Sekuntum Hidayah

Publish

22 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
487
Cerpen SM

Cerpen SM

Cerpen Erwito Wibowo

Sore menjelang petang. Cakrawala tidak kelihatan, nampak tertimbun deretan perkampungan kumuh. Petang pun tiba. Langit berwarna biru mengalami perubahan akan menjadi kelabu lantas hitam. Kubah-kubah dan menara-menara masjid menjulang tinggi disana sini.Semarak penuh warna dan menyala. Bentuknya sangat beragam. Penuh gaya. Seakan suatu waktu bumi akan lepas dari pesona alam ini yang tergantikan indahnya panorama baru petang menjelang malam. 

Adzan berkumandang meneguhkan menara-menara dan kubahnya. Lantunan adzan yang beraneka ragam menjadi materi, lantas berubah energi memiliki daya angkat, menggelombang ke langit penuh kerinduan dalam pancaran yang menyatu meruncing naik. Kerinduannya menggapai ketinggian, kerinduan yang menyatu menjadi impian cita-cita semua yang merindukan dan mendambakan keabadian. 

Dalam satu tarikan sudut pandangan, kubah-kubah dan menara-menara masjid nampak dalam satu bingkai tersendiri, sementara deretan perkampungan kumuh terlepas dari gugusan keindahan menjadi latar depan panorama indah kenyataan lain. Munculnya kubah-kubah dan menara-menara masjid, di sana sini secara bertahap. Lantas seluruh bingkai cakrawala terpenuhi. Namun, deretan perkampungan kumuh itu menyaksikan sejak awal munculnya kubah-kubah dan menara-menara masjid. Artinya deretan perkampungan kumuh itu telah berdiri sebelumnya. 

Semula,dari pemandangan awal,sesungguhnya kubah-kubah dan menara-menara masjid seolah menjaga deretan perkampungan kumuh itu dari kekumalannya, ditutupinya dari dunia ramai, dari gegap gempitanya, bahkan dari kesejahteraannya. Tapi, kemudian nampak menjadi dunia tersendiri. Terpisah dari kebahagiaan dunia lainnya. Dunia kumuh. Dikhawatirkan menjadi dunia liar. Penuh semak belukar dan alang-alang, bersanding dengan penampungan rongsokan usaha penduduk setempat. Bisa jadi merupakan tempat sarang pencopet dan penjudi serta penjahat bersembunyi sebagai penduduk. Genangan air berada di sana sini. Tiada selokan untuk mengalirkan limbah rumah tangga. Tanahnya hitam berminyak. Penuh jentik-jentik dan lintah. Di situlah mereka membenamkan tubuhnya yang dekil dan berpenyakit kulit. Ketika mereka mendengar suara adzan, menganggap biasa saja.Tidak ada pengaruhnya bagi kehidupan mereka. Suara adzan itu tidak menyentuh hatinya. Mereka tetap menyalakan musik dangdut keras sekali. 

Pernah juga, salah satu takmir di antara kubah-kubah dan menara-menara masjid yang menjulang mendatangi perkampungan kumuh itu. Mereka menolak bantuan bahan pangan yang mengambilnya harus dengan cara datang ke masjid menggunakan girik. Mereka maunya yang punya kepentingan membantu diminta datang ke perkampungannya. Pengurus takmir tidak mau. Maksudnya mereka didatangkan ke masjid selain menerima bantuan bahan pangan juga agar mereka mengenal aktivitas kegiatan masjid. Gagal. Tidak terjadi kesepakatan. Lama tidak ada kelanjutannya. Mereka melakukan kegiatan sendiri-sendiri yang berbeda. Pengurus takmir yang lain lagi datang dengan sentuhan pendekatan yang sama. Tidak terjadi kesepakatan. Diikuti pengelola takmir masjid lainnya yang kubah dan menaranya di senja hari bersama deretan perkampungan kumuh menjadi panorama yang puitis. 

Dengan sentuhan pendekatan serupa senantiasa menemui kegagalan. Sehingga datang pengelola takmir baru dari masjid yang pernah gagal melakukan pendekatan. Rombongan takmir masjid datang ke deretan perkampungan kumuh itu. Setelah basa basi seperlunya dan mengutarakan maksud kedatangannya. Ketua perkampungan kumuh itu menjawab. 

“Terima kasih atas perhatian dan bentuk bantuan ini. Tapi perlu diketahui, yang kami butuhkan adalah perubahan, bukan bantuan bahan pangan seperti ini,” ujarnya. 

“Terus maunya apa?” tanya ketua takmir sedikit heran. 

“Beri kami pusat kegiatan yang menjadikan kami bisa berdaya,” jawabnya mantab.” Apa perlu sebuah balai pertemuan?” usul ketua takmir dengan yakin. 

“Bukan itu,” jawab ketua kampung. 

“Apa perlu,barang kali pos ronda?” usul ketua takmir masjid. 

“Coba cari, suatu tempat yang mampu melakukan kegiatan secara teratur,” ujar ketua kampung bernada teka teki. 

“Terus apa yang kamu inginkan? Balai pertemuan, bukan. Pos Ronda, tidak.” ujar ketua takmir masjid menjadi bingung. 

“Beri kami masjid,” kata ketua kampung mantab. 

“Ooo...itu yang kalian butuhkan?” jawab ketua takmir tidak habis mengerti. 

“Saya melihat pemberdayaan masyarakat di suatu kampung, selalu dimulai kalau ada pusat kegiatan yang memiliki kegiatan secara teratur. Dan itu biasanya karena adanya kehadiran masjid,” ungkap ketua kampung penuh semangat. 

“Lalu, apalagi?” kejar ketua takmir. 

“Selama ini, kubah-kubah dan menara-menara masjid itu jauh jangkauan jaraknya dengan perkampungan kami. Tidak mungkin memberikan bantuan terus-menerus mampu mengubah kehidupan kami.” Demikian alasan ketua kampung. 

“Siap. Kami siap.Takmir masjid kami punya jaringan luas.Pengadaan bangunan masjid menjadi tanggung jawab jaringan kami,”ungkap ketua takmir nampak senang.” Kami selama ini bermimpi ingin mengubah masyarakat kami. Karena tiadanya dana, mimpi melukai kenyataan kami,” ujar ketua kampung. 

“Begini. Nantinya pak ketua kampung bertanggung jawab dalam pengadaan tempat,” pinta ketua takmir. 

“Siap. Tempat genangan air dan semak belukar itu cukup luas untuk merubah keadaan kami,” katanya. 

“Saya juga berharap dengan adanya masjid penanganan masalah sosial di kampung ini bisa berubah,” harap ketua takmir. 

“Insya Allah. Bisa pak. Saya lihat di tempat lain terjadi seperti itu. Masak di kampung kami tidak bisa berubah,” ketua kampung memberikan alasan. 

“Saya harap kamu sanggup melakukan perubahan,” harap ketua takmir masjid.”Nah itu yang akan saya lakukan,” ujarnya. 

 

Kotagede, 27 Januari 2023

 

 

 

 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Oleh: Ahmad Azharuddin Menemukan kedamaian di dalam hati merupakan sebuah konsep yang sangat pentin....

Suara Muhammadiyah

20 March 2024

Humaniora

Melihat dari Dekat Negeri Tiongkok Melalui Provinsi Xinjiang dan Guangdong (2) Oleh: Ahmad Dahlan, ....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Humaniora

Cerpen Hamdy Salad Kalau saja seluruh media masa di negeri antah barantah itu tidak pernah menulis ....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Humaniora

Cerpen: Suratini Eko Purwati Ada tetangga, penduduk asli kampung menjual rumah keluarga dan ada pen....

Suara Muhammadiyah

8 September 2023

Humaniora

Presiden (tak) Lumrah Oleh Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso, Tangeran....

Suara Muhammadiyah

12 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah