YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PP IPM) Riandy Prawita Putra bersama rombongan melakukan kunjungan ke Suara Muhammadiyah (SM) pada Ahad (8/9). Kunjungan ini disambut dengan hangat oleh Direktur Utama PT SCM/SM Deni Asy’ari, MA., Dt Marajo beserta jajaran direksi.
Kunjungan ini menjadi mata rantai dari mempertautkan tali silaturahmi antar PP IPM dengan PT SCM/SM. Pada saat bersamaan, juga melakukan agenda penting lainnya, yaitu Memorandum of Understanding (MoU) terkait pengadaan batik pimpinan dan sekolah.
Riandy menerangkan, latar belakang dari MoU ini semangatnya dinukil dari Muktamar IPM ke-23 di Kota Medan, Sumatera Utara yaitu entrepreneurship. Dalam kepemimpinannya, Ia ingin mencetak kader IPM lebih aktif berwirausaha. “Ini menjadi agenda prioritas dari PP IPM,” ujarnya saat di wawancarai SM, Senin (9/9).
Riandy menyebut perlu adanya kolaborasi. Tanpa kedua hal ini, mustahil dapat mewujudkan agenda prioritas tersebut. Sehingga, Riandy memutuskan untuk menjalin kolaborasi dengan SM. Menurutnya, SM sangat tepat dijadikan mitra karena telah berpengalaman dan banyak wirausaha-wirausaha baru lahir yang inspirasinya dari SM.
“Kami melihat potensi itu ada di antara kolaborasi dan kerja sama antara PP IPM dengan SM. Karena kalau dengan SM itu nanti kita bisa tahu ekosistem wirausaha di Muhammadiyah. Jadi, kita itu sudah paham dan percaya dengan SM,” tuturnya.
Adapun produk dari MoU ini berupa batik IPM, batik pimpinan, dan batik sekolah Muhammadiyah. Khusus batik sekolah Muhammadiyah, digunakan oleh peserta didik dari tingkat dasar sampai ke atas. Sementara, batik pimpinan digunakan oleh seluruh pimpinan di Indonesia.
“Ini berlaku secara nasional, sifatnya wajib. Dan Insyaallah nanti akan dilaunching oleh Pak Haedar Nashir,” tegasnya.
Sementara, Deni mengatakan semangat kolaborasi ini sebagai konsolidasi potensi ekonomi yang ada di Persyarikatan. Deni menegaskan, potensi itu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga bisa memberikan profit tidak hanya untuk Persyarikatan, tetapi masyarakat luas.
“Itu semangat awal kita untuk kolaborasi dengan PP IPM untuk mengkonsolidasikan potensi ekonomi di lingkungan Persyarikatan, khususnya Ortom. Sehingga ke depan melalui konsolidasi ini kita lebih banyak mengembangkan banyak hal,” bebernya.
Deni mengungkapkan, secara produk, SM akan berperan menjadi investor. Selain itu, melakukan pendistribusian ke seluruh sekolah di Indonesia. “SM ingin memkasimalkan distribusi dengan cara membangun jejaring marketing di seluruh wilayah dengan melibatkan dan memberdayakan kader-kader IPM daerah,” ungkapnya.
Bersamaan dengan itu, SM ingin membangun ekosistem ekonomi di kalangan anak muda. “Melalui batik ini, SM ingin menginspirasi anak-anak muda tidak semuanya masuk ke politik, tapi ada sebagian ada yang menepi mengambil jalur entrepreneurship. SM siap menjadi bagian membangun ekosistem itu dikalangan anak muda. Siapa lagi kalau bukan anak-anak muda yang menggerakkan dalam aspek ekonomi,” jelasnya.
Deni menyebut, kader IPM memiliki skill yang sangat beragam dan tersebar di berbagai daerah. Tetapi, Deni melihat tidak punya media untuk mendukung skill tersebut. “Maka, melalui MoU ini kita bisa memfasilitasi berbagai potensi-potensi kreatif yang dimiliki kader IPM di daerah,” tandasnya. (Cris)