Buka Tanwir 1 Aisyiyah, Haedar Nashir Ungkap Istilah Tanwir

Publish

15 January 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
392
Haedar Nashir. Foto: Cris

Haedar Nashir. Foto: Cris

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menyampaikan tahniah atas Tanwir 1 Aisyiyah Periode 2022-2027. Menurut Haedar, istilah Tanwir digunakan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-24 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada tahun 1935.

"Kata ini (Tanwir) punya makna yang begitu mendalam. Intinya kata Tanwir itu punya makna pencerahan," katanya saat membuka acara tersebut di Hotel Tavia Heritage, Cempaka Putih, Jakarta Pusat, Rabu (15/1).

Kata Tanwir terambil dari bahasa Arab, nawwara-yunawwiru-tanwiran. Kata ini dimaknai sebagai pencerahan, penyinaran, penerangan. Muhammadiyah menerjemahkannya menjadi gerakan pencerahan sebagaimana termaktub dalam pernyataan pikiran Muhammadiyah abad kedua tahun 2010.

"Muhammadiyah memaknai gerakan Tanwir sebagai praksis Islam yang membebaskan, memberdayakan, dan memajukan seluruh aspek kehidupan," tuturnya.

Haedar menjelaskan, proses membebaskan itu mencakup seperti ketertinggalan, keterbelakangan, ketidakadilan menjadi maju dan sejahtera. Lalu memberdayakan, mendorong masyarakat untuk berdaya dengan kekuatan sendiri (kemandirian). Semua itu akan melahirkan kemajuan secara signifikan.

"Proses ini harus terus kita lakukan di level organisasi kemasyarakatan, lebih khusus negara," terangnya.

Lebih lanjut, makna gerakan Tanwir memiliki fungsi untuk memberikan solusi untuk mengatasi sengkarut permasalahan, khususnya kemanusiaan semesta. Juga, menghadirkan Islam sebagai agama yang mampu memberikan jawaban atas kekeringan rohani.

"Islam hadir sebagai pembawa penyelesaian masalah. Sehingga Islam tidak cukup dalam retorika dan pidato, tapi harus menjadi gerakan nyata. Kadang kita suka terpukau dengan pidato. Selesai di situ, tetapi realitas tidak bisa kita diubah," tegasnya.

Pada saat bersamaan, Tanwir dipahami sebagai momentum membangun relasi sosial yang berkeadilan tanpa diskriminasi. Bahkan juga, membangun martabat manusia baik laki-laki dan perempuan dalam kesetaraan yang sama, serta memberi ruang toleransi dan kemajemukan bangsa.

"Peran itu terus dilakukan Muhammadiyah termasuk Aisyiyah," bebernya.

Haedar menambahkan, gerakan Tanwir meniscayakan transformasi dalam kehidupan. Dari proses persoalan yang dihadapi, tidak cukup dengan pendekatan yang umum, namun perlu dilakukan dengan pendekatan berbeda dan tersistem pada level yang lebih konkret.

"Maka gerakan tranformasi itu memobilisasi potensi yang kita miliki, mengagendakan perubahan, dan memproyeksikan masa depan," jelasnya.

Haedar menyimpulkan, makna Tanwir cakupannya sangat luas, inspiratif, dan substantif. Karena itu, Haedar percaya seluruh peserta Tanwir 1 Aisyiyah telah menyiapkan diri membahas agenda-agenda strategis dan praksis untuk menjadi gerakan bersama.

"Ini bukan rapat dan pertemuan biasa. Sehingga semuanya perlu berkontribusi pada acara ini. Tidak perlu atau jangan sampai ada yang sekadar menjadi pemandu sorak dalam acara-acara seperti ini," tegasnya. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANYUWANGI, Suara Muhammadiyah – Sebagai bentuk kaderisasi dan pembelajaran bagi para santri, ....

Suara Muhammadiyah

12 March 2024

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Sebanyak 83 murid kelas IV SD Muhammadiyah Program Khusus (PK) ....

Suara Muhammadiyah

29 August 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Fachrodin terlampau komplit jika hanya diposisikan sebagai tokoh pe....

Suara Muhammadiyah

12 August 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah – Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara berhasil meraih 2 gelar ju....

Suara Muhammadiyah

9 May 2024

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen prodi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah (UM) Bandun....

Suara Muhammadiyah

9 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah