Oleh: Prof Dr Syafiq A Mughni, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، أَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ:
فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ.
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.
لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Kaum muslimin yang berbahagia
Dalam kesempatan yang baik ini, marilah kita bersyukur kepada Allah SwT atas nikmat dan karunia yang dicurahkan kepada kita. Nikmat yang jumlah dan ragamnya tidak terhingga, dan nilainya yang luar biasa bagi kita itu wajib kita syukuri. Sekalipun mungkin kita pernah mengalami hidup susah akibat ujian atau cobaan yang menimpa kita, marilah kita jadikan itu sebagai momen untuk muhasabah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bersyukur adalah wajib hukumnya, tapi tidak semua orang bisa bersyukur, seperti kata Allah
و قليل من عبادي الشكور"
dan hanya sedikit dari hambaku itu yang bersyukur.
Mudah-mudahan kita tergolong dalam hambanya yang bersukur itu, sehingga akan mendapatkan tambahan nikmat baik secara kuantitas atau jumlah dan ragam nikmat, atau pun secara kuantitas, yaitu nilai dan berkah dari nikmat itu.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
‘Idul Fithri bermakna kembalinya fitrah. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai manusia yang mulya dan berstruktur terbaik secara jasmaniyah maupun ruhaniyah.
لَقَدۡ خَلَقۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ فِيٓ أَحۡسَنِ تَقۡوِيمٖ ثُمَّ رَدَدۡنَٰهُ أَسۡفَلَ سَٰفِلِينَ
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)." (Qs at-Tin ayat 4-5)
۞وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا
"Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna." (QS al-Isra' ayat 70).
Tetapi setelah lahir di dunia ini, banyak manusia yang gagal mempertahankan fitrahnya itu, sehingga statusnya jatuh menjadi manusia yang berada di tingkat yang paling rendah
ثم رددناه اسفل سافلين.
Kehidupan dunia yang penuh godaan dan rayuan, permainan dan kenaifan, menjadikan manusia lupa diri, menjadikan dirinya kotor, berlumuran dosa dan penyimpangan. Maka berbahagialah mereka yang tetap membuat jiwanya suci, dan celakalah mereka yang membuat jiwanya kotor.
قد افلح من زكاها وقد خاب من دساها
Mudah-mudahan amalan dan ibadah kita selama Ramadhan bisa berhasil melakukan tazkiyatun nafs (penyucian jiwa), sehingga benar-benar fitrah itu kembali ke masing-masing diri kita.
Kembali kepada fitrah juga bermakna kembali kepada tauhid, yakni keyakinan atas kesesaan Allah SwT. Bertauhid bermakna meyakini bahwa Allah adalah rabb (tuhan) yang menciptakan dan memelihara alam semesta ini; juga berarti beribadah atau menyembah hanya Allah sebagai satu-satunya ilah (tuhan). Lebih dari itu, tauhid haruslah bertransformasi menjadi tauhid ijtimaiyah, yang hadir dalam dunia nyata yang harus kita wujudkan dalam bentuk pemulyaan, solidatitas, dan saling menghormati antar sesama manusia.
Dengan tauhid, kita harus berjuang melawan ketidakadilan, penghisapan manusia atas manusia lainnya, serta diskriminasi. Bertauhid juga bermakna menjauhkan dari dari kemusyrikan, takhayul dan khurafat, juga sinkretisme atau pencampuradukan aqidah dan relativisme agama atau memandang bahwa semua agama sama benarnya. Dengan demikian, maka tauhid tidak hanya berada pada tataran teologis (keyakinan), dan ritual (ibadah) tetapi juga pada tataran sosial (hubungan dengan manusia) dan tataran ekologis (hubungan dengan lingkungan) sekaligus.
Tauhid adalah fitrah manusia yang telah diberikan oleh Allah SWT sejak penciptaan prototipenya ( عالم المثال ). Pada saat itulah Allah bertanya kepada manusia, “Apakah Aku bukan tuhanmu,” maka manusia menjawab “ya, betul, kami bersaksi.”
وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنۢ بَنِىٓ ءَادَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu mengeluarkan dari sulb (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab “Betul, kami bersaksi.” Kami
lakukan yang demikian itu, agar di hari kiamat kamu tidak katakan “Sesungguhnya kami lengah ketika itu.” (Qs al-A'raf [7]: 172).
Mari kita mantabkan tauhid kita dengan keyakinan dan perbuatan sesuai dengan jalan atau garis yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Semangat tauhid itu harus memancar pada sikap setiap Muslim untuk memuliyakan manusia. Membangun persaudaraan, empati, solidaritas, dan saling menolong adalah manifestasi keimanan kita. Penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan inilah yang ditekankan dalam kehidupan pada bulan Ramadlan. Kita harus mampu mengekang hawa nafsu, seperti amarah, mengumpat, menyakiti orang lain, dan sebaliknya kita didorong untuk bersikap lemah lembut, bersedekah dan membayar fitrah. Apa yang pernah dikatakan oleh Nabi Muhammad SAW harus menyentuh kesadaran kita bersama. Nabi SAW bersabda:
“Wahai manusia, sebarluaskan perdamaian, berilah makan, jalinlah silaturrahim, dan shalatlah pada waktu malam ketika manusia sedang tidur, engkau akan masuk surga dengan damai.” (HR Tirmidzi).
Hadis Nabi tersebut mengajarkan agar kita menjadi sumber kedamaian dan menegakkan perdamaian; mengajarkan kita memperhatikan nasib para fuqara’ dan masakin serta orang-orang yang sedang menderita pada umumnya; mengajarkan kita untuk menyayangi sesama, dan tidak menunjukkan permusuhan; mengajarkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah di keheningan malam. Islam sesungguhnya adalah agama kemanusiaan yang menjunjung tinggi kehormatan dan kemuliaan manusia.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT semenjak Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW
ان الدين عند الله الإسلام
untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat. Islam adalah agama unggul
الإسلام يعلو و لايعلى عليه
Islam adalah agama yang mengajarkan kemajuan dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Kalau kita memahami ajaran Islam dengan benar dan mengamalkannya dengan sungguh-sungguh, maka umat Islam akan menjadi umat yang maju. Kalau masih terbelakang, berarti ada yang salah dalam memahami dan mengamalkan Islam. Karena itu, mari kita terus belajar dan berjuang untuk mewujudkan ajaran Islam sehingga menjadi rahmat bagi dunia seisinya. Allah juga telah menitahkan bahwa umat Islam adalah umat terbaik yang telah diciptakan bagi seluruh manusia
كنتم خير امة أخرجت للناس
Dan demikian juga Allah menjadikannya sebagai ummat yang terbaik, teradil, untuk menjadi bukti kebenaran dan keunggulan Islam bagi seluruh umat manusia
و كذالك جعلناكم امة وسطا لتكونوا شهداء على الناس ويكون الرسول عليكم شهيدا
Dengan kualitas umat yang unggul, maka Allah memberikan mandat kepada kita untuk mengatur kehidupan di muka bumi ini supaya dunia menjadi aman dan damai. Umat Islam harus aktif dalam perjuangan mewujudkan keadilan dan kemakmuran. Allah berfirman
ثم جعلناكم خلائف في الأرض من بعدهم لننظر كيف تعملون
Allah akan menagih apa yang kita lakukan selama hidup ini. Dengan peran sebagai khalifah di muka bumi, maka akan terlahir masyarakat dan negara yang baik. “Walau anna ahlal qura amanu wa ttaqau lafatahna alaihim barakatin minas samawati wal arrdl, wa lakin kadzdzabu faakhadznahum bima kanu yaksibun.”
Seandainya suatu bangsa itu beriman dan bertaqwa, pasti akan Kami bukakan pintu barakah dari langit dan bumi.” Sebaliknya, “Walakin kazzabu fa akhadzna hum bima kanu yaksibun.” Tetapi karena mereka mendustakan, maka Kami hukum akibat dari apa yang mereka lakukan.” Karena itu, umat Islam memiliki kewajiban dan tanggung jawab atas pengelolaan masyarakat dan negara atas landasan iman dan takwa, atas landasan budi luhur, dan menentang pengelolaan yang kotor, korup, dhalim, karena akan menyebabkan hilangnya berkah.
Kekayaan negara tidak akan membuahkan berkah bagi rakyat tetapi bahkan melahirkan penderitaan jika dilola dengan hawa nafsu dan keserakahan, tidak dilola dengan semangat akhlakul karimah agar mendapatkan ridla Allah SWT.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ
Kita bersyukur bahwa jumlah Islam mengalami perkembangan yang paling cepat dibanding pemeluk agama lain. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa beliau akan bangga dengan umatnya yang banyak.
Umat Islam adalah umat yang paling cepat berkembang sehingga pada 2050 nanti atau sekitar 25 tahun lagi, umat Islam akan menjadi umat terbesar dibandingkan dengan umat agama lain.
Ini suatu hal yang menggembirakan. Namun demikian, dengan jumlah besar tanpa dibanrengi kualitas, umat Islam akan menjadi umat yang terombang-ambing karena dikendalikan oleh minoritas yang kuat. Karena itu, tidak ada pilihan kecuali kita berjuang untuk meningkatkan kualitas umat Islam agar bisa berperan dalam menentukan arah kehidupan global.
Dengan kualitas yang baik dan ukhuwah yang kuat, insya Allah umat Islam akan berjaya. Jika kejayaan ini pernah terjadi di masa lampau pada masa keemasan Islam, maka tidak mustahil itu akan terjadi di masa-masa mendatang. Ini tergantung pada kesungguhan kita menghadirkan kembali masa keemasan itu.
Islamofobia (ketakutan terhadap Islam) masih terjadi sampai sekarang, bisa jadi karena pertumbuhan umat Islam yang luar biasa sehingga dipandang sebagai ancaman, tetapi juga bisa karena mereka tidak memehami Islam. Mereka memandang Islam agama teroris, radikal, dan terbelakang.
Dalam situasi seperti itu, maka umat Islam harus menunjukkan kepada dunia bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan keadilan. Islam adalah rahmat bagi semua manusia. Islam adalah agama yang mencerahkan, menuntun manusia dari alam kegelapan menuju alam terang benderang.
اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Dalam suasana ‘idul Fithri ini marilah kita saling memaafkan, saling mendoakan agar semua amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT.
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَّا بِالْحَقِّ وَاَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ.
Sumber: Majalah SM Edisi 06/2025