JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dr KH Muhammad Saad Ibrahim, MA mengatakan manusia mendapat mandat dari Allah SwT untuk memakmurkan planet bumi. Bumi sebagai satu-satunya planet yang ditinggali manusia, sehingga mandat tersebut semestinya harus dijalankan sebagaimana semestinya.
“Kita meneruskan misi mengurus bumi ini dengan cara seperti itu,” ujarnya pada Sabtu (29/6) saat memberikan pengantar dalam Dialektika TvMu dengan tema “Bencana Sampah Plastik.”
Namun, realitas menunjukkan jauh panggang dari api. Bumi tampak rusak akibat ulah manusia serampangan dan gagal menjalankan mandat Allah SwT. Saat ini, bumi dijejali oleh tumpukan sampah yang makin mengkhawatirkan. Sampah plastik salah satunya, menjadi problematika yang harus diperhatikan secara saksama oleh manusia di muka bumi.
“Plastik dari satu sisi, sarana yang paling mudah digunakan. Tapi dalam jangka panjang, ini merupakan persoalan besar bagi sebuah kawasan yang dirancang untuk perwujudan surga. Proses yang panjang itu bagian dari hal negatif di bumi ini,” paparnya.
Saad menganalogikan hal tersebut dengan kondisi surga sebagaimana terpotret di dalam beberapa ayat Al-Qur’an. Tajri Min Tahtiha Al-Anharu, di surga itu mengalir di bawahnya sungai-sungai. Di sini, Saad menarik kesimpulan bahwa kondisi surga terdapat aliran sungai yang jernih, tidak kotor penuh dengan tumpukan sampah plastik. Jika di bumi masih kotor dengan sampah plastik, maka sangat jauh dengan gambaran surga sebagaimana terlukis di ayat tersebut.
“Gambaran mengenai surga, ada sungai yang jernih. Tapi kemudian ketika sungai di bumi kita ini kotor penuh dengan sampah plastik, ini jauh dari gambaran di surga,” tegasnya.
Saad juga menambahkan, di surga itu ada pohon-pohon dan buah-buahan, sehingga menghadirkan tanaman di bumi merupakan bagian dari menciptakan surga. Tentu, tanaman harus dirawat, jangan sampai dirusak tanpa memikirkan dampaknya di kemudian hari.
Untuk itu, Saad meminta perlu menghadirkan pola pikir yang sehat. Selain itu, menghadirkan kejernihan ruhani sebagai media untuk membentengi diri agar tidak sampai terseret berbuat al-fasad di muka bumi dengan cara yang tidak dikehendaki Allah SwT.
“Orang berpikir secara jernih, maka kejernihan ruhani kita akan menjadi pengendali ketika kita mengotori bumi ini dengan berbagai kotoran yang punya dampak jangka panjang terhadap kebaikan, kebagusan bumi ini,” katanya.
Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang, Jawa Timur ini mengajak untuk berkolaborasi merawat bumi. Ini merupakan amanah yang harus dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran bersama umat manusia di persada buana.
“Terus-meneruslah kita gunakan alam semesta ini dengan penuh tanggung jawab untuk kita dan untuk generasi-generasi sesudah kita. Moga-moga Allah memberikan kemampuan kita untuk menangkap surganya dan kita bisa mewujudkan surga itu di muka bumi ini sebagai pengalaman real sebelum nanti di panggil Allah,” tandasnya. (Lika/Cris)