadi produksi yang ramah lingkungan juga dapat menekan biasa produksi lebih rendah. ” Kalau ada yang lebih baik, kenapa tidak,” kata Ribawati. 

Inovasi batubata tanpa bakar masih butuh waktu untuk melakukan proses ujicoba lebih lanjut guna mendapatkan standarisasi batubata terbaik. (syaifulh/diko)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Bertempat di Gedung Kuliah Bersama (GKB) 2 Universitas Muhammad....

Suara Muhammadiyah

3 December 2023

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pada Hari Minggu Ahad tanggal 22 September 2024, kepengurusan....

Suara Muhammadiyah

27 September 2024

Berita

SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Hadir kembali, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) se-Surabaya dalam ....

Suara Muhammadiyah

15 June 2024

Berita

Fokus pada Islam Moderat dan Kepemimpinan Wanita  SOFIA, Suara Muhammadiyah - Dalam upaya untu....

Suara Muhammadiyah

26 November 2023

Berita

PURWOKERTO, Suara Muhammadiyah - Kualitas sumber daya manusia (SDM) Dosen pada Universitas Muhammadi....

Suara Muhammadiyah

6 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah