YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Madrasah Mua’llimaat Muhammadiyah Yogyakarta memberikan edukasi simulasi mitigasi kebencanaan kepada seluruh siswanya, Kamis (7/11). Hal ini merupakan wujud kesadaran kolektif karena Indonesia menjadi negara rawan bencana.
Acara yang dipusatkan di halaman madrasah ini bekerja sama dengan MDMC PWM DIY dan BPBD Kota Yogyakarta. Direktur Madrasah Mua’llimaat Unik Rasyidah menyambut baik acara bertajuk “Perempuan Tangguh Tanggap Bencana.” Tajuk ini menjadi spirit bagi santriwatinya untuk kuat, tabah, dan tahan dalam menghadapi bencana.
“Bagaimana pun kata tangguh menunjukkan kita kuat dan tidak lemah. Itu bisa terefleksikan oleh anak-anakku yang tangguh, kuat, kokoh, dan tidak lemah,” ujarnya.
Kata tangguh, lanjut Unik, menjadi representasi dari kesiapsiagaan menghadapi situasi krusial. Terutama bencana, yang tidak dapat diprediksi secara pasti temponya. Maka, Ia mengajak kepada santriwatinya untuk memanfaatkan acara ini dengan sebaik-baiknya.
“Tanggap menunjukkan kesiapsiagaan dari anak-anakku dalam menghadapi situasi apa pun. Bagaimana kita bisa siap dalam situasi dan kondisi apa pun,” sambungnya.
Unik menegaskan, acara ini sangat relevan. Apalagi saat ini Indonesia tengah dibayang-bayangi dengan isu gempa megathrust, termasuk aneka bencana lainnya. Tentu menjadi perhatian juga kewaspadaan bersama bilamana saat terjadi bencana, tidak mengalami kegamangan.
“Kita dari sekolah bagaimana menyiapkan anak-anak kita untuk siap-siaga terhadap bencana,” terangnya.
Perwakilan MDMC PWM DIY Anang Masduki menyambut baik acara ini sebagai refelksi dari Qs al-Baqarah [2]: 155-156. Menurutnya, redaksi ini merupakan sumpah Tuhan kepada manusia yang tidak bisa terlepas dari ujian dan cobaan-Nya. Yakni bersifat suka, senang, dan getir sekalipun, manusia pasti akan mendapatinya.
“Kita pasti diuji oleh Allah SwT. Ibarat mau hujan, harus sedia payung. Simulasi kebencanaan ini, kita siap sedia, andaikata terjadi apa-apa punya mental yang kuat dan siapsiaga. Harapannya simulasi ini bisa berjalan dengan baik dan lancar,” sebutnya.
Instruktur Pelatihan dari BPBD Kota Yogyakarta Ibnu Hajar menyebut, bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab personal, tetapi tanggung jawab bersama. Karena itu, Ibnu menilai mitigasi penting untuk meningkatkan pemahaman seputar kebencanaan kepada anak-anak dan masyarakat.
“Dengan mitigasi atau simulasi, supaya anak-anak paham apa yang harus dilakukan ketika terjadi kebencanaan, baik itu gempa bumi, kebakaran, angin puting beliung, dan sebagainya. Harapannya, acara mitigasi ini dapat digelar secara rutin, setahun sekali atau setahun dua kali disesuaikan dengan agenda pembelajaran,” katanya. (Cris)