'Aisyiyahku Semakin Cemerlang
Oleh: Dr. Amalia Irfani, M.Si, Dosen IAIN Pontianak/LPPA PWA Kalbar
Usia tua biasanya identik dengan menurunnya kemampuan dalam berkarya sebab fisik tidak lagi prima seperti usia muda. Semangat pun terkadang tidak lagi sama, kecuali ada kebiasaan/budaya yang terpola dan menjadi identitas hidup. Dalam interaksi sosial, kebiasaan bermanfaat bagi sesama sebab menjadi ruang dakwah efektif sesuai kemampuan serta kesanggupan. Bagi perempuan yang tergabung di organisasi 'Aisyiyah Kalimantan Barat misalnya, dakwah merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari tiap gerakan, gerakan perempuan Islam dengan mainstream Berkemajuan. 'Aisyiyah seperti pendahulunya Muhammadiyah adalah gerakan Dakwah, gerakan Islam dan gerakan tajdid.
Lalu bagaimana perempuan-perempuan 'Aisyiyah bergerak sinergi dan berusaha menjadikan diri bermanfaat?. Dalam puncak milad 'Aisyiyah ke 107, 19 Mei 2024. Penulis menemukan beberapa hal unik dan menarik tentang motivasi hidup para perempuan yang telah berusia sepuh namun memiliki semangat untuk terus dapat berkontribusi bagi sesama. Disaat itulah sebenarnya salah satu metode efektif pengkaderan dilakukan.
Yang muda/yunior dapat mengambil hikmah tidak hanya dari semangat tetapi juga dari optimis berbuat, yang kadang terkesan remeh remeh, bahkan diabaikan. Kehadiran sesepuh 'Aisyiyah dengan usia yang tidak lagi muda (78 tahun), namun masih dengan langkah tegap, senyum sumringah merupakan bukti bahwa ber'Aisyiyah memberikan banyak kebahagiaan. Hajjah Hiliyati putri tertua Hajjah Hamdah Ketua Pimpinan 'Aisyiyah Wilayah Kalimantan Barat pertama, dengan senyuman khas dan sapaan lembutnya menyapa kami. Penulis pun yang telah beberapa kali bersua, ikut menyapa beliau dan meminta untuk berfoto bersama sebagai kenangan.
Bergerak Maju Bersama Memberi Kemanfaatan
Sesuai tema milad 'Aisyiyah ke 107 tahun 2024/1445 Hijriyah, Memperkokoh dan memperluas Dakwah Kemanusiaan Semesta, rasanya sangat tepat jika menyebut gerakan perempuan 'Aisyiyah merupakan gerakan sosial keagamaan perempuan terdepan. 'Aisyiyah tidak lagi bercitarasa nasional tetapi mendunia, dengan tetap mempertahankan identitasnya sebagai organisasi perempuan Islam. Kumpulan perempuan yang senantiasa berpikir dan kondisi kehidupan maju tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi atau tertinggal secara struktural ataupun kultural.
Perempuan 'Aisyiyah tidak puas hanya dengan dakwah mimbar ke mimbar, tidak puas berdiam diri melihat kondisi sosial yang tidak baik-baik saja, tidak menunggu uluran tangan pemerintah dalam bergerak, tetapi bersama mengumpulkan kekuatan sumberdaya manusia dan dana untuk masyarakat yang membutuhkan. Keikhlasan itupula serta personal branding para tokohnya, membuat 'Aisyiyah dikenal dan mendapat respon baik di masyarakat. Penulis pun sempat mewawancarai beberapa orang ibu-ibu yang tergabung dalam lansia care pada kegiatan puncak Milad 'Aisyiyah PWA Kalbar yang dilaksanakan di auditorium Polita Pontianak.
Ibu-ibu dan para bapak yang tergabung dalam lansia care binaan dari PWA Kalbar merasa bersyukur, karena selalu mendapatkan pelayanan baik dan memuaskan dari kegiatan-kegiatan yang diadakan oleh Majelis dan Lembaga dilingkungan PWA Kalbar. Cek kesehatan gratis dan doorprize bagi yang hadir membuat para lansia bersemangat. Bagi mereka keberadaan 'Aisyiyah, merupakan bagian dari kepedulian kepada umat dan masyarakat kurang mampu. Selain itu mereka pun dapat berinteraksi dengan sesama lansia dalam wadah kegiatan bermanfaat.
'Aisyiyah Gerakan Terdepan
Di usia 107 tahun banyak aksi nyata yang telah dilakukan oleh perempuan 'Aisyiyah untuk kemajuan bangsa. Bergerak secara simultan dengan mempedomani tujuh strategi gerakan perempuan yang merupakan Keputusan Muktamar ke-48 ‘Aisyiyah tahun 2022. Risalah Perempuan Berkemajuan adalah spirit kelahiran ‘Aisyiyah dilandasi nilai-nilai dasar Islam tentang kesetaraan dan kemajuan perempuan untuk terus maju dan berkembang. Perempuan berkemajuan 'Aisyiyah adalah aktor perubahan baik di masyarakat sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya.
Tujuh strategi tersebut yaitu pengembangan gerakan keilmuan; penguatan keluarga sakinah; reaktualisasi usaha praksis; peran keumatan dan kemanusiaan; peran kebangsaan; posisi organisasi dan ideologisasi; dan dinamisasi kepemimpinan. Dari tujuh strategi dapat dipahami bahwa setiap item adalah dakwah yang tidak pudar dan pupus karena keadaan dan kemajuan teknologi, dan perempuan-perempuan 'Aisyiyah berikhtiar mewujudkannya dalam bingkai kebermanfaatan bagi umat.