SURABAYA, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 16 siswa dan 3 guru Daejeo Middle and High School, Busan, Korea Selatan mengikuti pertukaran pelajar (student exchange) di SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya (Spemma) selama sepekan (19-26/1/2024).
Humas SMP Muhammadiyah 5 Surabaya Miftakul Khoir SPd mengatakan, kegiatan pertukaran pelajar kali ini dari pihak Spemma ingin mengenalkan bahwasanya Indonesia kaya akan musik tradisional, salah satunya musik angklung kepada para siswa Daejeo Middle and High School.
"Dengan musik tradisional angklung tersebut, kita bisa mengenalkan kepada manca negara tentang berbagai budaya kearifan lokal, karena yang mereka cari kesini sebenarnya budaya tradisional Indonesia," jelasnya, Senin (22/1/2024).
Kegiatan tersebut, sambung Miftakul Khoir, merupakan salah satu rangkaian kegiatan pertukaran pelajar yang setiap tahun selalu diadakan.
"Setiap tahun pasti kami mengenalkan budaya lokal, baik baju adat dari berbagai daerah di Nusantara ketika berkunjung ke Busan, untuk kali ini mereka berkunjung ke sini, kita kenalkan musik tradisional angklung khas dari Bandung Jawa Barat," tuturnya.
Masih dengan Miftakul Khoir, karena tidak semua sekolah bisa melaksanakan pertukaran pelajar seperti ini, para siswa SMP Muhammadiyah 5 Surabaya sangat senang sekali karena dan begitu antusias menyambut siswa Daejeo Middle and High School ketika mengikuti upacara bendera dihalaman sekolah.
"Kegiatan ini sangat luar biasa dan sangat perlu kita banggakan karena menjadi salah satu program unggulan SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya", ungkapnya.
"Kami berharap supaya para siswa Korea memperoleh ilmu yang berkaitan tentang musik tradisional yang ada di Indonesia, jadi ada hasil nyata pertukaran budaya dari Indonesia dan Korea Selatan," tandasnya.
Mewarnai Topeng
Memasuki hari ke-5 pertukaran pelajar (student exchange), para siswa Daejeo Middle and High School, Busan, Korea Selatan belajar mewarnai topeng Panji di SMP Muhammadiyah 5 Pucang Surabaya (Spemma), Selasa (23/1/2024).
Humas SMP Muhammadiyah 5 Surabaya Miftakul Khoir SPd mengatakan, topeng Panji berasal dari Indonesia, dimana topeng tersebut merupakan bagian dari seni tradisional Jawa Barat yang digunakan dalam pertunjukan wayang topeng.
"Kami mengajak 16 siswa Korea untuk belajar mewarnai topeng Panji sebagai bentuk pengenalan budaya lokal Nusantara dimana topeng Panji merupakan salah satu kesenian dari Cirebon Jawa Barat," ungkapnya.
Selain itu, lanjut Miftakul Khoir mewarnai topeng Panji juga memiliki beberapa tujuan, antara lain untuk menambah nilai estetika, memberikan identitas karakter atau cerita yang diwakili oleh topeng, serta sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan warisan budaya.
"Mudah-mudahan dengan belajar mewarnai topeng Panji, para siswa Korea tersebut semakin memahami berbagai budaya khas asli Indonesia, sehingga mereka bangga dan cinta kepada Indonesia," imbuhnya.
Sementara itu, Guru Seni Budaya Spemma Teguh Prasetyo SPd berharap anak-anak bisa mengeksplorasi unsur-unsur seni dimana dasarnya dari garis, bangun, bidang, warna, dan tekstur.
"Melukis topeng Panji memiliki beberapa kesulitan bagi anak-anak, seperti dikejar dengan waktu, serta kejenuhan yang membuat anak-anak mudah menyerah, detail hal-hal yang kecil sering kurang diperhatikan," tuturnya.
"Memberikan warna-warna cerah seperti merah, kuning, dan hijau dapat memberikan kehidupan pada topeng panji, menciptakan kesan yang kuat dan energetik. Kombinasi tersebut dapat mencerminkan semangat dan harapan yang diinginkan," tandasnya. (Yuda)