SOLO, Suara Muhammadiyah - Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) telah menggelar Kuliah Umum yang bertajuk “Kebijakan Satu Peta dan Pengembangan Peta Skala 1:5000 serta Implikasinya untuk Pengembangan Industri Geospasial Indonesia di Era 4.0,” yang berlangsung di Gedung Edutorium KH Ahmad Dahlan UMS.
Dekan Fakultas Geografi UMS, Jumadi, S.Si., M.Sc., Ph.D., mengatakan bahwa Kuliah Umum yang dilaksanakan pada Rabu, (8/5), itu menghadirkan pembicara dari Kepala Badan Informasi Geospasial, Prof., Dr.rer.nat., Muh Aris Marfai, S.Si., M.Sc., dengan dipandu oleh moderator Wahyu Tyas Pramono, S.Si., M.Sc., dari Dosen Fakultas Geografi UMS.
Jumadi mengungkapkan tujuan dari dilaksanakannya kuliah umum ini untuk memberikan informasi perkembangan teknologi dan data geospatial.
"Kuliah Umum Kebijakan Satu Peta dan Pengembangan Peta Skala 1:5000 bertujuan untuk memberikan informasi mengenai perkembangan teknologi dan data geospatial di Indonesia," tuturnya, Kamis, (16/5).
Pada kesempatan tersebut, Aris Marfai menjelaskan betapa pentingnya kebijakan satu peta di Indonesia.
“Kebijakan satu peta dengan satu standar basis data yang sama digunakan untuk semua peta di Indonesia agar mengurai tumpang tindih,” ungkap Aris Marfai, yang juga Guru Besar di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Ada beberapa tantangan, lanjut dia, yang akan dihadapi dalam pembuatan peta ini. Pertama, cakupan dan ketinggian awan di Indonesia. Kedua, kondisi lingkungan dan pemukiman yang kompleks. Kemudian terakhir, ketersediaan peta dasar seluruh indonesia dalam berbagai skala.
Aris Marfai berharap, kebijakan satu peta ini akan memberikan peluang yang besar. Terutama melihat potensi bisnis industri geospasial global antara lain dengan adanya mobile sensors & mapping, big data analysis, smart cities, Internet of Things (loT), location based services, dan lain sebagainya. (Yusuf/Humas)