SAMARINDA, Suara Muhammadiyah - Mengawali rangkaian Sholat Idul Adha 1445 H, senin 17 Juni 2024 yang dipusatkan di halaman parkir GOR. Kadrie Oening Sempaja, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Samarinda Utara Tauifk Rahman dalam sambutannya mengutip firman Allah SWT, "Sungguh pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) terdapat suri tauladan yang baik bagimu; bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) hari kemudian, dan barang siapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dialah yang maha kaya, Maha Terpuji."
Idul Adha menghadirkan setiap tahunnya pelajaran kehidupan dari sejarah dan perjalanan spiritual Nabiullah Ibrahim a.s., sedikitnya ada tiga hikmah yang bisa dipetik, diantara: (1) Ketaatan dan kecintaan kepada Allah SWT, melebihi dari segalanya (2) keikhlasan dalam menjalani kehidupan dan (3) Keberhasilan pendidikan dalam keluarga.
Sholat Idul Adha yang tiap tahunnya didukung Pemerintah Provinsi Kaltim, melalui Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga, khususnya kepala UPTD Stadion Kadrie Oening Sempaja selalu diikuti ribuan jamaah, demikian pula tahun ini.
Ketua Lembaga Pengembangan Cabang & Ranting dan Pembinaan Masjid (LPCR-PM), Pimpinan Pusat Muhammadiyah, H. Muhammad Jamaluddin Ahmad, S.Psi, Psikolog dihadirkan sebagai khatib dengan mengangkat tema , “Semakin Dekat Dengan Allah Semakin Bermanfaat Bagi Sesama”. Bertugas sebagai mam sholat Ust. Fauzi Fauzan Adhima, M.Pd
Ukuran Kemuliaan
Khatib mengawali khutbah dengan penyadaran untuk sejenak waktu meninggalkan identitas dan atribut keduniaan, menggani dengan identitas yang dikaruniakan Allah SWT kepada kita yaitu "Sebagai manusia beriman".
Tiada beda antara si kaya dengan si miskin, berpangkat atau bawahan, pengusaha atau karyawan, sipil maupun militer, sama-sama kita duduk dan sama- sama pula kita berdiri menghadapkan diri hanya kepada Allah SWT semata. Seperti inilah gambaran kehidupan yang akan kita jalani di yaumil hisab kelak.
Segalanya sama dihadapan Allah SWT dan yang membedakan hanyalah nilai, kualitas taqwa dan perbuatan kita.
Kalau bukan kualitas taqwa yang kita kejar maka kita akan menjadikan harta, pangkat, jabatan, anak, istri, rumah dan mobil mewah sebagai ukuran kemuliaan.
Kasus yang menimpa para pejabat tinggai negara, dan kasus yang melilit para anggota dewan serta lebih dari 200 kasus korupsi para bupati dan walikota, gubernur dan wakil gubernur merupakan contoh buruk ketika manusia tergoda dan tergelincir oleh jabatan,harta dan tipu daya dunia.
Mereka mengira dengan harta yang banyak, mobil yang mewah dan rumah yang megah akan memperoleh kemuliaan dan kesejahteraan hidup. Namun sayang yang mereka peroleh malah kehinaan dan kesengsaraan di dunia dan akerat. Kasihan anak- anak dan istri mereka, juga sangat merugikan rakyat dan NKRI tercinta. Lalu apakah ukuran kemulyaan dan nilai kita sebagai manusia?
Hikmah Nilai Taqwa
Beberapa hikmah nilai taqwa disampaiakn khatib selain memiliki tujuan utama membentuk pribadi "Muttaqin". Idul Adha juga membawa pesan dan mendatangkan hikmah sebagai berikut:
Pertama, untuk membuktikan keimanan dan kecintaan kita kepada Allah dan Muhammad (Rasul-Nya) melebihi segala macam cinta dalam hidup ini.
Disadari atau tidak kita sering menomor duakan Allah. Bahkan tidak hanya menomor duakan Allah tapi memposisikan Allah pada nomor urut terakhir. Yang nomor satu adalah harta, uang, dan jabatannya, partai politiknya dan sebagainya.
Kedua, Ibadah Adha atau Qurban, mengajarkan kepada kita pentingnya kepedulian terhadap sesama, kesetiakawanan, tolong menolong, dan saling mengasihi.
Adanya perintah menyembelih hewan qurban dan membagi-bagikannya kepada sesama manusia secara singkat mengandung pesan Islam yaitu :"Anda hanya dapat dekat Allah SWT, bila anda mendekati saudara-saudara anda yang lemah dan kekurangan".
Bahkan Rasulullah SAW pernah berpesan kepada istrinya Aisyah "Wahai Aisyah, dekatlah orang yang lemah atau miskin, cintai dan kasihi mereka, niscaya Allah akan dekat dengan kamu".
Ketiga, Ibadah Qurban juga mengandung pesan agar manusia setiap saat mau menyembelih sifat-sifatburuk dan merusak yang ada dalam dirinya dan menggantikannya dengan nilai nilai iman dan Islam yang akan menghadirkan kebahagiaan didunia dan akhirat.
Kehidupan manusia dengan segala tuntutan dan godaannya, permasalahan dan kesulitannya, kemewahan dan kesenangannya secara disadari atau tidak telah melemparkan dan menjauhkan manusia dari sifat-sifat kemanusiannya.
Yang ada dalam diri manusia kadang kala bukan sifat manusia, akan tetapi sudah berganti dengan sifat-sifat binatang. Sifat-sifat binatang yang sering dituruti dan dilakukan manusia tersebut misalnya: sifat rakus,egois, ingin menang sendiri, memaksa, membuat onar dan kerusuhan, bersikap licik dan lain sebagainya.