YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Semangat para senior care yang tergabung dalam Pandu Kehormatan Hizbul Wathan (HW) Wreda se-DIY begitu rupa. Tidak ada keluh kesah, bahkan kelesuan saat mengikuti jalan kaki sepanjang 1,2 KM mulai dari Kampus V UAD, dan berakhir di Kampus IV UAD Terpadu Yogyakarta, Ahad (7/9).
Jalan kaki itu tampak terasa vibrasi kebersamaanya dengan iringan drum band dari kabilah HW Kulon Progo. Juga adanya marsing band HW qabilah KRH-UAD Yogyakarta, yang dihiasi dengan lagu Maju Tak Gentar ciptaan Cornel Simanjuntak, seorang pejuang kemerdekaan Indonesia.
Lagu ini sangat membahana dibawakan. Antusiasme para peserta yang noatebene sudah tidak muda lagi, akan tetapi kekompakan dan kebersamaannya sangat tinggi. Di luar dugaan, total peserta yang mengikuti jalan kaki ini sebanyak 500 orang.
Tidak sedikit dari mereka, tampak sangat piawai dalam memainkan ragam jenis alat musik yang dipakai saat jalan kaki tersebut. Kendati demikian, bebannya sangat berat, ada snare drum, bass drum, tenor drum, cymbal, dan pelbagai alat musik lainnya.
“Saya sangat terkesan sekali. Salut sama orang-orang yang sudah sepuh-sepuh (tua) mengikuti jalan kaki kali ini,” kata Sanyoto, Komandan HW Bantul saat diwawancarai Suara Muhammadiyah.
Para peserta ini adalah orang-orang pilihan. Juga menjadi orang-orang khusus dari yang lain. “Mereka punya jiwa pejuang. Kalau yang tidak punya jiwa pejuang, pasti dengan sendirinya akan mundur sendiri,” tegasnya.
Ketakjuban Sanyoto melihat para peserta tersebut, menemukan titik urgensinya. “Untuk memotivasi kepada anak-anak yang masih TK, untuk ber-drumband (marchingband),” sebutnya. Karena, drumband menjadi kegiatan identik HW sejak berdirinya pada tahun 1918.
“Drumband itu latarbelakangnya dari HW. Dan HW itu asalnya dari Muhammadiyah,” ujarnya.
Selain jalan kaki sebagai manifestasi olahraga, pada saat yang sama para peserta berkumpul dari lintas wilayah. Mereka saling mempererat jangkar silaturahmi dan kekerabatan antara kabilah lainnya. “Ini setiap 3 bulan 1 kali selalu diadakan pertemuan besar seperti ini,” bebernya.
Di samping itu, juga untuk medium dakwah di akar rumput (grassroots). Dakwah yang didengungkan sekaligus hendak ditanamkan kepada para kader, juga bagi masyarakat luas, yakni kejujuran, tanggung jawab, gotong royong, dan cinta tanah air. “Kita menonjolkan di situ,” tuturnya.
Karena itu, Sunyoto mengharapkan, agar HW Wreda ada dan tersebar secara merata di setiap wilayah di Indonesia. “Syukur nanti bisa sampai ke luar negeri, harus ada HW Wreda,” harapnya.
Dengan demikian, HW Wreda dapat terus menunjukkan eksistensinya dalam memberikan secercah inspirasi kepada lintas generasi kini dan ke depan dalam meneguhkan jiwa pejuang dan berdakwah di tengah lingkungan masyarakat. (Cris)