LAMONGAN, Suara Muhammadiyah - Bertempat di Pesantren Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan berlangsung seremonial kegiatan Deteksi Dini dan Eradikasi Skabies (Deskab) Wilayah Jawa Timur, dengan konsenterasi di Lamongan dan Gresik. Kegiatan ini merupakan Kerjasama MPKU PP Muhammadiyah dengan Deteksi Dini Skabies - Menuju Indonesia Bebas Skabies (DESKAB-MIBS) dan PT Galenium Pharmasia Laboratories, Ahad, 19 Oktober 2025.
Prof. Dr. dr. Sandra Widaty, Ketua Tim DESKAB-MIBS dalam sambutan tertulis yang dibacakan dokter Mufqi Handaru Priyanto, Sp.D.V, menyampaikan bahwa dalam menjalankan visi “Menuju Indonesia Bebas Skabies”, DeSkab menyadari bahwa keberhasilan eradikasi tidak dapat dicapai hanya oleh tenaga medis, melainkan membutuhkan kolaborasi lintas sektor yang memiliki jangkauan luas dan kedekatan dengan komunitas sasaran.
Kemitraan strategis antara DeSkab–PERDOSKI dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjadi sangat penting. Karena Muhammadiyah memiliki Jaringan yang luas, ratusan pesantren, dan ribuan fasilitas Kesehatan, Kedekatan ideologis dan sosial dengan Masyarakat, Struktur organisasi yang kuat dan berkelanjutan dan, komitmen dalam bidang kesehatan Masyarakat.
Dr. Emma Rahmawati dari MPKU PP Muhammadiyah menekankan bahwa kader yang sudah dilatih, diharapkan nantinya menjadi kader santri husada. Jadi bukan hanya fokus di skabies saja, tetapi lebih luas, yakni perilaku hidup bersih dan sehat. Lebih lanjut Emma menekankan pentingnya mewujudkan satu ranting satu kader kesehatan.
Kegiatan ini diawali dengan pelatihan kepada para kader kesehatan di pesantren secara daring selama tiga hari di akhir September sampai dengan 1 Oktober 2025. Pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi kader untuk dapat melakukan deteksi dini dan eradikasi skabies (DeSkab) sehingga dapat diteruskan secara mandiri kepada kader lainnya melalui modul, bahan ajar, dan aplikasi dengan demikian dapat memperluas jaringan kader kulit sehat.
Berbekal pengetahuan dan keterampiilan melakukan deteksi dini dan eradikasi skabies, diharapkan akan menurunkan prevalensi skabies di Pesantren Muhammadiyah.
Ada lima Pesantren Muhammadiyah, masing-masing pesantren mengirimkan 20 kader Kesehatan, terdiri dari 10 ustadz, 10 santri. Lima pesantren tersebut adalah: Pesantren Modern Muhammadiyah Paciran, Pesantren Muhammadiyah Al-Mizan, Pesantren Muhammadiyah Al-Muhajir, Pesantren Muhammadiyah Karangasem, semuanya di Lamongan dan Pesantren Muhammadiyah Madinatul Ilmi di Gresik.
Pelatihan deteksi dini dan eradikasi skabies untuk para kader kesehatan Pesantren ini menjadi sangat penting karena, skabies merupakan penyakit infestasi parasit yang umumnya menyerang populasi secara berkelompok, sebagaimana halnya di pesantren. Hasil analisis dari Global Burden of Disease Study melaporkan bahwa pada tahun 2015, Indonesia menduduki peringkat pertama negara dengan beban skabies terbesar dari 195 negara di seluruh dunia. WHO (2017) telah menetapkan bahwa skabies menjadi penyakit tropis terabaikan.
Menurut Kementerian Kesehatan, tahun 2011 jumlah penderita skabies mencapai 2,9% dari total populasi Indonesia yaitu sekitar 6.915.135 penduduk dan terjadi peningkatan pada tahun 2012 menjadi 3,6%.
Berbekal pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dalam pelatihan, para kader kesehatan melakukan skrening skabies kepada para santri menggunakan form deskab. Hasil skrining baik yang yang dicurigai positif skabies maupun yang tidak semua dicatat dengan baik dan dilaporkan tim deskab. Berbekal data tersebut para dokter dari PERDOKSKI PC. Surabaya Ahad 19 Oktober 2025 secara serentak melakukan pemeriksaan ulang dan sekaligus melakukan pengobatan bagi yang terkena skabies pada lima Pesantren Muhammadiyah, dengan dukungan obat Scabimite dari PT. Galenium Pharmasia laboratories. (Soemanto)