TANJUNG BALAI, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara (Sumut) mengadakan pelatihan Mubaligh dan Mubalighat Zona 4 yang diikuti perwakilan dari beberapa daerah seperti Asahan, Serdang Bedagai, Batu Bara, dan Tanjung Balai.
Acara dibuka di Aula Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Asahan (STIEMA). Jumat (13/9). Pelatihan ini dihadiri oleh Dr Selamat Pohan, SAg., MA, Ketua PDM Asahan M Akhiar, MA., Sekretaris Yusuf Sinambela, serta Ketua Majelis Tabligh PDM Asahan Agus Salam, SPdI.
Acara yang berlangsung pada hari Jumat - Minggu 13-15 September 2024 di Kisaran, Asahan itu digelar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dakwah Islam di tengah perkembangan era digital dalam memperkuat umat yang berkemajuan.
Pelatihan ini secara resmi dibuka oleh Koordinator Bidang Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara, Dr H Ali Imran Sinaga, M,Ag. Selain itu, pada kesempatan yang sama, dilakukan juga pelantikan Korps Mubaligh/Mubalighat untuk wilayah Asahan dan Serdang Bedagai.
Pelatihan ini mengambil tema "Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Mubaligh/Mubalighat yang Mencerahkan pada Era Digital dalam Memperkuat Umat yang Berkemajuan" bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam dan kemampuan praktis kepada para mubaligh agar dapat lebih efektif yang menyampaikan pesan dakwah di era modern.
Koordinator Bidang Majelis Tabligh Muhammadiyah Zona 4, Rahmad Hidayat Lc, menyoroti peran strategis mubaligh dalam menjaga keutuhan umat dan memastikan keberlanjutan dakwah hingga ke pelosok. “Mubaligh memiliki peran penting dalam menjaga pondasi dakwah di berbagai daerah. Tantangan dakwah saat ini semakin kompleks, dan salah satu yang perlu diatasi adalah kekurangan mubaligh di wilayah-wilayah tertentu,” jelasnya.
Ia mengatakan, pelatihan ini untuk membekali para mubaligh dengan keterampilan menggunakan teknologi dalam menyebarkan ajaran Islam. Pelatihan ini dipandang sebagai langkah penting untuk mengatasi tantangan dakwah di era digital ditengah perubahan zaman, mubaligh dituntut untuk lebih adaptif dan mampu memanfaatkan teknologi sebagai sarana dakwah yang efektif. Para peserta diharapkan bisa menyampaikan pesan agama dengan lebih kreatif, relevan, dan mencerahkan, khususnya dalam menghadapi dinamika sosial masyarakat yang terus berkembang.
“Dakwah adalah ujung tombak perjuangan Muhammadiyah. Jumlah mubaligh memang penting, tetapi yang lebih penting adalah kualitas dakwah yang mereka sampaikan. Pelatihan ini menyediakan ruang bagi para mubaligh untuk mengasah kemampuan mereka, baik dalam hal teori maupun praktik,” ujarnya.
Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Utara, Dr Sapri menekankan urgensi pengembangan kualitas mubaligh. Menurut Sapri, pelatihan ini tidak hanya berbasis pada teori, tetapi juga memberikan kesempatan kepada para peserta untuk melakukan praktik tabligh secara langsung. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan mereka dalam menyampaikan ceramah yang efektif dan memikat bagi audiens. (perdana/MPI/Alle)