AGAR BASA-BASI TAK MENYAKITI HATI

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1714
Istimewa

Istimewa

AGAR BASA-BASI TAK MENYAKITI HATI

Banyak orang tak berpikir panjang sebelum ber-’basa-basi’. Padahal, akibatnya tidak jarang membuat orang lain sakit hati hingga cemas berkepanjangan yang menghantui. Bukan karena tidak paham dampaknya, namun karena basa-basi telah dinormalisasi menjadi cara membangun keakraban dan sapaan sehari-hari, yang kerap kali minim etika. Alih-alih membangun keakraban, ritual basa-basi kerap menjadi ajang melempar stigma dan dan penghakiman bagi orang lain.

Pertanyaan terkait pasangan dan jodoh bagi yang ‘jomblo’, pertanyaan ‘kapan punya anak?’ untuk yang sudah berkeluarga, ataupun ‘kapan punya anak lagi?’, bagi pasangan yang telah memiliki anak, dianggap sebagai hal sepele bahkan dijadikan bahan gurauan. Pertanyaan tentang pekerjaan, membandingkan pendapatan antara satu sama lain, dan berbagai pertanyaan tentang status sosial serta capaian diri disalahartikan sebagai bentuk menunjukkan perhatian oleh si penanya.

Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan tersebut sejatinya mengandung stigma yang dapat mendiskreditkan orang lain sehingga mereka merasa ‘tidak normal’, ‘kurang sempurna’, ataupun tak berarti keberadaannya. Stigma, meski kerap tidak disadari, dapat diidentifikasi dengan tindakan labelling, stereotyping, separation, hingga diskriminasi. Tak sedikit yang kemudian menarik diri dari kelompok sosial bahkan perkumpulan-perkumpulan keluarga karena enggan mendapatkan ‘tekanan’ dari pertanyaan atau penilaian serupa. Akibatnya silaturrahmi pun terputus, relasi dengan keluarga menjadi tidak baik-baik saja.

Tekanan-tekanan tersebut tak sedikit menyebabkan gangguan kecemasan sosial bagi sebagian orang. Bahkan, bisa jadi dampaknya setara dengan yang disebabkan oleh kekerasan verbal. Gangguan kecemasan sosial dapat ditandai dengan kecemasan dan rasa takut yang berlebih terhadap situasi sosial yang melingkupinya. Seseorang dengan kecemasan sosial yang tinggi akan merasa takut bahwa setiap tindakan atau perilakunya akan dipandang sebagai hal yang negatif oleh orang lain dan membuatnya merasa malu.

Selengkapnya dapat membeli Majalah Suara Muhammadiyah digital di sini Majalah SM Digital Edisi 07/2024


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

DILEMA ROHINGYA ANTARA KEMANUSIAAN DAN KEAMANAN Kapal demi kapal yang membawa warga Rohingya telah ....

Suara Muhammadiyah

23 February 2024

Editorial

Muhammadiyah Ormas, Bukan Parpol Setiap Pemilu hadir, lebih-lebih dalam beberapa dekade terakhir, s....

Suara Muhammadiyah

9 April 2024

Editorial

Derap Muhammadiyah Berkemajuan Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Setiap kunjungan dan diundang k....

Suara Muhammadiyah

26 October 2023

Editorial

Akar Konservatisme Beragama Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Kurun terakhir menurut banyak kaji....

Suara Muhammadiyah

19 October 2023

Editorial

MASJID, KAFE, DAN ANAK MUDA Pertanyaan yang agak menghenyakkan itu dilontarkan oleh Prof Irwan Akib....

Suara Muhammadiyah

19 April 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah