LAMPUNG, Suara Muhammadiyah - Dalam meningkatkan kualitas dan kapasitas muballighat, Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Provinsi Lampung menggelar Pelatihan Muballighat 'Aisyiyah dengan tema "Peningkatan Kompetensi Muballighat untuk Tata Kelola Tabligh 'Aisyiyah di Provinsi Lampung". Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung Dakwah 'Aisyiyah Bandar Lampung pada Sabtu-Ahad, 5-6 Oktober 2024.
Pelatihan tersebut menghadirkan narasumber yang sangat kompeten di bidangnya, yaitu Dr. Siti Bahiroh, M.Si, Wakil Ketua Majelis Tabligh dan Ketarjihan PP ‘Aisyiyah, Dr. Rufaida Setyawati, M.Si, Ketua Divisi Tabligh Digital dan Komunitas PP ‘Aisyiyah, Prof. Dr. Enizar, MA, Ketua PWA Lampung, Dr. Fardarita, M.Pd. Ketua Divisi Tabligh Digital dan Komunitas PWA Lampung, Drs. Mansyur Hidayat, M.Sos.I, Wakil Ketua PWM Lampung, Dr, Sujino, M.Pd, Wakil Ketua PWM Lampung, serta fasilitator dari Majelis Tabligh dan Ketarjihan dan Majelis Pendidikan Kader PWA Lampung.
Sebanyak 57 orang utusan dari Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah se-provinsi Lampung mengikuti acara tersebut. Nurjanah Baharuddin menyampaikan pelatihan tersebut merupakan tindak lanjut dari Training of Trainer (ToT) Nasional yang dilaksanaan oleh PP ‘Aisyiyah. Selain itu, pelatihan tersebut didasari tindak lanjut dari temuan di lapangan saat PW ‘Aisyiah Lampung turun ke daerah, yang ternyata masih kekurangan banyak muballighat pada daerah-daerah di Provinsi Lampung.
“Ini kemungkinannya banyak faktor, salah satunya kebanyakan muballighat di daerah itu kurang percaya diri dan tidak bisa tampil sendiri,” ujarnya.
Dari kendala tersebut, menjadikan program untuk Majelis Tabligh dan Ketarjihan PWA Lampung. “Pelatihan ini supaya dapat mencetak muballighat-muballighat yang kompeten menegakkan amar makruf nahi munkar,” tambahnya.
Enizar memperjelas bahwasannya pelatihan tersebut untuk merespon kebutuhan menghadapi perkembangan zaman dan perkembangan karakter sebagai sasaran tabligh. Di era global dengan generasi Millennial, generasi Z, terakhir generasi Strawberry, dengan segala macam kekhususan mereka yang tidak bisa dihadapi dengan gaya orang-orang yang hidupnya jauh sebelum mereka.
“Generasi muda hari ini tidak sanggup mendengar panjang lebar, langsung to the point kata anak muda sekarang, apa yang mau disampaikan jangan panjang-panjang,” ujarnya.
Pelatihan tersebut sangat penting untuk dilakukan, meski muballighat sudah sering berada di depan orang banyak dan sudah memiliki materi yang bisa disampaikan. “Tapi kondisi hari ini mengharuskan kita, membekali diri kita agar kita dapat menyasar mereka yang punya karakteristik yang berbeda dengan kita,” tegas Enizar.
Dalam belajar harus selalu dilakukan dengan tidak memandang usia dan jabatan. Belajar menjadi muballigh adalah salah satu yang harus dilakukan, dikarenakan kita mengemban yang telah diamanahkan Rasulullah SAW dan merupakan sifat Rasulullah SAW yaitu tabligh.
Hasil dari pelatihan tersebut diharapkan dapat menjadikan muballighat-muballighat yang handal dan berkemajuan, yang tidak takut ketika dikritik, tidak malu dan tidak segan ketika harus menyampaikan dakwah Islam secara transparan, terutama tentang kajian-kajian keprempuanan yang harus disampaikan secara terang benderang dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak vulgar. (Tri/Alle)