Ciri Orang Munafiq dalam Surah At-Taubah ayat 67

Publish

30 January 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
416
Foto istimewa

Foto istimewa

Oleh: Tri Ermayani, M.Ag, Dosen Al-Islam & Kemuhammadiyahan UM Purworejo

Dalam kehidupan sehari-hari sering sekali kita temui orang yang berpura-pura baik dan saleh kepada teman ataupun saudara. Munafik ialah upaya berpura-pura percaya atau setia dan sebagainya kepada agama dan lainnya. Akan tetapi, sebenarnya dalam hatinya tidak. Mereka selalu mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan perbuatannya serta bermuka dua. Munafik adalah sikap dendam dan benci terhadap orang yang berbuat kebaikan. Dia berkeinginan yang berbuat baik adalah dirinya. sehingga orang hanya memuji atau menyanjung dirinya. Dia akan panas hati jika yang mendapat pujian adalah orang lain. Munafik di dalam Alquran disebutkan sebanyak 37 kali. Dalam artikel ini penulis akan mengupas salah satunya yakni dalam Surah At-Taubah ayat 67.

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُم مِّن بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُواْ اللّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ ﴿٦٧﴾

Artinya:

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, satu dengan yang lain adalah (sama), mereka menyuruh (berbuat) yang mungkar dan mencegah (perbuatan) yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (kikir). Mereka telah melupakan kepada Allah, maka Allah melupakan mereka (pula).(QS. At-Taubah [9]: 67)

Fenomena kemunafikan ini sebenarnya telah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW. Hal tersebut dapat diperoleh dari tarikh Islam bahwa saat itu Abdullah bin Ubay bin Salul tercatat sebagai gembong munafik generasi pertama. Secara lisan dia memproklamirkan diri sebagai penganut Islam, tapi secara batin ia amat benci dan memusuhi Islam. Ia merupakan seorang yang berkuasa ketika Rasulullah SAW datang ke Madinah dan menyatakan keislamannya, namun itu semua terbongkar ketika perang Badar. Ia pernah menyebar fitnah di kalangan umat Islam tentang istri Rasulullah SAW, Sayyidah Aisyah RA.

Abdullah bin Ubay menjadi orang yang terhormat dan penting di antara penduduk Yatsrib, terutama suku Aus dan Khazraj karena dialah orang yang berperan dalam meredakan ketegangan dan pertempuran di antara mereka. Suku Aus dan Khazraj merupakan dua bersaudara, namun keturunan mereka terpecah belah dan saling bermusuhan. Kemudian ketika Rasulullah SAW telah hijrah ke Madinah didamaikanlah dua suku tersebut, sehingga mimpi Abdullah bin Ubay menjadi pemimpin besar di antara mereka menjadi kandas. Hal tersebut membuat Abdullah bin Ubay memendam dendam kepada Nabi Muhammad SAW sampai-sampai tega berupaya merobohkan rumah tangga beliau dengan menyebar fitnah yang keji.

Kisah Abdullah bin Ubay Fitnah Sayyidah Aisyah RA

Ketika rombongan kaum muslim kembali dari bani Musthaliq, Nabi Muhammad SAW memiliki kebiasaan untuk membawa dua istrinya ketika pergi berperang dengan cara diundi. Tatkala itu undian tersebut jatuh kepada Ummu Salamah RA dan Aisyah RA.

Pada malam hari rombongan pun berhenti di suatu tempat untuk beristirahat sebentar. Aisyah RA keluar dari haudaj (kelambu yang dipasang di atas unta) untuk buang hajat. Sesudahnya Aisyah RA kembali ke rombongan kaum muslimin lagi. Akan tetapi ia menyadari bahwa kalung yang ia pakai tidak ada, sehingga beliau kembali ke tempat sebelumnya untuk mencari kalung tersebut. Setelah menemukan kalung itu, Aisyah RA pun kembali menuju untanya namun ia tak mendapati siapa pun di sana karena rombongannya telah meninggalkannya. Mereka tidak merasa bahwa ada orang yang masih tertinggal.

Aisyah RA pun berinisiatif untuk menunggu di tempat karena hari sudah malam dan ia tak tahu daerah tersebut. Ia berharap ada yang menyadari ketidakhadirannya. Ia pun tertidur di tempat itu karena kelelahan. Tak lama, Shafwan bin Mu'aththal pun menemukan Aisyah RA tertidur di tempat itu. Ia pun bergegas membangunkannya dan melanjutkan perjalanan dengan Aisyah RA yang menunggangi unta sedangkan dia menjadi pemandunya. Akhirnya, sebelum matahari terbit, keduanya bisa menyusul rombongan muslim. Namun, kehadiran keduanya malah menjadi bahan fitnah oleh orang-orang munafik.

Benar, orang yang pertama kali menyebar fitnah/kasak-kusuk adalah Abdullah bin Ubay. Ia berkata, "Demi Allah, tentu ia (Aisyah RA) tidak selamat darinya (Shafwan), dan ia (Shafwan) tentu tidak akan selamat darinya (Aisyah) juga. Perempuan nabimu bermalam dengan seorang laki-laki sampai pagi hari."

Orang-orang pun mulai percaya dengan perkataan Abdullah bin Ubay. Ia menambahkan pertanyaan-pertanyaan menggiring seperti, "Mengapa Aisyah pulang terlambat dan datang bersama dengan Shafwan, pemuda yang cakap serta dipercayai Muhammad?"

Kepercayaan Nabi Muhammad SAW akhirnya ikut goyah. Beliau pun menyelidiki kasus ini dan bertanya langsung kepada Aisyah RA tentang kebenarannya. Tentu saja Aisyah RA adalah perempuan yang salihah dan suci. Ia tidak mungkin berbuat menyimpang kepada pemuda lain. Akhirnya Allah SWT menurunkan sebuah ayat kepada Rasulullah SAW untuk menjelaskan semuanya.

إِنَّ الَّذِينَ جَاؤُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِّنكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرّاً لَّكُم بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ لِكُلِّ امْرِئٍ مِّنْهُم مَّا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ وَالَّذِي تَوَلَّى كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ ﴿١١

Artinya:

"Sesungguhnya, orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula)." (QS An-Nur [24]: 11)

Nabi Muhammad SAW tidak menghukum Abdullah bin Ubay karena walaupun ia seorang muslim, namun dirinya adalah muslim yang munafik. Artinya, hukumannya beliau serahkan kepada Allah SWT.

Sekelumit cerita menggambarkan fitnah yang ditebarkan oleh orang munafiq sangatlah kejam dan kotor disebabkan karena kebencian dan dendam kesumat. Orang munafiq nampak manis dan berlaku benar di depan kaum mukmin namun sesungguhnya mereka menyimpan dendam dan merencanakan fitnah keji dan kejam.

Dalam Surah At-Taubah ayat 67 telah digambarkan oleh Allah SWT perilaku kaum munafiq cenderung gemar ber-amar mungkar dan ber-nahi ma’ruf serta berbuat kikir dengan diistilahkan mereka menggenggam tangannya. Amar mungkar artinya menyuruh atau mengajak berbuat mungkar. Perbuatan mungkar merupakan perbuatan yang mengandung dosa, syubhat, makruh, haram, maksiat, mafsadat, dan madharat. Sedangkan nahi ma’ruf merupakan perbuatan mencegah perbuatan yang mengandung nilai ke-ma’ruf-an. Perbuatan ma’ruf antara lain perbuatan yang mendatangkan pahala, kebaikan (thayyib), keberkahan, kemanfaatan, kehalalan, menguntungkan, dan keselamatan.

Kaum munafik lebih senang jika orang di sekitarnya mengerjakan segala bentuk keburukan. Mereka lebih senang jika masyarakat rusak dan bodoh. Mereka risih jika banyak kebaikan diperbuat orang di msyarakat. Bahkan jika ada yang tidak sengaja berbuat kebaikan mereka bersegera untuk mematahkan semangat kebaikan tersebut. Mereka juga fasiq yaitu menyimpangkan kebaikan dengan keburukan dan begitu sebalikanya. Mereka mencegah setiap orang dari jalan kebaikan.

Di era sekarang fenomena perilaku orang munafik tentu semakin banyak dan mereka melemparkan bola panas tanpa rasa sungkan dan segan lagi. Contohnya antara lain: pertama, orang yang melakukan manipulatif atau penuh tipu daya, sifat yang paling sering digambarkan setan karena sering memutar balikan kenyataan demi mendapatkan apa yang diinginkan. Kedua, orang yang bermuka dua yaitu seringkali tampak seperti memiliki banyak kepribadian, sebab dia akan merubah sifat serta perkataan tiap bertemu orang yang berbeda demi menciptakan image baik dirinya. Ketiga, Riya’ yaitu cenderung melakukan hal baik hanya didepan orang lain saja, karena tujuannya adalah ingin dipuji. Keempat, orang munafik memiliki kedengkian selayaknya setan. Mereka adalah orang-orang yang bahagia di atas penderitaan orang lain. Kelima, melakukan sesuatu yang buruk yang berimbas pada kerusakan dan pencemaran lingkungan. Keenam, bangga terhadap dosanya sendiri yaitu seseorang yang melakukan dosa seperti berbohong, ingkar, berkhianat, mencuri dan keburukan lainnya namun ia dengan sadar dan bangga menceritakan perbuatannya pada orang lain seolah-olah itu adalah prestasi maka ia adalah orang yang sangat berdosa.

Tiga ciri perilaku yang biasa dilakukan oleh orang munafik gemar ber-amar mungkar, ber-nahi ma’ruf, dan kikir. Amar mungkar adalah menyuruh melakukan hal yang buruk, misal menyuruh orang melakukan mengarah kepada maksiat. Selanjutnya nahi ma’ruf adalah sikap mencegah dari perbuatan baik, umpama mencegah orang ketika akan menolong kesulitan orang lain. Kikir merupakan perbuatan yang menjauhkan diri dari Allah. Bahkan dalam Surah Muhammad ayat 38 Allah berfirman:

هَاأَنتُمْ هَؤُلَاء تُدْعَوْنَ لِتُنفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنكُم مَّن يَبْخَلُ وَمَن يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَن نَّفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنتُمُ الْفُقَرَاء وَإِن تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْماً غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ ﴿٣٨﴾

“Ingatlah, kamu adalah orang-orang yang diajak untuk menginfakkan (hartamu) di jalan Allah. Lalu di antara kamu ada orang yang kikir, dan barangsiapa kikir maka sesungguhnya dia kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah Yang Mahakaya dan kamulah yang membutuhkan (karunia-Nya). Dan jika kamu berpaling (dari jalan yang benar) Dia akan menggantikan (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan (durhaka) seperti kamu (ini).” (QS. Muhammad [47]: 38).

Kikir berasal dari sikap melupakan Allah Maha Kaya seolah-olah dirinya sendiri yang bisa menyediakan segala sesuatu sebagai kekayaannya. Kikir adalah tidak mau menginfakkan hartanya di jalan Allah. Kikir merupakan sikap yang dihasilkan oleh hubbud dunya (cinta dunia) sehingga membawa diri berpaling dari Allah. Kikir adalah dimunculkan setan dengan kekhawatiran jatuh ke dalam kemiskinan. Padahal Allah mengancam terhadap orang kikir dengan azab berupa pemusnahan kaum seperti halnya kaum terdahulu yang telah dibenamkan di dalam bumi oleh Allah karena kebakhilan mereka dan kelak di hari kiamat akan dikalungi leher mereka dengan harta mereka. Sesungguhnya sikap kikir merugikan diri sendiri. Perilaku kaum munafik semakin keluar dari kebenaran dan terperangkap dalam kesesatan karena mereka disibukkan dengan amar mungkar nahi ma’ruf dan kikir berhilir pada berpalingnya hati mereka dari Allah SWT.

Ancaman bagi orang munafik diterangkan dalam Surah At-Taubah ayat 68 yakni akan dikelompokkan dengan orang kafir dan dikekalkan dalam Neraka Jahannam, dilaknat oleh Allah, dan dijauhkan dari rahmat Allah SWT. Sesungguhnya perilaku mereka telah terang-terangan memusuhi dan menentang gerakan amar ma’ruf nahi mungkar-nya kaum mukmin. Perbuatan amar mungkar nahi ma’ruf adalah perbuatan menghancurkan karakter dan mental manusia sehingga bertentangan dengan tujuan pendidikan Islam yaitu membangun karakter manusia. Oleh karena itu marilah kita menjauhi sikap ber amar mungkar nahi ma’ruf dan kikir sebagai indikator munafik mulai dari diri sendiri dan keluarga kita dan sebaliknya mari tebarkan sikap amar ma’ruf nahi mungkar sebagai indikator kaum mukmin sebagaimana perintah Allah SWT.

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Pada tulisan sebelumnya saya sudah menyajikan penekanan Islam pada hak-hak oran....

Suara Muhammadiyah

6 October 2023

Wawasan

Belajar dari Kiai Dahlan dan Jackie Chan Oleh: Agusliadi Massere, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan I....

Suara Muhammadiyah

27 December 2023

Wawasan

Oleh: Tito Yuwono, PhD Dosen Jurusan Teknik Elektro-Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Sekreta....

Suara Muhammadiyah

27 April 2024

Wawasan

Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko National Poultry Technical Concultant, LPCRPM PP Muhammadiyah bidang....

Suara Muhammadiyah

1 March 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Ketiga, tertutupnya pintu ijtihad. Perihal ini juga menyuguhkan andil bagi lahi....

Suara Muhammadiyah

12 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah