SLEMAN, Suara Muhammadiyah - Akhir-akhir ini gerakan dakwah berbasis ekologis semakin menemukan momentumnya. Program Training of Trainer (ToT) Kader PINTAR — singkatan dari Pionir Transisi Energi Indonesia Raya — yang diselenggarakan oleh 1000 Cahaya resmi ditutup pada Kamis (13/11/2025) di Balai Pemerintahan Desa Kalasan, Sleman, Yogyakarta, setelah berlangsung intensif selama tiga hari.
Kegiatan ini menjadi wadah bagi kader Muhammadiyah dari berbagai daerah untuk memperdalam pemahaman tentang efisiensi energi dan transisi menuju perilaku ramah lingkungan. Dalam penutupan, para peserta dan narasumber sepakat bahwa isu energi bukan hanya urusan teknologi, tetapi juga gerakan moral dan kultural yang berakar pada nilai-nilai Islam berkemajuan.
“Acara ini membuat kita sadar bagaimana efisiensi energi harus dimulai dari diri kita sendiri. Ini menjadi penguat semangat bahwa dari Muhammadiyah-lah gerakan ini harus dimulai. Konsistensi itu ada di Muhammadiyah,” ujar salah satu peserta Budi Kurnia, yang merupakan guru SMP Muhammadiyah di Bandung.
Sementara itu, Sudarto, Wakil Direktur 1000 Cahaya, menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat, khususnya Forum Guru Muhammadiyah (FGM).
“Selama tiga hari ini, kami banyak belajar dan berterima kasih kepada tim FGM yang telah membersamai,” ungkapnya.
Sudarto menjelaskan bahwa arah gerakan 1000 Cahaya bukan semata penggunaan panel surya atau teknologi energi baru terbarukan, melainkan perubahan perilaku dan kesadaran ekologis di tingkat individu dan lembaga pendidikan.
“Panel surya bukan solusi akhir. Yang paling penting adalah terkait perubahan perilaku. Dengan potensi besar yang kita miliki, ikhtiar ini bisa menjadi gerakan luas,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Abdullah Mukti, Pimpinan Pusat FGM menegaskan bahwa semangat gerakan ini sejalan dengan ruh perjuangan KH Ahmad Dahlan.
“Teman-teman ini sedang menapaktilasi Muhammadiyah yang sesungguhnya. KH Ahmad Dahlan sejak awal menekankan pentingnya gerakan yang menyentuh aspek inti kehidupan. Maka isu energi dan lingkungan juga merupakan bagian dari dakwah amar ma’ruf nahi munkar,” tuturnya.
Mukti juga mengingatkan pentingnya tindakan konkret di tengah krisis lingkungan global. “Kita harus berangkat dari pemahaman bahwa masalah lingkungan ini perlu tindakan nyata. Kalau ingin menjadi sekolah hebat, memulainya sederhana — dari perilaku gurunya, dari kebiasaan hemat energi, dari kepedulian kecil yang dilakukan terus-menerus,” pesannya.
Penutupan ToT Kader PINTAR ini menjadi momentum penting untuk mendorong transisi energi secara berkelanjutan di sekolah, masjid, dan komunitas. “Kuncinya ada di guru,” tegasnya menutup pesannya, seraya mengajak 1000 Cahaya dan seluruh jaringan pendidikan Muhammadiyah untuk melangkah lebih jauh dalam menggerakkan perubahan. (diko)


