Muhammadiyah Jadi Teladan Islam Moderat dalam Kajian Nakamura

Publish

25 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
44
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Diskusi sekaligus bedah buku Mengamati Islam Indonesia 1971–2023 kembali menegaskan signifikansi karya Prof. Mitsuo Nakamura dalam memahami wajah Islam Indonesia. Prof. Dr. Zuly Qodir, M.Ag., Guru Besar Sosiologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), menilai fokus Nakamura pada Muhammadiyah menunjukkan bagaimana organisasi ini telah lama menjadi ikon Islam moderat (wasathiyah) di tanah air.

Agenda yang digelar pada Rabu (24/09) di Nakamura Center, Perpustakaan UMY lantai 2, menjadi ruang refleksi bagi Zuly. Ia menilai Nakamura bukan hanya antropolog asing yang meneliti Islam Indonesia, tetapi juga teladan seorang ilmuwan yang rendah hati, sederhana, dan konsisten menekuni bidang risetnya.

Menurut Zuly, karya-karya Nakamura tetap relevan karena selalu kontekstual. Dari penelitian kecil di Kotagede, Yogyakarta, ia mampu membahas isu buruh, pedagang, hingga gerakan sosial yang terus aktual.

“Beliau tidak pernah segan mengatakan ‘saya belum tahu’ atau ‘penelitian ini belum selesai’. Itu bentuk kejujuran intelektual yang jarang dimiliki akademisi. Dari ketekunan itu lahirlah karya-karya yang tetap relevan, meski berbasis riset lokal seperti Kotagede,” ungkap Zuly.

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UMY ini juga menyoroti bagaimana Nakamura menampilkan dimensi ijtihad dalam Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Dari program Keluarga Berencana pada masa Orde Baru, perdebatan bayi tabung, hingga respons terhadap pandemi Covid-19 dan krisis iklim, kedua organisasi tersebut membuktikan bahwa Islam Indonesia selalu mampu menyesuaikan diri dengan zaman.

Zuly menegaskan, kontribusi besar Nakamura terletak pada fokusnya terhadap Muhammadiyah dan NU, dua organisasi Islam besar yang menjadi ikon moderasi Islam Indonesia. Dari pendidikan, sosial, hingga politik, keduanya berperan penting dalam membentuk arah bangsa.

“Nakamura berhasil menunjukkan bahwa Islam di Indonesia bukan statis, melainkan terus bertransformasi,” jelasnya.

Meski demikian, Zuly mengingatkan adanya kekurangan dalam karya Nakamura, yakni minimnya perhatian pada aktor perempuan dalam organisasi Islam. Selain itu, organisasi bersejarah seperti Syarikat Islam dan Persatuan Islam juga relatif jarang mendapat sorotan. Menurutnya, hal ini menjadi tugas peneliti muda untuk melanjutkan penelitian, khususnya terkait tokoh perempuan dan organisasi lain yang memiliki kontribusi besar. (ID)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah – Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah & Pendidikan Non-Formal ....

Suara Muhammadiyah

20 September 2023

Berita

JEMBRANA, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Daerah Nasyiatul ‘Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Jembrana m....

Suara Muhammadiyah

2 March 2024

Berita

Gelar Pelatihan Pupuk Organik dan Bank Sampah SUKOHARJO, Suara Muhammadiyah - Ikatan Mahasiswa....

Suara Muhammadiyah

17 November 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Di Muhammadiyah sesungguhnya tak pernah kekurangan orang-orang heba....

Suara Muhammadiyah

24 September 2024

Berita

BANTUL, Suara Muhammadiyah - Inovasi dilakukan Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) PDM Bantul, melal....

Suara Muhammadiyah

10 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah