AGAR BASA-BASI TAK MENYAKITI HATI

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1957
Istimewa

Istimewa

AGAR BASA-BASI TAK MENYAKITI HATI

Banyak orang tak berpikir panjang sebelum ber-’basa-basi’. Padahal, akibatnya tidak jarang membuat orang lain sakit hati hingga cemas berkepanjangan yang menghantui. Bukan karena tidak paham dampaknya, namun karena basa-basi telah dinormalisasi menjadi cara membangun keakraban dan sapaan sehari-hari, yang kerap kali minim etika. Alih-alih membangun keakraban, ritual basa-basi kerap menjadi ajang melempar stigma dan dan penghakiman bagi orang lain.

Pertanyaan terkait pasangan dan jodoh bagi yang ‘jomblo’, pertanyaan ‘kapan punya anak?’ untuk yang sudah berkeluarga, ataupun ‘kapan punya anak lagi?’, bagi pasangan yang telah memiliki anak, dianggap sebagai hal sepele bahkan dijadikan bahan gurauan. Pertanyaan tentang pekerjaan, membandingkan pendapatan antara satu sama lain, dan berbagai pertanyaan tentang status sosial serta capaian diri disalahartikan sebagai bentuk menunjukkan perhatian oleh si penanya.

Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan tersebut sejatinya mengandung stigma yang dapat mendiskreditkan orang lain sehingga mereka merasa ‘tidak normal’, ‘kurang sempurna’, ataupun tak berarti keberadaannya. Stigma, meski kerap tidak disadari, dapat diidentifikasi dengan tindakan labelling, stereotyping, separation, hingga diskriminasi. Tak sedikit yang kemudian menarik diri dari kelompok sosial bahkan perkumpulan-perkumpulan keluarga karena enggan mendapatkan ‘tekanan’ dari pertanyaan atau penilaian serupa. Akibatnya silaturrahmi pun terputus, relasi dengan keluarga menjadi tidak baik-baik saja.

Tekanan-tekanan tersebut tak sedikit menyebabkan gangguan kecemasan sosial bagi sebagian orang. Bahkan, bisa jadi dampaknya setara dengan yang disebabkan oleh kekerasan verbal. Gangguan kecemasan sosial dapat ditandai dengan kecemasan dan rasa takut yang berlebih terhadap situasi sosial yang melingkupinya. Seseorang dengan kecemasan sosial yang tinggi akan merasa takut bahwa setiap tindakan atau perilakunya akan dipandang sebagai hal yang negatif oleh orang lain dan membuatnya merasa malu.

Selengkapnya dapat membeli Majalah Suara Muhammadiyah digital di sini Majalah SM Digital Edisi 07/2024


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

Muhammadiyah dan Kebudayaan Berkemajuan Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Siapa bilang Muhammadi....

Suara Muhammadiyah

15 March 2024

Editorial

SEJARAH KEMAJUAN ISLAM  Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Nabi Muhammad bersama kaum musli....

Suara Muhammadiyah

8 August 2024

Editorial

Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, MSi Pandangan tentang "Islam Wasathiyah" (Wasathiyat al-Islam) telah....

Suara Muhammadiyah

21 June 2025

Editorial

MASA DEPAN ISLAM INDONESIA Beberapa tahun terakhir ini muncul semacam keyakinan kalau Islam Indones....

Suara Muhammadiyah

15 February 2024

Editorial

Keluasan Ajaran Islam Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si Akhir-akhir ini ada kecenderungan berisla....

Suara Muhammadiyah

9 December 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah