YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ruang Pamer Zona Muhammadiyah untuk Indonesia di Museum Muhammadiyah Kompleks Kampus Terpadu Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta diresmikan pada Senin (3/2). Peresmian ini dihadiri Menteri Kebudayaan Fadli Zon, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Dadang Kahmad, Rektor UAD Yogyakarta Muchlas MT, dan beberapa tamu undangan lainnya.
Dalam laporannya, Muchlas menyampaikan, museum tersebut diinisiasi atas kesadaran dari eksistensinya Muhammadiyah sebagai organisasi Islam tertua dan terbesar di Indonesia yang memuat nilai-nilai kesejarahan tinggi. Kiprahnya di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan kesehatan telah banyak membawa kemaslahatan bagi masyarakat.
"Memori atau ingatan sejarah ini harus terus diabadikan agar generasi penerus tidak melupakannya," tuturnya.
Melihat betapa relevansinya sejarah yang tidak boleh terkelupas dari lanskap kehidupan, museum tersebut layak dijadikan tempat edukasi yang sangat tepat bagi generasi penerus agar sejarah tetap hidup dan dijadikan medium pembelajaran bagi generasi penerus.
"Inilah yang kemudian mendorong Bapak Prof Haedar Nashir sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Prof Muhadjir Effendy yang saat itu menjabat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menginisiasi berdirinya Museum Muhammadiyah," jelasnya.
Muchlas mengungkapkan, Museum Muhammadiyah telah memasuki tahun ketiga operasionalnya terhitung sejak dibuka pada tahun 2022 yang lalu. Dan museum ini menjadi salah satu museum terbesar di Yogyakarta.
"Dengan keberhasilan menaikkan jumlah kunjungan dan juga pengembangan yang dilakukan terus-menerus. Terhitung awal tahun 2025, jumlah pengunjung mencapai 100.669 orang dengan rata-rata 3000 pengunjung per bulan," ujarnya.
Menyoal pertumbuhan jumlah koleksi di Museum Muhammadiyah, Muchlas menyebut ada sebanyak 2812 koleksi yang terus mengalami kenaikan secara signifikan. "Bersamaan dengan terus meningkatnya kesadaran sejarah dari masyarakat pada umumnya dan dari warga Persyarikatan pada khususnya," tegasnya.
Bersamaan dengan itu, Ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah ini membeberkan, peresmian ruang tersebut merupakan ruangan Muhammadiyah untuk Indonesia. Secara fisik, Museum Muhammadiyah dikembangkan berdasarkan dinamika organisasi Persyarikatan dari pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, dan pasca-kemerdekaan.
"Zona ini menggambarkan kontribusi Muhammadiyah dari saat berdirinya bagi tumbuhnya bangsa Indonesia menjadi bangsa yang besar dalam sebuah negeri yang aman, makmur dalam lindungan dan Rahmat Allah SwT," bebernya.
Selain itu, ada juga zona persebaran Muhammadiyah. Zona ini menggambarkan peran Muhammadiyah sebagai interface bagi terciptanya kesatuan bangsa Indonesia.
"Dengan selesai zona ini, Museum Muhammadiyah kini memiliki delapan zona. Yaitu zona pengkondisian, zona pembawa cahaya, zona berdirinya Muhammadiyah, zona pilar gerakan, zona revolusi dan negara merdeka, zona organisasi otonom, zona Muhammadiyah untuk Indonesia, dan Zona persebaran Muhammadiyah," tandasnya. (Cris)