Dorong Penguatan Praktik Pertanian Tanpa Limbah oleh Kebun Komuniti di Selangor, Malaysia
SELANGOR, Suara Muhammadiyah - Program Studi (PS) Agroteknologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggagas kegiatan pengabdian masyarakat bersama dengan salah satu universitas yang termasuk ke dalam QS 100, yakni Universiti Putra Malaysia (UPM). Kolaborasi ini mengusung tema “Penguatan Implementasi Praktik Pertanian Tanpa Limbah (Zero Waste Agriculture) di Kebun Komuniti Kg Rinching Hulu melalui Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga sebagai Pupuk Organik”. Kolaborasi ini diinisiasi oleh tiga orang dosen PS Agroteknologi UMY, yakni Dr. Siti Nur Aisyah, Dr. Lis Noer Aini, dan Mulyono, M.P. Sementara itu, dari Fakultas Pertanian UPM diwakili oleh Prof. Siva K. Balasundram selaku kolaborator.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini diselenggarakan di Kebun Komuniti Kg Rinching Hulu, Semenyih, Selangor pada 1 dan 3 Maret 2024 lalu. Melibatkan 28 orang anggota kebun komuniti yang terdiri dari berbagai rentang usia mulai dari 20 hingga 70 tahun. “Kebun Komuniti Kg Rinching Hulu ini sangat aktif melakukan kegiatan pertanian perkotaan dengan memanfaatkan lahan yang ada di Pusat Aktivitas Masyarakat. Mereka kerap menanam sayur-sayuran dan tidak jarang juga membuat pupuk organik cair melalui composting,” tutur Zulkafli Daud selaku pengarah kebun komuniti ini.
Ketua tim pengabdi dari Program Studi Agroteknologi UMY, Siti Nur Aisyah menjelaskan bahwa kebun komuniti merupakan bentuk aktivitas pertanian perkotaan yang digunakan oleh Pemerintah Negara Malaysia untuk membangkitkan kesadaran serta partisipasi masyarakat dalam produksi pangan secara mandiri. Strategi ini diambil untuk mengantisipasi resiko kelangkaan ketersediaan pangan yang diakibatkan oleh derasnya tingkat urbanisasi dan terbatasnya jumlah lahan pertanian yang dapat digunakan.
Meskipun demikian, dalam penerapannya, anggota Kebun Komuniti Kg Rinching Hulu masih menjumpai sejumlah kendala, salah satunya dalam hal manajemen hara tanaman. Salah satu anggota Kebun Komuniti Kg Rinching Hulu, Tokkam (68) menuturkan, “kami kesulitan dalam produksi pupuk organik karena setiap kali melakukan pengomposan selalu ada bau tak sedap yang muncul. Bau ini membuat banyak anggota kebun komuniti yang enggan untuk melakukan pengomposan limbah organik”.
Mengacu pada keluhan tersebut, kegiatan pengabdian masyarakat ini difokuskan pada pendampingan pembuatan komposter ember tumpuk dan pendampingan pengomposan limbah rumah tangga menggunakan bahan sediaan rumah tangga. Sebelum memulai pendampingan, tim pengabdi melakukan Focus Group Discussion untuk menjaring pengalaman dari anggota Kebun Komuniti Kg Rinching Hulu terkait dengan pengomposan limbah rumah tangga.
Seluruh anggota kebun komuniti menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi selama kegiatan pengabdian berlangsung. “Saya kagum dengan semangat dari anggota kebun komuniti ini karena sangat aktif terlibat selama pendampingan yang diberikan,” tutur Lis Noer Aini selaku tim pengabdi.
Respon senada juga disampaikan oleh Prof. Siva K. Balasundram yang mengungkapkan bahwa masyarakat di Kg Rinching Hulu ini sudah memiliki kesadaran yang tinggi untuk berpartisipasi dalam kegiatan pertanian perkotaan yang dicanangkan di wilayah tersebut. Setelah mengikuti semua rangkaian kegiatan pendampingan, sejumlah anggota kebun komuniti memaparkan harapannya agar kegiatan pendampingan seperti ini dapat dilaksanakan secara berkala. (Muhammad Maulana Wibisono)