YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Sebanyak 5000 warga Muhammadiyah tumpah ruah memadati Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Sabtu (30/11). Mereka hadir untuk memeriahkan puncak Milad ke-112 Muhammadiyah yang digelar oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY.
Resepsi ini berbeda dengan yang diadakan di tempat lain. Kali ini, mengusung tema kebudayaan dan kesenian. Tampak jajaran PWM DIY mengenakkan busana khas Jawa (blankon dan jarik), disertai iringan instrumental musik Jawa, makin menambah kesan nuansa budaya dan seninya.
Hadir Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agung Danarto, Sesepuh Muhammadiyah M Muchlas Abror, Ketua PWM DIY Muhammad Ikhwan Ahada beserta jajaran, Ketua PWA DIY Widiastuti beserta jajaran, Rektor UMY Gunawan Budiyanto, dan beberapa tamu undangan lainnya.
Sambutan Gunawan tampak berbeda dari biasanya. Dikemas dengan bentuk membaca seuntai puisi (deklamasi). Substansinya menegaskan Muhammadiyah dengan usia 112 tahun tetap berkiprah dan berjuang untuk kehidupan bangsa.
“112 Tahun menjulang tinggi. Di bawah panji tauhid nan suci. Muhammadiyah cahaya tak pernah redup. Menggenggam amanah dalam tiap langkah hidup,” ucapnya.
Kiprah Muhammadiyah, dilukiskan Gunawan selalu bersama dengan umat dan masyarakat. Tidak pernah meninggalkan untuk amar makruf nahi mungkar. Tanpa lelah dan jeda, semuanya dipersembahkan untuk kehidupan.
“Di lembah ilmu kau tanam asa. Di jalan dakwah kau kuatkan jiwa. Melangkah bersama umat tercinta. Menyebar kebaikan, menyebar kesejahteraan. Tanpa lelah, tanpa jeda,” katanya.
Dalam berkiprah di sektor pendidikan, Muhammadiyah telah teruji nyata. Muhammadiyah membangun dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Tersebar luas sampai penjuru negeri, sehingga umat dan masyarakat merasakan manfaatnya.
“Kau suluh negeri dengan pendidikan. Membangun bangsa dengan kebajikan. Di tiap amal usaha yang engkau dirikan. Tertanam semangat Islam yang menawan. Wahai pembawa terang di gulita. Denyut langkahmu adalah untuk semua. Tak henti membangun, terus berinovasi. Menyatu dengan cinta, harmoni, dan visi,” tuturnya mengguncangkan ruang Sporotorium itu.
Menyambung Gunawan, Ikhwan menerangkan Muhammadiyah hadir untuk semua. Tidak ada diskriminasi dan batasan sekat-sekat sosial lainnya. Muhammadiyah melebur ke masyarakat bersatu padu untuk mencerahkan dan memajukan.
“Bukan milik seseorang atau keluarga, bukan pula komunitas terbatas. Muhammadiyah milik semua, tak ada dominasi pikir dan ide, maupun gagasan apalagi Amal Usaha, karena musyawarah dan kolektif kolegial menjadi prinsipnya,” tegasnya.
Muhammadiyah memberi untuk sesama. Di dalamnya dada para nelayan, petani, saudagar, pengusaha, dan para pegawai dari swasta sampai berada di kursi pemerintahan.
“Diberikan kepada Muhammadiyah sepenuhnya. Dengan semangat yang tidak berbeda memberi untuk sesama,” urainya.
Widiastuti menambahkan, Aisyiyah berharap dapat terus bersinergi dengan Muhammadiyah, khususnya melalui Lembaga Seni Budaya (LSB). Upaya ini bertujuan untuk memperluas dakwah Islam yang mengedepankan keindahan dan nilai-nilai luhur.
"Sinergi ini diharapkan dapat memperluas pemahaman tentang Islam sebagai agama yang halus, indah, dan penuh dengan nilai-nilai kebaikan,” tambahnya. (Lik/Fab/Cris)