Khutbah Jumat di Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumbar
PADANG, Suara Muhammadiyah — Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumatera Barat kembali menjadi pusat perhatian umat dengan hadirnya tokoh nasional, Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, Buya Dr. Amirsyah Tambunan, sebagai khatib Jumat. Dalam khutbah yang menggugah kesadaran kolektif umat, Buya Amirsyah mengangkat tema penting tentang ciri-ciri orang bertaqwa, makna jihad sejati, serta pesan Qur’ani dari Surah Al-Qashash ayat 77.
Di hadapan ratusan jamaah, Buya Amirsyah Tambunan yang juga Ketua Pendayagunaan Wakaf PP Muhammadiyah menyampaikan bahwa taqwa adalah inti dari ajaran Islam, dan bukan sekadar kesalehan ritual, melainkan komitmen terhadap nilai-nilai keadilan, kejujuran, dan keberanian dalam menegakkan kebenaran.
“Taqwa itu bukan hanya urusan salat dan puasa, tapi bagaimana kita menggunakan harta di jalan Allah, dan berani menyuarakan kebenaran, terutama di hadapan kekuasaan yang zalim,” tegas Buya Amirsyah dengan penuh semangat.
Mengutip sabda Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Dawud: "Afdhalul-jihâd kalimatu haqqin ‘inda sultânin jâ’ir"
(Jihad paling utama adalah menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim), Buya menegaskan bahwa jihad dalam bentuk perjuangan moral melawan kezaliman adalah puncak dari ketakwaan yang sejati.
Dalam khutbahnya, Buya Amirsyah juga mengupas makna mendalam dari Surah Al-Qashash ayat 77:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”
Menurut Buya, ayat ini menjadi panduan utuh bagaimana seorang Muslim hidup seimbang antara dunia dan akhirat, dan di dalamnya terdapat ciri ketakwaan: menggunakan harta secara bertanggung jawab, menolak kerusakan sosial, dan menjadi agen kebaikan.
"Menginfakkan harta di jalan Allah adalah wujud konkret dari ketakwaan," jelas Buya. "Bukan sekadar sedekah, tapi juga berinvestasi sosial untuk membangun peradaban yang adil dan beradab. Termasuk dalam jihad yang besar adalah menggunakan potensi dan kekuatan kita untuk mengingatkan penguasa jika mereka melenceng dari nilai keadilan."
Khutbah ini disambut hangat oleh para jamaah. Banyak yang mengaku merasa tercerahkan dengan pendekatan Buya yang menggabungkan tafsir Al-Qur’an, nilai-nilai sosial, dan konteks kebangsaan.
Buya Ki Jal Atri Tanjung, Ketua Takmir Masjid Taqwa Muhammadiyah Sumbar, menyampaikan apresiasi tinggi atas kehadiran dan pesan-pesan moral yang disampaikan oleh Sekjen MUI Pusat.
"Buya Amirsyah tidak hanya mengingatkan kita akan pentingnya taqwa, tetapi juga memantik kesadaran umat untuk berani bersikap, bersuara, dan bertindak demi kebaikan umat dan bangsa," ujarnya. (RI)