JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan, swasembada pangan merupakan cita-cita Kasman Singodimedjo dan beberapa tokoh lainnya dalam memperjuangkan Pancasila. Cita-cita tersebut kemudian dilanjutkan oleh pemerintah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang bersifat substansial.
“Itu cita-cita beliau yang sangat mendasar. Saya mengenal Pak Prabowo seorang patriot. Syarat seorang pemimpin itu harus betul-betul cinta kepada rakyatnya. Harus cinta dengan seluruh jiwa raganya kepada merah putih. Dan saya tahu itu dimiliki Pak Prabowo,” ujarnya saat Tanwir 1 Aisyiyah Periode 2022-2027 di Hotel Tavia Haritage, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Kamis (16/1).
Zulhas menyebut, swsembada pangan sangat penting. Karena hal tersebut merupakan kebutuhan pokok manusia. Tapi untuk melakukannya bukan pekerjaan mudah. Zulhas menyebut butuh perjuangan begitu rupa, apalagi 65% tenaga kerja dari pertanian, hampir separuh sektor pertanian tulang punggung selain sektor perikanan.
“Oleh karena itu terjadi perubahan besar. Kemudian 80% perubahan penting yang sangat mendasar, yang sangat merugikan petani,” tuturnya.
Menurutnya, pada zaman dahulu, para petani punya kebun dan sawah. Namun, saat ini yang membuat pilu Zulhas karena petani menjadi buruh tani. “Bukan petani lagi, karena tidak punya lahan dan kebun. Apalagi di Pulau Jawa, 80% Pulau Jawa sudah berubah, petani menjadi buruh tani,” tegasnya.
Di sinilah pemerintah hadir. Di mana swasembada pangan menjadi program yang diprioritaskan. “Ini persoalan yang paling mendasar. Makanya saya tidak mau 1 menit pun disia-siakan,” lanjutnya. Hal itu menegaskan, komitmennya menjadikan Indonesia menjadi negara yang maju.
“Kalau kita mau maju itu tergantung pada diri kita. Sekarang saya berbesar hati karena Pak Presiden memiliki satu prioritasnya adalah swasembada pangan. Itulah yang saat ini kami selesaikan di masa pemerintahan Pak Prabowo,” katanya.
Untuk menjalankan program ini, Zulhas menegaskan tidak bisa seorang diri (personal). Butuh kerja sama dan kolaborasi dari semua pihak. Karena itu, Ia mengajak Aisyiyah untuk bekerja sama dalam mewujudkan kedaulatan swasembada pangan tersebut.
“Muhammadiyah dan Aisyiyah yang melahirkan Republik Indonesia. Bapak dan ibu kandunganya NKRI. Jadi kecintaannya ya tidak tertandingi. Oleh karena itu, diminta atau tidak diminta, pasti bapak-bapak Muhammadiyah dan ibu-ibu Aisyiyah akan all out membantu. Apalagi pangan, makanan bergizi,” tuturnya. (Cris)