YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah Salmah Orbayinah menyampaikan keberadaan Ikatan Guru Aisyiyah Bustanul Athfal (IGABA) sangat penting dan relevan. Menurutnya IGABA dikonstruksi sebagai organisasi yang menjadi wadah bagi guru Aisyiyah di bawah naungan Majelis PAUDasmen PP Aisyiyah.
“IGABA punya visi-misi yang sejalan dan sinergi dengan visimisinya Aisyiyah. Sehingga dalam segala kegiatan IGABA pasti akan butuh Majelis PAUDasmen dan dengan segala visi-misinya Aisyiyah,” ujarnya dalam pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) V IGABA, Jumat (25/10) di SM Tower Malioboro Yogyakarta.
Salmah menuturkan, IGABA didirikan pada 10 Oktober 1997. Sampai sekarang, dengan usia relatif muda, 27 tahun, IGABA tetap berkhidmat totalitas menjadikan Guru Aisyiyah di Bustanul Athfal (TK/PAUD) memiliki profesionalisme dalam mendidik anak-anak bangsa.
“Dengan usia yang masih relatif muda ini, kami berharap bahwa IGABA mampu menyatukan seluruh guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal di Indonesia untuk meningkatkan profesionalismenya, semangat komitmen dalam mengajar di TK Aisyiyah Bustanul Athfal,” tuturnya.
Dalam impelementasinya, IGABA memiliki strategi pengembangan. Yakni proses pemahaman, penyadaran, dan penugasan. Semua ini, lanjut Salmah, merupakan matarantai bagian mengedukasi anak-anak usia dini untuk mewujudkan generasi emas sebagai reaktualisasi dari Indonesia Emas 2045 mendatang.
“Kalau ingin mewujudkan generasi Emas 2045 harus dimulai dari sekarang. Dengan mendidik anak-anak TK Aisyiyah Bustanul Athfal, sehingga dapat menjadi generasi yang berkualitas sebagai harapan dari bangsa dan negara Indonesia,” urainya. “Generasi emas ya, bukan generasi cemas,” imbuhnya.
Salmah berpesan, agar guru TK harus meningkatkan etos kerja dan profesionalismenya dalam mendidik. Baginya, hal demikian merupakan fondasi utama dalam menghadirkan generasi emas yang berkualitas di masa depan. Dan terpenting, menjadi guru TK harus punya keikhlasan karena posisinya yang mulia sebagai pemancar suluh kecendekiaan bagi anak-anak bangsa.
“Di Muhammadiyah dan Aisyiyah itu harus ikhlas. Karena keikhlasan di dalam Muhammadiyah dan Aisyiyah adalah untuk mendapatkan keberkahan dari Allah SwT. Dan sabar, karena sebagai kunci dari kesuksesan diri sendiri maupun juga untuk organisasi,” tegasnya.
Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini mengajak untuk merenungi Qs at-Taubah [9]: 105. Baginya, redaksi surah ini memberikan pencerahan bagi manusia agar dapat bekerja dengan ikhlas, karena Allah mencatat seluruhnya. Artinya, bekerja dalam mendidik itu harus dilandasi dengan sajadah keikhlasan agar bisa meraih berkah dan ganjaran dari Allah.
“Kalau kita bekerja dengan sungguh-sungguh, Allah pasti akan memberikan sesuai dengan apa yang kita lakukan. Jangan khawatir, percayalah pada Qs at-Taubah [9]: 105 ini. Ayat ini akan memacu semangat kita semua untuk bekerja menghasilkan karya-karya nyata dalam kehidupan. Jadi, tetap bekerja secara profesional,” tandasnya. (Cris)