Mengungkap Jejak Sejarah Bersama Michael Hart
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Hari ini, mari kita menyelami sebuah buku yang amat menarik, berjudul The 100: A Ranking Of The Most Influential Persons In History (1978). Buku ini ditulis oleh Michael Hart, yang melakukan perjalanan epik menyusuri lorong-lorong sejarah untuk mencari tahu siapa saja tokoh-tokoh yang benar-benar meninggalkan jejak paling mendalam dalam peradaban manusia.
Dalam pendahuluannya, Hart berbagi sebuah anekdot menarik tentang Voltaire. Saat berada di Inggris, Voltaire mendengar perdebatan seru di antara para cendekiawan mengenai siapa sosok paling berpengaruh sepanjang masa. Nama-nama besar seperti Caesar dan Alexander Agung tentu saja berseliweran. Namun, ketika seseorang menyebut Sir Isaac Newton, Voltaire merasa itu adalah jawaban yang tepat. Alasannya? Newton menjunjung tinggi kebenaran dan bukti fisik, sesuatu yang sangat dihargai oleh Voltaire.
Dari anekdot ini, Hart terinspirasi untuk menggali lebih dalam. Apa sebenarnya kriteria yang menentukan seseorang pantas disebut sebagai tokoh paling berpengaruh dalam sejarah? Ia menegaskan bahwa ini bukan sekadar soal "kebesaran". Menjadi besar dan berpengaruh adalah dua hal yang berbeda. Buku ini berfokus pada mereka yang benar-benar mengubah jalannya sejarah, bukan hanya mereka yang namanya tercatat dalam buku-buku sejarah.
Hart kemudian menyusun sejumlah faktor penting dalam penilaiannya. Ia melihat sejauh mana pengaruh seseorang, apakah hanya bersifat lokal atau mendunia. Ia juga mempertimbangkan faktor waktu, apakah pengaruh seseorang hanya sementara atau bertahan hingga kini, bahkan mungkin di masa depan. Dengan kata lain, Hart mengajak kita untuk tidak hanya melihat masa lalu, tetapi juga memproyeksikan bagaimana pengaruh individu-individu ini akan terus bergema di masa depan kita.
Setelah menentukan kriteria penting tersebut, Hart memulai penelitiannya yang mendalam. Ia menyadari bahwa menyusun daftar ini bukanlah tugas yang mudah. Memilih 100 orang paling berpengaruh dari miliaran manusia yang pernah hidup membutuhkan titik awal yang jelas. Untuk itu, ia menggunakan kamus biografi yang sudah ada sebagai fondasinya. Kamus tersebut mencantumkan sekitar 20.000 tokoh penting dalam sejarah, memberikan Hart sebuah 'kolam' awal untuk memulai proses seleksinya yang ketat.
Menariknya, hanya ada tiga wanita yang berhasil masuk dalam daftar 100 tokoh berpengaruh versi Hart. Ia menjelaskan bahwa hal ini disebabkan oleh keterbatasan peran dan kesempatan bagi perempuan untuk memberikan pengaruh besar di masa lalu. Meskipun ia mengakui bahwa ini adalah fakta yang disayangkan, Hart tetap berpegang pada prinsipnya untuk menilai berdasarkan fakta sejarah yang nyata, bukan berdasarkan kemungkinan atau spekulasi tentang bagaimana sejarah bisa berbeda.
Hart juga menekankan bahwa daftarnya hanya akan mencakup individu-individu yang benar-benar ada, bukan tokoh legendaris yang keberadaannya dipertanyakan. Misalnya, meskipun Lao Tzu dianggap sebagai filsuf besar Tiongkok dengan pengaruh yang luas, namun fakta keberadaannya masih menjadi perdebatan. Oleh karena itu, Hart tidak memasukkan Lao Tzu dalam daftarnya.
Selain itu, Hart juga tidak memasukkan penemuan-penemuan penting yang tidak bisa dikaitkan dengan individu tertentu. Meskipun penemuan roda dan tulisan memiliki dampak yang luar biasa bagi peradaban manusia, namun kita tidak bisa mengidentifikasi siapa penemu aslinya. Dengan demikian, baik tokoh legendaris maupun penemuan anonim tidak bisa masuk dalam daftar 100 tokoh paling berpengaruh versi Hart.
Dengan prinsip dan pendekatan yang jelas ini, Hart menyajikan sebuah daftar yang provokatif dan mengundang perdebatan, mengajak kita untuk merenungkan kembali bagaimana individu-individu tertentu telah membentuk dunia kita saat ini.
Sebelum kita menyelami daftar 100 tokoh paling berpengaruh, Hart memberikan penghargaan khusus kepada beberapa individu yang, meskipun tidak masuk dalam daftar utama, tetap memiliki dampak signifikan dalam sejarah. Mereka ditempatkan di bagian akhir buku sebagai bentuk penghormatan atas kontribusi mereka yang luar biasa. Salah satu contohnya adalah Mohandas Karamchand Gandhi, sosok yang dikenal dunia sebagai pemimpin besar dan inspirasi bagi gerakan-gerakan non-kekerasan.
Namun, yang paling menarik perhatian saya adalah penempatan Yesus Kristus pada posisi nomor tiga. Bagi banyak orang, terutama di dunia Barat, Yesus mungkin dianggap sebagai sosok paling berpengaruh dalam sejarah. Namun, Hart memiliki alasan kuat mengapa ia tidak menempatkan Yesus di posisi teratas.
Hart menjelaskan bahwa meskipun ajaran Yesus sangat dihormati dan dikenal luas, namun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidaklah sebanding dengan pengaruhnya yang besar. Ia mencontohkan salah satu ajaran Yesus yang terkenal, "Jika seseorang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu." Meskipun terdengar indah, Hart berpendapat bahwa ajaran ini tidak diikuti secara luas, bahkan tidak diterima secara umum.
Selain itu, Hart juga berargumen bahwa agama Kristen, meskipun menjadi agama terbesar di dunia, tidak didirikan oleh Yesus seorang diri. Ia mengakui peran penting Santo Paulus dalam menyebarkan dan mengembangkan agama Kristen. Oleh karena itu, penghargaan atas perkembangan agama Kristen harus dibagi antara Yesus dan Santo Paulus.
Dengan demikian, meskipun agama Kristen memiliki pengaruh yang sangat besar di dunia, pendirinya tidak secara otomatis menjadi sosok paling berpengaruh dalam daftar Hart. Ini menunjukkan bahwa Hart benar-benar menilai berdasarkan fakta sejarah dan dampak nyata yang dihasilkan, bukan berdasarkan popularitas atau keyakinan pribadi.
Lalu, siapakah yang dinobatkan sebagai sosok paling berpengaruh dalam sejarah versi Michael Hart? Sebelum kita mengungkapnya, mari kita singgung dulu Sir Isaac Newton, ilmuwan brilian yang namanya terlintas dalam benak Voltaire saat ia merenungkan percakapan penting tersebut. Newton menduduki posisi kedua dalam daftar Hart.
Dan akhirnya, di puncak daftar, Hart menempatkan Nabi Muhammad SAW sebagai sosok paling berpengaruh sepanjang masa. Perlu dicatat bahwa Hart menulis buku ini dari sudut pandang sekuler, semata-mata berdasarkan fakta sejarah dan dampak yang dihasilkan, bukan dari keyakinan agama tertentu.
Mengapa Hart memilih Nabi Muhammad SAW? Di halaman tiga bukunya, ia menjelaskan, “My choice of Muhammad to lead the list of the world's most influential persons may surprise some readers and may be questioned by others, but he was the only man in history who was supremely successful on both the religious and secular levels" (Pilihan saya untuk menempatkan Muhammad di posisi teratas mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan dipertanyakan oleh yang lain, tetapi dia adalah satu-satunya orang dalam sejarah yang sangat sukses baik di bidang agama maupun sekuler). Hart mengakui bahwa Nabi Muhammad SAW meninggalkan warisan yang luar biasa, tidak hanya dalam ranah spiritual, tetapi juga dalam membentuk tatanan sosial dan politik.
Dalam bidang agama, tidak diragukan lagi bahwa umat Islam di seluruh dunia mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW. Menurut Hart, Al-Qur'an, kitab suci umat Islam, adalah representasi setia dari pesan yang disampaikan oleh Nabi. Dengan membaca dan mengamalkan Al-Qur'an, umat Islam secara langsung mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, menciptakan sebuah warisan abadi dalam sejarah agama.
Namun, pengaruh Nabi Muhammad SAW jauh melampaui ranah spiritual. Ia juga meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam masyarakat dan politik, bahkan hingga saat ini. Bahasa Arab, bahasa yang digunakan oleh Nabi, tetap menjadi bahasa pemersatu di seluruh dunia Arab, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh beliau. Sistem politik modern di banyak negara Arab juga banyak dipengaruhi oleh model kepemimpinan dan tata kelola yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, meskipun tentu saja terdapat adaptasi dan perbedaan sesuai dengan konteks masing-masing negara.
Secara keseluruhan, buku "The 100" karya Michael Hart ini sungguh membuka mata dan memperkaya wawasan saya tentang sejarah dan tokoh-tokoh berpengaruh di dalamnya. Saya benar-benar terpesona oleh kedalaman analisis dan keberanian Hart dalam menempatkan Nabi Muhammad SAW di posisi teratas, terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang non-Muslim.
Saya tidak menemukan satu pun hal yang tidak saya sukai dari buku ini. Justru sebaliknya, buku ini telah mengubah cara pandang saya terhadap sejarah dan memberikan inspirasi yang mendalam. Saya sangat merekomendasikan buku ini kepada siapa pun yang ingin menggali lebih dalam tentang tokoh-tokoh yang telah membentuk peradaban manusia. Siapa tahu, buku ini juga bisa memberikan dampak positif dan mengubah hidup Anda, seperti yang telah dilakukannya pada saya.