BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen program studi Psikologi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung Yusrinda Silvianis Diwanti, MPsi., Psikolog mengatakan bahwa ayah memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi tantangan perkembangan remaja. Yusrinda menjelaskan bahwa remaja berada dalam fase transisi dari anak-anak menuju dewasa, di mana banyak perubahan fisik, kognitif, dan emosional terjadi.
Menurut Yusrinda, peran ayah sangat signifikan dalam mendampingi remaja pada masa-masa krusial ini. Perubahan fisik yang dialami remaja, kata Yusrinda, seperti pubertas dan pertumbuhan cepat, sering kali menjadi sumber stres sehingga mereka mulai merasakan tekanan sosial terkait perubahan fisiknya.
“Pada masa ini, remaja mengalami lonjakan hormonal yang mempengaruhi perkembangan tubuh dan organ seksual dan perbedaan waktu pubertas di antara remaja dapat menimbulkan tekanan psikologis,” jelas Yusrinda saat menjadi narasumber dalam Gerakan Subuh Mengaji (GSM) Aisyiyah Jawa Barat pada Jumat (27/09)
Selain perubahan fisik, remaja juga mengalami perkembangan kognitif yang signifikan. Mereka mulai mampu berpikir logis, merencanakan, dan mengendalikan dorongan. Namun, perilaku risk-taking atau berani mengambil risiko sering muncul pada masa ini.
“Perkembangan otak remaja memungkinkan mereka untuk berpikir lebih kompleks, tetapi hal ini juga membuat mereka cenderung mengambil risiko tanpa pertimbangan matang,” ujar alumnus Universitas Padjadjaran ini.
Yusrinda juga menyoroti pentingnya peran ayah dalam membangun kepercayaan diri remaja yang terkadang terlupakan. Dukungan emosional dari ayah dapat membantu remaja dalam mengenal dan mengelola emosinya. “Remaja sedang belajar mengekspresikan perasaan mereka, menjadi lebih sensitif terhadap perasaan orang lain, dan menemukan jati diri mereka. Di sinilah peran ayah sebagai pendukung utama sangat dibutuhkan,” imbuhnya.
Hal lain yang tidak kalah penting juga yakni peran ayah dalam perkembangan sosial remaja. Remaja mulai mencari identitas diri dan mengembangkan kemandirian. Yusrinda menjelaskan bahwa remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-temannya daripada orang tua.
”Ayah harus mampu menjaga keseimbangan antara memberi kebebasan dan tetap memberikan arahan. Ayah yang terlibat secara aktif dalam kehidupan remaja dapat membangun hubungan yang positif sehingga remaja tidak merasa terkekang, tetapi tetap mendapat bimbingan,” katanya.
Akademik dan perilaku Penelitian menunjukkan bahwa hubungan yang baik antara ayah dan anak berdampak positif pada perkembangan akademik dan perilaku anak. Anak yang memiliki hubungan dekat dengan ayah cenderung memiliki masalah perilaku yang lebih sedikit dan lebih berhasil secara akademis.
“Ayah yang terlibat dapat menjadi figur yang kuat bagi anak, terutama bagi anak laki-laki, yang lebih rentan terhadap kecemasan dan masalah emosional jika kehilangan figur ayah,” terang Yusrinda.
Lebih lanjut, Yusrinda menyampaikan bahwa anak perempuan yang kekurangan figur ayah berisiko mengalami rendahnya harga diri. Anak yang tumbuh tanpa kehadiran ayah cenderung memiliki masalah dalam regulasi emosi dan kontrol diri. “Peran ayah dalam memberikan dukungan emosional dan pengawasan yang tepat dapat membentuk karakter anak, baik laki-laki maupun perempuan,” ungkapnya.
Yusrinda juga memberikan tips kepada para ayah untuk membangun hubungan yang lebih baik dengan anak remajanya. Ia menyarankan para ayah untuk lebih terbuka mengenai perasaan mereka dan menunjukkan pentingnya keberadaan anak dalam keluarga. “Bangun koneksi yang kuat dengan anak melalui waktu berkualitas bersama mereka. Pahami apa yang membuat mereka stres, apa yang mereka sukai, dan apa yang mereka lakukan sehari-hari,” tambahnya.
Sebagai penutup, Yusrinda menekankan bahwa peran ayah tidak hanya penting dalam mendampingi remaja dalam fase perkembangannya, tetapi dalam membentuk masa depan yang lebih baik bagi mereka. Dukungan ayah yang penuh kasih dan perhatian akan membantu remaja tumbuh menjadi individu yang kuat dan mandiri. (Fa/Fk/Lika)