BANYUMAS, Suara Muhammadiyah - Masjid Al Muttaqiin Grand Tanjung Elok Purwokerto pertama kalinya dalam pengajian Ahad pagi memberikan materi tentang kebencanaan. Materi ini diberikan guna memberikan pencerahan tentang bencana yang sering terjadi akhir-akhir ini. Materi tentang fikih kebencanaan diberikan oleh Ustad Sismanan,S.Pd,M.Pd.I yang juga juga mantan Ketua MDMC (Muhammadiyah Disaster Management Center) Kabupaten Banyumas. Materi disampaikan tanggal 9 Februari 2025.
Bicara tentang fikih adalah membicarakan tentang nilai-nilai dasar, prinsip-prinsip umum maupun aturan kongkrit. Terkait dengan kebencanaan, fikih kebencanaan tidak hanya berbicara tentang hukum yang bersifat konkrit semata, tetapi juga mencakup di dalamnya aspek akidah, hukum, dan akhlak.
Di dalam Al Qur'an yang dimaksud dengan bencana bisa berupa musibah, yaitu apa saja yang menimpa manusia. Bala' yaitu cobaan yang dapat memperteguh iman. Fitnah yaitu peristiwa sosial yang berdampak buruk. Azab yaitu peristiwa besar yang merugikan karena tidak memperhitungkan resiko. Fasad yaitu sikap manusia yang tidak baik yang berakibat kerusakan di muka bumi.
Dalam Undang-Undang No.24 tahun 2007 disebutkan bahwa “Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis”. Dalam pemahaman Islam bencana apapun bentuknya sesungguhnya adalah bentuk kasih sayang Allah kepada manusia.
Dalam Surat Al Hadid ayat 22 telah menjelaskan hal yang terkait dengan bencana.
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ ٢٢ yang artinya "Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah." Berbagai peristiwa yang menimpa manusia pada hakikatnya merupakan ujian dan cobaan atas keimanan dan perilaku yang telah dilakukan oleh manusia. Sistem keimanan yang diajarkan dalam Islam bertumpu pada keyakinan bahwa Allah merupakan Zat Yang Maha Rahmah (kasih dan sayang).
Musibah yang demikian itu berada dalam rahasia Allah. Dengan itu jika manusia bergembira jangan kelewat batas tetapi ketika tertimpa musibah hendaklah bersabar(QS al-Hadid:23). Penekannya supaya manusia berlomba menuju ampunan Allah dan surgaNya.
Dalam ilmu Geografi gunung adalah bagian dari bumi, tetapi jangan beranggapan bahwa gunung yang membuat ketidak seimbangan bumi dan menyebabkan bencana, karena gunung sesungguhnya yang menjaga dan menstabilkan bumi. Di dalam Al Qur'an jelas disebutkan "Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk" (QS. An-Nahl:15). Oleh karena itu dengan adanya gunung inilah manusia bisa belajar dan mendapatkan ilmu bagaimana mempelajari sifat dan kondisi gunung agar bisa memperkecil korban jika terjadi korban.
Terkait dengan fenomena yang sempat viral tentang perkiraan mega trust yang akan terjadi Allah juga sudah menjelaskan dalam Al Quran Yang artinya "Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". Hal ini mengandung makna bahwa kemungkinan akan terjadi bisa saja, tetapi manusia tidak bisa meramalkan waktunya kapan akan terjadi.Semuanya kuasa Allah karena memang lempeng bumi sudah diciptakan.
Maknanya adalah bahwa megatrust bukanlah hoak dan bukan sekedar untuk menakut-nakuti tetapi untuk memberikan penyadaran dan menumbuhkan kesiapsiagaan lebih dini agar bisa mengurangi resiko dan jatuhnya korban lebih besar karena memang dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan mempelajarai adanya lempeng yang selalu bergerak bisa memprediksi apa yang akan terjadi tetapi manusia tidak bisa memperkirakan kapan terjadinya.
Alloh SWT Sang Maha Pencipta dalam konteks tauhid rububiyah yang dengannya Alloh swt memelihara alam semesta termasuk manusia menjadi kholifah untuk menegakkan keharmonisan, keseimbangan dan keadilan dimuka bumi, dengan dibekali akal untuk berfikir, ketika berfikir maka manusia mampu memahami ilmu dan dengannya dapat mengidentifikasi, menguraikan dan memberi solusi atas persoalan-persoalan yang ada. (Eka)